Adab Islam.
Nafkah Halal.
Allah memerintahkan agar
makan dari makanan yang halal sebelum melakukan amal sholeh. (QS. Al Baqaroh :
168, An Nahl : 44).
Diwajibkan untuk memberikan
nafkah kepada keluarga dari sumber yang halal. Barangsiapa yang berusaha atas
keluarganya dari barang yang halal, maka ia seperti orang berjuang di jalan
Allah. (HR. Thabrani).
Barangsiapa yang mencari
dunia (nafkah) dengan menjaga barang yang halal, maka ia berada dalam derajat
orang yang berjuang syahid. (HR.
Thabrani).
Barangsiapa yang makan dari
sumber yang halal selama 40 hari maka Allah akan menerangi hatinya dan dia
mendapat sumber-sumber hikmah dari hatinya terhadap lidahnya. (HR. Abu Nua’im).
Ibadah itu ada sepuluh
bagian dan sembilan darinya adalah mencari barang yang halal. (HR. Dailami).
Mencari barang dan harta
yang halal dapat mendatangkan keridhaan Allah kepada kita. Seseorang yang
pulang waktu sore dengan lelah dan letih karena mencari nafkah yang halal maka
ia bermalam pada malam itu dengan ampunan Allah SWT., dan ia bangun pada pagi
harinya dalam keridhaan Allah SWT. (HR. Thabrani).
Barangsiapa bertemu dengan
Allah SWT. dengan wara’ maka Allah
SWT. memberi pahala Islam seluruhnya. (Al Hadist).
Demikian berkahnya barang
yang halal, sehingga suapan pertama seorang hamba dari makanan yang halal, akan
diampuni dosa-dosa yang telah lampau. (Al Ghazali).
Nafkah Batil atau Haram.
Sangat diharamkan
mendapatkan harta dengan jalan batil atau tidak diridhai oleh agama. (QS. Al
Baqaroh : 188).
Allah tidak menerima shalat
seseorang yang di dalam perutnya terdapat barang haram. (Ibnu Abbas ra.).
Mengembalikan satu dirham
dari barang syubhat adalah lebih disukai daripada bersedekah seribu dirham,
seratus juta dan seratus ribu sampai 600 ribu dirham dari harta yang di
dalamnya mengandung syubhat. (Ibnu Mubarok).
Sesungguhnya barang-barang
(harta) di dunia ini yang halalnya akan dihisab dan yang haramnya akan diazab.
(Ali bin Abi Thalib).
Yang selamat adalah sedikit
hartanya dan selalu digunakan dijalan Allah. Ditekankan agar berhati-hati dalam
masalah kebendaan (makanan dan pendapatan). Seseorang yang taqwa itu ialah yang
selalu berhati-hati dalam menjaga atau meninggalkan perkara yang diragukan
(Syubhat). (Abu Darba ra.).
Barangsiapa yang menjaga
dirinya dari hal yang syubhat maka ia telah menjaga kehormatan diri dan
agamanya. (HR. Muttafaq ‘alaih).
** ^ **

No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.