Translate

Monday, October 17, 2016

ADAB MENCARI NAFKAH DARI SUMBER YANG HALAL

Adab Islam.
Nafkah Halal.
Allah memerintahkan agar makan dari makanan yang halal sebelum melakukan amal sholeh. (QS. Al Baqaroh : 168, An Nahl : 44).
Diwajibkan untuk memberikan nafkah kepada keluarga dari sumber yang halal. Barangsiapa yang berusaha atas keluarganya dari barang yang halal, maka ia seperti orang berjuang di jalan Allah. (HR. Thabrani).
Barangsiapa yang mencari dunia (nafkah) dengan menjaga barang yang halal, maka ia berada dalam derajat orang yang berjuang syahid.  (HR. Thabrani).
Barangsiapa yang makan dari sumber yang halal selama 40 hari maka Allah akan menerangi hatinya dan dia mendapat sumber-sumber hikmah dari hatinya terhadap lidahnya. (HR. Abu Nua’im).
Ibadah itu ada sepuluh bagian dan sembilan darinya adalah mencari barang yang halal. (HR. Dailami).

Mencari barang dan harta yang halal dapat mendatangkan keridhaan Allah kepada kita. Seseorang yang pulang waktu sore dengan lelah dan letih karena mencari nafkah yang halal maka ia bermalam pada malam itu dengan ampunan Allah SWT., dan ia bangun pada pagi harinya dalam keridhaan Allah SWT. (HR. Thabrani).
Barangsiapa bertemu dengan Allah SWT. dengan wara’ maka Allah SWT. memberi pahala Islam seluruhnya. (Al Hadist).
Demikian berkahnya barang yang halal, sehingga suapan pertama seorang hamba dari makanan yang halal, akan diampuni dosa-dosa yang telah lampau. (Al Ghazali).

Nafkah Batil atau Haram.
Sangat diharamkan mendapatkan harta dengan jalan batil atau tidak diridhai oleh agama. (QS. Al Baqaroh : 188).
Allah tidak menerima shalat seseorang yang di dalam perutnya terdapat barang haram. (Ibnu Abbas ra.).
Mengembalikan satu dirham dari barang syubhat adalah lebih disukai daripada bersedekah seribu dirham, seratus juta dan seratus ribu sampai 600 ribu dirham dari harta yang di dalamnya mengandung syubhat. (Ibnu Mubarok).
Sesungguhnya barang-barang (harta) di dunia ini yang halalnya akan dihisab dan yang haramnya akan diazab. (Ali bin Abi Thalib).
Yang selamat adalah sedikit hartanya dan selalu digunakan dijalan Allah. Ditekankan agar berhati-hati dalam masalah kebendaan (makanan dan pendapatan). Seseorang yang taqwa itu ialah yang selalu berhati-hati dalam menjaga atau meninggalkan perkara yang diragukan (Syubhat). (Abu Darba ra.).
Barangsiapa yang menjaga dirinya dari hal yang syubhat maka ia telah menjaga kehormatan diri dan agamanya. (HR. Muttafaq ‘alaih).

                                                          ** ^ **


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.