Translate

Saturday, October 8, 2016

PERMUSUHAN

Seseorang yang gemar mengadakan permusuhan akan dibenci oleh Allah, sebagaiman yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad saw. dalam hadits:
“Orang yang paling dibenci oleh Allah ialah yang terkeras dan amat sangat bermusuhan.”
(Diriwayatkan oleh Imam Bukhory).

 Akibat dari permusuhan boleh jadi dari hasil cakap lidah yang tidak dikendalikan oleh agama. Ucapannya selalu bertele-tele, selalu bernada keras, kasar dan apa yang selalu diucapkan mengeluarkan bisa, mengeluarkan benih-benih permusuhan.

Adapun ruang lingkup dimensi permusuhan yang tercela adalah sebagai berikut:
a). Yang dilakukan dengan kebathilan atau tujuan bathil.
b). Permusuhan yang dilakukan tanpa memiliki pengertian atau ilmu pengetahuan, misalnya seseorang mempertahankan atau membela fihaknya sebelum ia mengerti duduk permasalahannya, dimana letak kebenaran yang sebenarnya.
c). Permusuhan yang dilakukan dengan mencampur adukkan kata-kata yang menyakitkan hati, bukannya untuk menjernihkan permasalahan tapi membuat kekeruhan, dan bukannya untuk membela kebenaran malah menjerumuskan ke lembah kegelapan.
d). Permusuhan yang dilakukan semata-mata untuk menonjolkan sikap permusuhan itu sendiri atau untuk mengadakan perlawanan belaka dengan maksud untuk menundukkan musuh dan mematahkannya. Padahal kadang-kadang yang dipersoalkan hanyalah sejumlah harta yang ia sendiri tidak memandangnya amat berharga.

Bermusuhan, terutama yang disertai dengan percakapan yang bertele-tele itu sangat tercela. Selanjutnya bagaimana sikap seseorang yang merasa dianiaya dalam situasi permusuhan itu?.

Seseorang yang dianiaya yang hendak membela hujjahnya dengan menempuh jalan syari’at, asal dalam percakapannya itu tidak disertai dengan kata-kata kasar, keras dan bernada permusuhan, tidak pula melampaui batas, tidak pula dengan maksud memusuhi atau menyakiti hati orang lain, maka apa yang dilakukan itu tidaklah dilarang atau diharamkan. Namun yang lebih utama lagi ialah menghindarkan diri dari perbuatan yang semacam itu, selama masih dapat melihat jalan keluar selain untuk mendapatkan kembali apa  yang dianiayakan tadi. Kalau jalan lain sudah tidak ada, maka hendaklah menahan sedapat mungkin lidahnya saat perdebatan itu, bersikaplah yang biasa-biasa saja, dan mengajukan alasan yang dapat diterima.

Perlu kita sadari dan kita insafi, bahwa permusuhan itu dapat menjengkelkan perasaan dan menyala-nyalakan api kemarahan dalam hati. Jikalau nafsu kemarahan itu sudah meluap-luap, lalu orang yang saling bertentangan itu dapat menjadi lupa segala hal, tidak tahu lagi apa yang sedang dipertengkarkan dan akhirnya pembicaraan menjadi tidak karuan ujung pangkalnya. Akibatnya yang tertinggal ialah kebencian antara masing-masing fihak yang berlawanan tadi. Bahkan ini dapat menimbulkan perasaan bahwa yang seorang merasa gembira jikalau dapat melampiaskan kejahatannya kepada musuhnya dan sebaliknya ia benci apabila musuh itu mendapatkan kenikmatan. Ini menyebabkan pula bahwa masing-masing fihak menggembar-gemborkan serta menyiar-nyiarkan keburukan lawannya dan tidak segan-segan menodai kehormatannya.

Oleh sebab itu barangsiapa yang memulai membuat permusuhan, maka beratilah bahwa ia telah menjerumuskan dirinya dalam hal-hal yang sangat ditakuti akibatnya ini. Sedikit-dikitnya ia akan senantiasa tergoda hatinya, terpengaruh perasaannya, meskipun didalam melakukan ibadah sholat. Ia selalu berangan-angan bagaimana menjatuhkan lawannya dan bagaimana usahanya agar dirinya dipandang unggul dan menang. Akhirnya persoalan yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan jalan wajar dan damai, tidak lagi mengikuti garis lurus dan tidak pula berada didalam batas keharusan lagi.  

Memang dalam permusuhan itu akan lenyaplah kata-kata yang manis, juga dalam berbantahan, perdebatan dan yang sejenisnya. Padahal Allah SWT. telah memerintahkan kepada kita semua untuk berkata yang baik-baik. Dalam surat Al-Baqoroh ayat 83, Allah berfirman:
Artinya:
“Berkatalah kepada seluruh manusia itu dengan baik-baik”
Bahkan Rasullullah saw. dalam haditsnya menegaskan bahwa kata-kata yang baik adalah merupakan sedekah, yaitu:
“Perkataan yang baik itu adalah sebagai sedekah.”
(Diriwayatkan oleh Muslim.)

Seorang ahli hikmah berkata: “Ucapan yang bagus itu melenyapkan kejengkelan yang terpendam dalam anggauta.” Berkata lagi seorang ahli hikmat: “ Setiap ucapan yang tidak membuat kemurkaan Tuhanmu, bahkan yang dapat merelakan kawanmu, maka lakukanlah itu dan jangan engkau kikir memberikannya, sebab barangkali yang sedemikian itu dapat menggantimu sebagai pahala orang-orang yang berkelakuan baik.”

Akhirnya kita memohon kepada Allah, supaya kita semua diberi hidayah dan kekuatan iman agar dapat menggunakan lidah ini dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan tuntunan agama.

                                                            ** - **


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.