Translate

Saturday, October 22, 2016

DOA MAKBUL SUAMI UMMU SALAMAH R.ha.

Makbul.
Ummul Mukminin Ummu Salamah r.ha. pernah menikah dengan Abu Salamah ra. sebelum diperistri oleh Rasulullah saw. Ummu Salamah dan Abu Salamah ra, saling mencintai. Hal itu dapat kita simak dari kisah berikut ini.

Suatu ketika Ummu Salama r.ha. berkata kepada Abu Salamah ra.: “Aku mendengar bahwa jika seorang suami menikahi seorang istri dan keduanya saling mencintai, kemudian suaminya meninggal lebih dahulu lalu istrinya tidak menikah lagi dengan siapapun, maka di syurga istrinya akan mendapatkan suaminya kembali. Begitu juga seorang suami menikah, lalu istrinya mendahuluinya meninggal dunia, setelah itu sang suami tidak menikah lagi dengan wanita manapun, maka ia akan masuk syurga dan mendapatkan dia sebagai istrinya. Oleh sebab itu, marilah kita berjanji tidak akan menikah lagi jika salah seorang di antara kita meninggal lebih dulu.”

Abu Salamah ra. berkata: “Apakah engkau akan menuruti ucapanku?” Jawab istrinya: “Itulah sebabnya aku bermusyawarah denganmu agar dapat menurutimu.” Kata Abu Salamah ra.: “Jika aku meninggal nanti, menikahlah engkau.” Lalu Abu Salamah ra. berdoa: “Ya Allah, sepeninggalku nanti, berilah Ummu Salamah suami yang lebih baik dariku, yang tidak akan menyedihkan hatinya dan tidak menyusahkannya.”

Pada permulaan Islam, suami istri ini ikut hijrah ke Habasyah. Setelah kembali, mereka ikut berhijrah ke Madinah. Kisah ini telah diceritakan dengan panjang lebar oleh Ummu Salamah r.ha. sendiri: “Ketika Abu Salamah akan hijrah, ia memenuhi untanya denga muatan. Aku disuruh menaiki unta itu bersama anakku, Salamah. Sedangkan Abu Salamah memegang tali unta dan menuntunnya. Namun orang-orang Banu Mughirah melihat kami. Mereka berkata kepada Abu Salamah ra.: ‘Kamu bebas dengan dirimu sendiri, tetapi tidak demikian halnya dengan anak perempuan kami. Kami tidak mengizinkan anak perempuan kami pergi denganmu berkeliaran dari kota ke kota.’ Lalu mereka merebut dengan paksa tali unta yang sedang aku tunggangi dari tangan Abu Salamah ra., dan akupun dipaksa kembali bersama mereka. Saudara-saudara iparku adalah dari golongan Banu Abdul Asad yang juga keluarga Abu Salamah ra. Setelah mendengar berita ini, mereka sangat marah terhadap Banu Mughirah sehingga terjadi pertengkaran di antara mereka.

Orang-orang Banu Abdul Asad berkata: ‘Kalian boleh mengambil anak perempuanmu, tetapi kami tidak rela jika cucu kami tinggal bersama kalian, selama kalian tidak membiarkan anak perempuan kalian bersama suaminya.’ Kemudian anakku, Salamah, diambil oleh keluarganya. Dengan demikian aku, suamiku dan anakku tinggal di tempat terpisah. Suamiku telah hijrah ke Madinah, dan Salamah bersama keluarganya. Setiap pagi aku pergi ke padang pasir dan menangis setiap hari selama setahun. Aku tidak dapat bertemu dengan suami dan anakku.

Pada suatu hari, salah seorang sepupuku merasa kasihan melihat keadaanku. Ia berkata kepada kaumnya: ‘Kalian tidak kasihan kepadanya yang menderita! Kalian memisahkan dirinya dari anak dan suaminya. Mengapa kalian tidak membebaskannya?’ Singkat cerita, setelah mendengar ucapan sepupuku, mereka pun melepaskan aku dan berkata: ‘Pergilah dan jumpailah suamimu!’ Banu Asad pun ketika melihat hal itu akhirnya memberikan anakku kepadaku. Kemudian aku mempersiapkan seekor unta untuk menjumpai suamiku. Aku menunggang unta sambil menggendong anakku ke Madinah.

Setelah berjalan kira-kira tiga atau empat mil, di Tan’im aku bertemu dengan Utsman bin Thalhah. Ia bertanya kepadaku: ‘Hendak kemana engkau berjalan seorang diri?’ Jawabku: ‘Aku akan menemui suamiku di Madinah.’ Ia bertanya lagi: ‘Tidak adakah orang yang menyertaimu?’ Jawabku: ‘Selain Allah, tidak ada siapa pun.’ Ia segera memegang tali untaku dan menuntunnya. Demi Allah, belum pernah aku temui orang yang sebaik dia. Jika aku ingin turun dari unta, unta itu akan didudukkan sedangkan ia sendiri berlindung didekat sebuah pohon, lalu aku turun. Jika aku akan naik, ia merendahkan unta itu beserta barang-barangnya dan aku naik ke atasnya, lalu ia datang memegang tali itu kembali dan berjalan di depanku menuntun unta tersebut hingga ke Madinah. Ketika tiba di Quba, ia berkata: ‘Suamimu ada disini.’ Ternyata benar, Abu Salamah ra. memang ada di Quba. Setelah mengantarku, Utsman bin Thalhah ra. kembali ke Mekkah. Aku berkata: ‘Demi Allah, tidak ada orang yang lebih mulia dan lebih baik yang pernah aku temui daripada Utsman bin Thalhah. Selama setahun aku menanggung berbagai kesusahan serta kesedihan.’”

                                                       ** & **


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.