Orang yang bermuka dua
sering disebut juga dengan berlidah dua atau berlidah cabang, maksudnya orang
yang berjalan kesana kemari dengan membawa berita kepada kedua orang atau
golongan yang sedang bertikai, dengan maksud agar permusuhan yang berkecamuk semakin
menjadi-jadi. Orang yang bermuka dua atau berlidah cabang suka menyebarkan
fitnah, kebencian dan permusuhan.
Tetapi lain pula halnya
apabila seseorang itu menghadapi masing-masing orang yang bermusuhan itu lalu
mengucapkan kata-kata yang manis, tapi apa yang dikatakannya itu memang
sebenarnya. Dalam keadaan yang semacam itu bukanlah termasuk bermuka dua, tidak
pula termasuk golongan munafik, sebab seseorang itu kadang-kadang masih
memerlukan hubungan baik dengan dua orang atau dua fihak yang sedang bertengkar
atau bermusuhan. Kepada masing-masing itu ia tetap bersikap baik dan jujur
dalam segala hal.
Abuddarda’ berkata: “Adakalanya
kita harus bermuka manis menghadapi sesuatu golongan, tetapi sebenarnya hati
kita sangat melaknat mereka itu.”
Suatu ketika pernah terjadi
pada seorang laki-laki meminta izin untuk menghadap Rasullullah saw. lalu Nabi
saw. mengijinkan sambil mengucapkan bahwa orang itu sebenarnya amat buruk
dikalangan masyarakat. Anehnya setelah orang itu masuk ketempat Nabi saw.
tiba-tiba Nabi saw. bukannya menunjukkan kebenciannya, tetapi bahkan berlemah
lembut diwaktu bercakap-cakap dengan orang tersebut. Setelah orang itu keluar, ‘Aisyah
ra. bertanya: “Bukankah tuan tadi mengatakan dia itu orang buruk perangainya,
tetapi tuan bermanis-manis saja waktu bicara dengannya.” Selanjutnya
Rasullullah saw. bersabda:
“Hai
‘Aisyah, sesungguhnya seburuk-buruk manusia ialah orang yang dimuliakan karena
ditakuti perbuatan buruknya.”
(Diriwayatkan oleh Imam
Bukhory dan Muslim).
Dengan demikian perlulah
disadari bahwa diperbolehkannya itu hanyalah menemuinya dan dengan bermuka
manis, bersikap ramah tamah penuh dengan senyuman. Jadi tidaklah berarti
dibolehkannya memberikan kata-kata pujian atau membenarkan ucapan-ucapannya
atau menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju pada pembicaraan yang batil.
Hal-hal yang semacam ini termasuk kedalam kategori sifat-sifat kemunafikan.
** & **
No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.