Translate

Sunday, October 16, 2016

DO’A MAKBUL MENYADARKAN WANITA PELACUR.

Makbul.
Dikalangan Bani Israil pernah hidup seorang wanita pelacur yang cantik jelita. Karena, kecantikannya itu banyak laki-laki yang terpikat kepadanya. Pintu rumah pelacur selalu terbuka lebar, dan siap melayani setiap lelaki yang menginginkan dirinya. Seringkali ia berbaring di atas ranjang di depan rumahnya, sehingga setiap laki-laki yang melihatnya tentu terpikat hatinya.

Setiap hari, selalu ada saja laki-laki datang kepadanya dengan membawa uang sepuluh dinar sebagai upah kerjanya. Suatu hari yang lain, datanglah seorang laki-laki ahli ibadah yang lewat di muka rumahnya, dan kebetulan pandangannya tertuju pada wanita pelacur itu. Iapun terpikat hatinya setelah melihat kecantikan paras pelacur itu. Dengan sekuat tenaga ia berusaha menahan nafsunya, seraya berdo’a kepada Allah: “Ya Allah, hilangkanlah dari dalam hatiku perasaan tertarik kepada pelacur ini.” Akan tetapi, bayangan kecantikan pelacur itu tidak kunjung hilang dari pikirannya, bahkan ia tidak mampu untuk menguasi nafsunya lagi. Maka ia menjual semua miliknya dan mengumpulkan sejumlah uang dinar yang ia butuhkan, kemudian ia datang ke rumah pelacur itu. Pelacur itu menyuruh laki-laki tersebut agar menyerahkan semua barangnya kepada laki-laki tetangganya yang menjadi wakilnya, dan terjadilah perjanjian untuk waktu kencan.

Pada waktu yang telah ditetapkan, datanglah laki-laki ahli ibadah kepada pelacur itu,  ternyata sudah dinantikan dengan persiapan berhias diri dan menunggu di tepi ranjang. Laki-laki itu masuk ke dalam kamar dan perlahan duduk didekatnya ditepi ranjang. Ketika tangan laki-laki itu ingin memeluk, maka saat itu juga Allah menurunkan rahmat dan kasih sayang-Nya, berkat ibadahnya, do’anya dan taubatnya yang lalu. Saat itu terbukalah hati laki-laki tersebut, ia menyadari jika dirinya tidak merubah keadaan seperti itu, maka Allah akan menghapus semua amal baiknya, sehingga timbul rasa takut dalam hatinya, gemetarlah seluruh persendiannya hingga roman mukanya berubah menjadi pucat pasi.

Wanita pelacur itu memperhatikan wajah laki-laki calon teman kencannya yang berubah pucat pasi dan berkeringat membasahi wajah dan tubuhnya, ia bertanya: “Apa yang terjadi dengan dirimu?”. Jawab laki-laki itu, “Aku takut kepada Allah, maka izinkanlah aku keluar.” Pelacur itu berkata: “Celaka kamu ini, sesungguhnya banyak sekali laki-laki yang menginginkan kesempatan seperti yang kamu dapatkan ini, apakah sesungguhnya yang menjadikan dirimu seperti ini?” Jawab laki-laki itu: “Sungguh, aku merasa takut kepada Allah, dan uang beserta barang-barang yang telah kubayarkan itu aku relakan untukmu, asalkan aku diizinkan meninggalkan tempat ini.” Kata wanita pelacur itu: “Apakah kamu sebelumnya belum pernah melakukan perbuatan seperti ini.?” Jawab laki-laki itu: “Belum pernah sama sekali.” Wanita pelacur itu berkata: “Siapakah namamu, dan darimanakah asalmu.” Setelah laki-laki itu memberitahukan nama dan asalnya, maka wanita itu mengizinkan dirinya keluar dari tempat itu.

Maka pulanglah laki-laki itu sambil menyesali dirinya dan menyesali perbuatannya. Rasa takutnya kepada Allah itu ternyata menyentuh hati wanita perlacur tersebut. Wanita pelacur itu berkata dalam hatinya: “Sesungguhnya inilah awal dosa yang dilakukan laki-laki itu sehingga timbul rasa takutnya kepada Allah. Sungguh, aku ini telah melakukan banyak dosa hingga bertahun-tahun lamanya. Sesungguhnya Tuhan yang ditakuti oleh laki-laki itu juga Tuhanku. Bukankah seharusnya aku yang lebih takut kepada Tuhan daripada laki-laki itu.”

Akhirnya, wanita pelacur itu menyatakan bertaubat kepada Allah dan menutup pintu rumahnya, tidak lagi menerima tamu laki-laki. Kemudian, ia selalu memakai pakaian biasa dan selalu menghadap Allah. Ia berkata dalam hatinya: “Kalau aku sudah sampai kepada laki-laki itu, mungkin ia bersedia mengawiniku untuk menjadi pendampingnya sehingga aku bisa belajar agama darinya, bahkan ia akan menjadi penolongku untuk beribadah kepada Allah.”

Wanita itu kemudian berkemas-kemas untuk menjumpai laki-laki itu dengan membawa harta benda dan diiringi oleh pelayannya. Ketika ia sampai di tempat yang dituju dan menanyakan laki-laki yang ingin ditemuinya, maka laki-laki ahli ibadah itu segera menemuinya. Ketika wanita itu melihat laki-laki yang dicarinya, ia segera membuka cadarnya agar laki-laki itu dapat melihat lebih jelas wajahnya. Dan ketika laki-laki itu mengetahui yang datang menemuinya adalah wanita yang ditemuinya di rumah pelacuran, sekonyong-konyong dia berteriak histeris menggila bergulingan dan akhirnya terdiam, terbujur kaku. Laki-laki itu telah mati karena penyesalan teramat hebat. Melihat mayat laki-laki itu terbujur kaku dihadapannya, wanita itu jatuh berlutut disamping mayat itu, bergumam pelan: “Sungguh aku datang menemuimu hanya bermaksud agar kau mendengar penyesalan dan taubatku kepada Allah saja, dan tidak bermaksud untuk menggodamu. Apakah kau mempunyai saudara dekat yang sedang mencari wanita pendamping hidup?” Seseorang teman dekat laki-laki ahli ibadah memberitahu wanita itu: “Ia mempunyai saudara laki-laki yang shalih. Tetapi ia sedang dalam kesulitan hidup, tidak memiliki harta benda, dan hidupnya sangat miskin.” Wanita itu menjawab: “Tidak mengapa sesungguhnya aku  sudah mempunyai harta yang lebih dari cukup, sehingga ia tidak perlu memikirkan beban hidup ini.” Saudara laki-laki dari almarhumpun datang menemui wanita, bersedia mengawininya, kemudian keduanya dianugerahi tujuh orang anak laki-laki, dan semuanya menjadi nabi di kalangan Bani Israil dengan sebab taubatnya.

*** ^ ***


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.