Translate

Sunday, October 2, 2016

MENGADU DOMBA atau MEMFITNAH

Mengadu domba atau memfitnah dalam bahasa Arabnya disebut dengan NAMIMAH adalah suatu sikap dan perbuatan yang tercela dalam agama Islam, yakni memindahkan omongan seseorang kepada orang yang dibicarakan (dibahas) itu dengan suatu tujuan untuk menimbulkan permusuhan antara sesama manusia, mengotori kejernihan pergaulan atau menambah keruhnya pergaulan. Al-Qur’an telah mencela perbuatan adu domba (namimah) ini sebagaimana yang tertera dalam surat Al-Qolam ayat 10 – 11:
Artinya:
“Dan janganlah kamu ikuti orang-orang yang banyak bersumpah, lagi hina. Yang banyak mencela dan berjalan menyebar fitnah (mengadu domba).”

Orang yang suka mengadu domba atau memfitnah adalah buah dari lidah yang tidak dikontrol oleh agama dan dikendalikan oleh iman dan taqwa. Pengadu domba atau penyebar fitnah adalah perusak umat, pengotor dan pemecah belah masyarakat. Maka tepat sekali Rasullullah memberikan balasan kepada orang yang mengadu domba adalah dibalas dengan neraka, sebagaimana hadits di bawah ini:
Artinya:
“Tidak dapat masuk syurga orang yang suka mengadu domba.”

Mengadu domba atau penyebar rahasia bohong seseorang kepada orang lain tidak hanya berupa ucapan saja, akan tetapi bisa juga berupa dengan tindakan atau perbuatan, isyarat atau sindiran, yang pada hakikatnya adalah menyiarkan rahasia atau menyingkap tabir kehormatan mengenai sesuatu yang tidak disenangi untuk dibukanya itu.

Adapun penyebab timbulnya karakter pengadu domba itu ialah adakalanya karena adanya keinginan hendak menjelek-jelekkan orang yang diceritakannya itu, adakalanya pula untuk menampakkan kegembiraan dengan mempercakapkan apa yang diceritakan itu, adakalanya pula semata-mata untuk beromong kosong atau karena terlampau suka berlebih-lebihan dalam berbicara yang bathil-bathil saja.

Selanjutnya bagai seseorang yang diajak bicara dengan pengadu domba hendaknya jangan tergesa-gesa mempercayai bahwa apa yang dikatakan oleh si pengadu domba itu benar. Ada seorang laki-laki masuk ketempat Umar bin Abdul ‘Aziz, kemudian membicarakan tentang hal seseorang yang tidak disukainya. Maka berkatalah Umar kepada si laki-laki tersebut: kalau boleh kami akan menyelidiki permasalahanmu itu. Tetapi jika kamu berdusta, maka kamu tergolong orang yang disebutkan dalam ayat ini:
Artinya:
“Jika kepadamu seorang fasik dengan membawa suatu berita, maka selidikilah. Kalau memang kamu benar, maka kamu tergolong orang yang suka mencela, yang berjalan kesana kemari dengan mengadu domba (nammaaun).”

Selanjutnya sikap kita terhadap pengadu domba adalah dengan memberikan nasehat-nasehat keagamaan yang intinya supaya pengadu domba itu berhenti dan menyadari bahwa perbuatannya itu akan mengakibatkan kerugian dalam hidupnya di dunia lebih-lebih di akhirat.

Hasan ra. Berkata: “Barangsiapa yang membawa berita adu domba padamu, pastilah ia juga mengadu dombakan engkau.” Ini suatu isyarat bahwa seyogyanya si pengadu domba haruslah dijauhi, tidak boleh dipercaya ucapannya dan tidak perlu diajak bicara (bersahabat) dengan baik.

Muhammad bin Ka’ab Ai-Qurzhi pernah ditanya: Manakah perbuatan-perbuatan orang mukmin yang dapat menurunkan derajatnya. Ia menjawab: Yaitu banyak bicara, menyingkapkan rahasia serta menerima atau mempercayai setiap kata orang.

Ayat-ayat Al-Qur’an terkait Masalah Adu Domba dan Fitnah:

1). Surat Al-Qolam ayat 10 dan 11:
WALAA TUTHI’ KULA HALLAAFIN MAHIININ, HAMMAAZIN MASY-SYAAIN BINAMIIM.
Artinya:
“Dan janganlah kamu ikuti orang-orang yang banyak bersumpah, lagi hina. Yang banyak mencela dan berjalan menyebar fitnah (mengadu domba).”

2). Surat Al-Baqaroh ayat 14 dan 15:
WA-IDZAA LAQUUL LADZIINA AAMANUU QOOLUU AAMANNAA, WA-IDZAAKHOLAU ILAA SYAYAATHIINIHIM QOOLUU INNAA MA’AKUM INNAMAA NAHNU MUSTAHZI-UUN. ALLAHU YASTAHZI-U BIHIM WA YAMUDDUHUM FII THUGHYAANIHIM YA’MAHUUN.
Artinya:
“Dan bila mereka (orang-orang yang bermuka dua) berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: ‘Kami telah beriman’. Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan: ‘Sesungguhnya kami sependirian denganmu, kami hanyalah berolok-olok.’ Allah akan membalas olok-olok mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.”

3). Surat Muhammad ayat 16:
WAMINHUM MAN YASTAMI’U ILAIKA HATTAA IDZAA KHOROJUU MIN ‘INDIKA QOOLU LILLADZIINA UUTUL ‘ILMA MAADZAA QOOOLA AANIFAN, ULAA-IKAL LADZIINA THOBA’ALLAAHU ‘ALAA QULUUBIHIM WAT TABA’UU AHWAA AHUM.
Artinya:
“Dan diantara mereka ada yang mendengarkan perkataan sehingga apabila mereka keluar dari sisimu, mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat nabi): ‘Apakah yang dikatakannya tadi?’ Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.”

Selanjutnya marilah kita camkan betul-betul hadits-hadits Nabi berikut:

a). Sabda Rasullullah saw. diriwaratkan oleh Ahmad:
Artinya:
“Yang amat tercinta dari kamu semua disisi Allah ialah yang terbaik akhlaknya, yang dermawan lagi gemar menjamu orang, yang dapat menyesuaikan diri lagi dapat diikuti penyesuaian dirinya itu; sedang yang amat dibenci dari kamu semua itu disisi Allah ialah orang-orang yang suka berjalan dengan berbuat adu domba, yang memecah belah antara saudara-saudara, lagi pula yang mencari-cari alasan untuk melepaskan diri dari kesalahan-kesalahan.”

b). Sabda Rasullullah saw. diriwaratkan oleh Ahmad: 
Artinya:
“Sejelek-jelek hamba Allah yaitu orang-orang yang berjalan kesana kemari dengan mengadu domba, yang memecah belah antara kekasih, yang suka mencari-cari cacat orang-orang yang baik.”

c). Sabda Rasullullah saw. diriwaratkan oleh Imam Bukhaory dan Muslim dari Hudzaifah ra:. 
Artinya:
“Tidak dapat masuk syurga tukang fitnah (adu domba).”

d). Sabda Rasullullah saw. diriwaratkan oleh Imam Thabrani:
Artinya:
“Bukan termasuk golonganku (umatku) orang yang hasud (iri hati), dan yang gemar memfitnah (adu-adu) dan orang yang ahli dedukunan, dan akupun bukan dari padanya (termasuk golongan orang-orang tersebut).” 

e). Sabda Rasullullah saw. diriwaratkan oleh Imam Ahmad:
Artinya:
“Sebaik-baik umatku ialah mereka yang bila dilihat, langsung teringat pada Allah, dan sejahat-jahat umatku, orang yang berkeliaran menyebar fitnah, dan memisahkan antara kekasih (saudara), orang yang gemar menuduh jahat terhadap orang yang tidak bersalah.” 

f). Sabda Rasullullah saw. diriwaratkan oleh Ibnu Hibban dan At-Tirmidzi:
  Artinya:
“Sukakah saya beritahukan kepadamu sesuatu yang lebih utama daripada puasa, sholat dan sedekah?. Para Sahabat berkata: ‘Baiklah ya Rasullullah.’ Maka Nabi saw. bersabda: ‘Mendamaikan orang yang bermusuhan (bertengkar) karena merusak hubungan seseorang itum berarti mencukur. Saya tidak berkata: Mencukur rambut, tetapi mencukur agama.”

g). Dan menurut riwayat Bukhary Muslim, Rasullullah saw. bersabda, yang artinya:
“Kamu akan mendapatkan sejahat-jahat orang itu, ialah orang yang bermuka dua, yang datang kesini dengan satu muka dan kesana dengan lain muka.”

h). Dan menurut riwayat Thabrani, Nabi saw. bersabda:
Yang artinya:
“Orang yang bermuka didunia, kelak pada hari kiamat akan mempunyai dua muka dari api neraka.”

HIKAYAT:
Hikayat ini disampaikan untuk menjadi pelajaran dan pengingat bahwa betapa berbahayanya namimah (memfitnah) dalam kehidupan bermasyarakat, apalagi jika untuk pertanggung jawaban di akherat kelak.

Ada seorang pergi kepasar untuk membeli budak, kemudian ditawarkan padanya seorang budak yang tidak ada cacatnya kecuali ia suka mengadu domba (namimah), karena cacat itu dianggap ringan, maka dibelinya, dan setelah beberapa hari dirumah, mulailah budak itu berkata pada istri majikannya, bahwa suaminya ingin nikah lagi dengan istri muda, karena itu lebih baik berusaha menggagalkan perkawinan suaminya dengan memakai guna-guna, yaitu dengan mengambil beberapa helai dari bulu leher suaminya untuk diguna-guna. Dan mengambil bulu leher itu harus dengan pisau cukur yang tajam supaya tidak terasa jika diambil diwaktu tidur. Istri majikannya benar-benar percaya pada keterangan budak ini, maka ia berusaha untuk mendapatkan pisau cukur yang tajam.
Difihak lain, budak itu kemudian sibuk bicara pada suami majikannya itu, bahwa istrimu akan membunuhmu jika kamu tidur, karena itu tuan lebih baik berhati-hati. Dan boleh tuan buktikan dengan berpura-pura tidur untuk membuktikan sampai dimana kebenaran keteranganku ini. Maka benarlah ketika malam keduanya siap berangkat tidur, tetapi sang suami sesuai rencana dengan sibudak akan berpura-pura tidur. Sang istri dengan mengendap-endap datang menghampiri sambil menghunus pisau cukur yang sangat tajam, bergerak kearah leher (tenggorokan) suaminya. Dengan sigap sisuami bangun dan merampas pisau itu dan cepat menyabetkannya keleher istrinya sendiri.
Maka esok hari seluruh tetangga geger dengan berita pembunuhan sadis yang dilakukan sang suami terhadap istrinya sendiri.


                                                       ***

No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.