Translate

Saturday, October 8, 2016

UCAPAN BERMUKA DUA

Orang yang bermuka dua sering disebut juga dengan berlidah dua atau berlidah cabang, maksudnya orang yang berjalan kesana kemari dengan membawa berita kepada kedua orang atau golongan yang sedang bertikai, dengan maksud agar permusuhan yang berkecamuk semakin menjadi-jadi. Orang yang bermuka dua atau berlidah cabang suka menyebarkan fitnah, kebencian dan permusuhan.

Tetapi lain pula halnya apabila seseorang itu menghadapi masing-masing orang yang bermusuhan itu lalu mengucapkan kata-kata yang manis, tapi apa yang dikatakannya itu memang sebenarnya. Dalam keadaan yang semacam itu bukanlah termasuk bermuka dua, tidak pula termasuk golongan munafik, sebab seseorang itu kadang-kadang masih memerlukan hubungan baik dengan dua orang atau dua fihak yang sedang bertengkar atau bermusuhan. Kepada masing-masing itu ia tetap bersikap baik dan jujur dalam segala hal.

Abuddarda’ berkata: “Adakalanya kita harus bermuka manis menghadapi sesuatu golongan, tetapi sebenarnya hati kita sangat melaknat mereka itu.”

Suatu ketika pernah terjadi pada seorang laki-laki meminta izin untuk menghadap Rasullullah saw. lalu Nabi saw. mengijinkan sambil mengucapkan bahwa orang itu sebenarnya amat buruk dikalangan masyarakat. Anehnya setelah orang itu masuk ketempat Nabi saw. tiba-tiba Nabi saw. bukannya menunjukkan kebenciannya, tetapi bahkan berlemah lembut diwaktu bercakap-cakap dengan orang tersebut. Setelah orang itu keluar, ‘Aisyah ra. bertanya: “Bukankah tuan tadi mengatakan dia itu orang buruk perangainya, tetapi tuan bermanis-manis saja waktu bicara dengannya.” Selanjutnya Rasullullah saw. bersabda:
“Hai ‘Aisyah, sesungguhnya seburuk-buruk manusia ialah orang yang dimuliakan karena ditakuti perbuatan buruknya.”
(Diriwayatkan oleh Imam Bukhory dan Muslim).

Dengan demikian perlulah disadari bahwa diperbolehkannya itu hanyalah menemuinya dan dengan bermuka manis, bersikap ramah tamah penuh dengan senyuman. Jadi tidaklah berarti dibolehkannya memberikan kata-kata pujian atau membenarkan ucapan-ucapannya atau menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju pada pembicaraan yang batil. Hal-hal yang semacam ini termasuk kedalam kategori sifat-sifat kemunafikan.

                                                          ** & **


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.