Penyampaian masalah-masalah
rumit untuk orang-orang awam yang tingkat pemahamannya kurang, terutama tentang
masalah-masalah agama, sangat berbahaya sekali. Kesalahan bahasa dan cara
penyampaian dapat menimbulkan kesalahan penafsiran. Kesalahan penafsiran
berarti kesalahan melakukan ibadah, muammalah, kesalahan niat dan maksud
pemakaian amalan yang diberikan atau disampaikan. Itu termasuk bahaya-bahaya
lidah dari penyampai yang tentu harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah
SWT. apabila para pendengar menjadi sesat. Oleh karena itu bagi yang ditanya
hendaklah mengemukakan keberatannya atau orang tersebut mencari dulu cara
penyampaian termudah bagi masalah-masalah rumit yang harus disampaikan, agar
para orang-orang awam bisa menerima dan mencerna isi materi yang disampaikan
tersebut.
Tentu saja hal-hal yang
demikian itu bukan yang berhubungan dengan kewajiban-kewajiban yang harus
dilaksanakan. Adapun yang mengenai kewajiban-kewajiban, maka sekalipun dianggap
sulit, wajiblah dijelaskan sampai sipenanya itu mengerti benar-benar inti
persoalannya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah
melarang kepada seseorang yang menanyakan masalah ilmu yang pelik dan rumit dan
sebenarnya tingkat pemahamannya belum sampai ketingkat apa yang ditanyakannya.
“Rasullullah
saw. melarang dari berkata-kata yang belum terang kejelasannya. Juga menyia-nyiakan
harta dan memperbanyak pertanyaan.”
(Diriwayatkan oleh Bukhory
dan Muslim).
Jadi pada hakikatnya orang
awam itu hanya menyibukkan dirinya untuk mengerjakan amal-amal sholeh yang
sudah diketahui sumber dasarnya, sumber perintahnya, bukannya disibukkan untuk
mencari-cari perkara-perkara yang rumit yang mana dirinya sendiri belum sampai
ketingkat pemahaman itu. Dengan kata lain orang awam hendaknya mulai disibukkan
untuk belajar dan mencari masalah-masalah lain yang dia belum ketahui dan belum
dipahami.
Ada sebagaian orang awam
yang merasa gembira dengan memperdalam suatu ilmu pengetahuan, sedang ia
sebenarnya bukan ahlinya, karena setan itu memang senantiasa membakar nafsu
yang menjadi kesenangan orang. Setan membisikkan kedalam hati seseorang yang
awam ‘engkau ini termasuk golongan alim ulama’ dan ahli keutaman’. Karena
bisikkan setan itu kepada seseorang awam, sehingga orang itu merasa gembira
dengan sebutan sebagai seorang ulama atau seorang ahli keutamaan. Akibatnya
kadang-kadang ia mengatakan sesuatu yang dapat membawa kekufuran, sedang ia
sendiri tidak menyadari.
Dua penjelasan diatas
tampaknya saling berlawanan untuk orang awam, satu sisi dia diperintahkan untuk
maju menyibukkan dengan masalah-masalah baru dan rumit, tetapi disatu sisi
lain, dia ditunjukkan bahaya kekufuran akibat godaan syetan untuk terus
mendalami ilmu-ilmu baru dan rumit dengan godaan kebanggaan. Memang disinilah
titik persimpangan orang yang mencari kebenaran, dia dilarang mencari dan belajar sendiri, artinya dia harus mencari guru
yang mumpuni yang bisa membimbing dia, hingga tidak disesatkan syetan.
Contoh kasus ini adalah seperti kisah Nabi Musa dan Khidir as (seorang Mahaguru
ahli ilmu), pelajaran kesabaran dan menyimak apa-apa yang ditampakkan,
mengandung pengertian dan peringatan dilarangnya mengemukan pertanyaan sebelum
waktunya berhak untuk menanyakan itu. Sebagaiman yang disebutkan dalam firman
Allah Ta’ala:
Artinya:
“Jikalau
Tuan (Musa) mengikuti saya, maka janganlah menanyakan sesuatu, sehingga saya
nanti akan memberi-tahukan kepada Tuan tentang keadaan yang sesungguhnya.”
(Surat Al-Kahfi ayat : 70).
Tetapi ternyata Nabi Musa as.
selama mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir as. Tidak sabar untuk berdiam
diri ketika melihat apa yang dikerjakan oleh Nabi Khidir as., sehingga spontan
Nabi Musa as. menanyakan (karena menurut Nabi Musa as. apa yang dikerjakan oleh
Nabi Khidir as. tidak masuk akal). Dengan kesalahan yang dilakukan oleh Nabi
Musa as. hingga sebanyak tiga kali, lalu Nabi Khidir as. berkata, sebagaimana
tertera dalam Al-Qur’an:
Artinya:
“Kinilah
(tiba) saat perpisahan antara saya dengan Tuan. Maka berpisahlah dia.”
(Surat Al-Kahfi ayat : 78).
Pelajaran apa yang
ditampakkan Nabi Khidir as. sehingga menyebabkan Nabi Musa as. tidak sabar
untuk bertanya, karena menurut pemahaman beliau apa yang dikerjakan Nabi Khidir
as. sungguh tidak masuk akal?.
Pertama kali yang dilakukan
Nabi Khidir as. ialah mengambil beberapa papan dari kapal yang sedang
ditumpanginya, yang menurut pikiran Nabi Musa as. pasti akan mencelakakan.
Akhirnya ia bertanya kepada Nabi Khidir as.: “Mengapa ini dilakukan hai Khidir?”.
Nabi Khidir tetap tidak menjawabnya.
Kedua, Nabi Khidir as.
membunuh seorang anak kecil, inipun dianggap soal yang kelewatan sekali bagi
Nabi Musa as., maka ia bertanya. Tapi juga tidak dijawab oleh Nabi Khidir as.
Ketiga, Nabi Khidir as.
mengajak Nabi Musa as. menegakkan dinding rumah yang sudah roboh, padahal
penduduk disitu tidak ada seorangpun yang suka menjamu mereka. Inipun
ditanyakan oleh Nabi Musa as. tetapi lagi-lagi tidak dijawabnya. Namun demikian,
karena sudah tiga kali bertanya dan tampaknya Nabi Musa as. sukar untuk
menemaninya, lalu Nabi Khidir as. mengucapkan selamat berpisah, tetapi setiap
pertanyaan yang diajukan oleh Nabi Musa as. dijawabnya satu persatu.
Jawaban pertama, ialah
karena dinegeri itu ada seorang raja yang suka merampas kapal-kapal rakyat yang
masih baik-baik, maka itu Nabi Khidir as. melubanginya agar tidak ikut
dirampas, padahal pemiliknya adalah orang-orang miskin.
Jawaban kedua, ialah seorang
anak dibunuh, anak itu kelak akan membuat kefitnahan untuk kedua orang tuanya,
jikalau ia hidup hingga dewasa, sedang kedua orang tuanya adalah golongan kaum
mukminin yang baik-baik. Nanti dikuatirkan kalau anak itu akan menyebabkan
kedurhakaan dan kekafiran bagi kedua orang tuanya.
Jawaban ketiga, dinding
rumah ditegakkan ialah dinding itu milik dua anak yatim dan dibawah dinding
tersimpan harta pusaka yang banyak, sedang ayahnya adalah orang baik-baik. Jadi
ditolongnya agar dinding itu tetap tegak, sehingga setelah anak itu dewasa
dapatlah mengambil harta pusaka tersebut.
****%****
No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.