Seseorang yang gemar
mengadakan permusuhan akan dibenci oleh Allah, sebagaiman yang telah disabdakan
oleh Nabi Muhammad saw. dalam hadits:
“Orang
yang paling dibenci oleh Allah ialah yang terkeras dan amat sangat bermusuhan.”
(Diriwayatkan oleh Imam Bukhory).
Akibat dari permusuhan boleh jadi dari hasil
cakap lidah yang tidak dikendalikan oleh agama. Ucapannya selalu bertele-tele,
selalu bernada keras, kasar dan apa yang selalu diucapkan mengeluarkan bisa,
mengeluarkan benih-benih permusuhan.
Adapun ruang lingkup dimensi
permusuhan yang tercela adalah sebagai berikut:
a). Yang dilakukan dengan
kebathilan atau tujuan bathil.
b). Permusuhan yang
dilakukan tanpa memiliki pengertian atau ilmu pengetahuan, misalnya seseorang
mempertahankan atau membela fihaknya sebelum ia mengerti duduk permasalahannya,
dimana letak kebenaran yang sebenarnya.
c). Permusuhan yang
dilakukan dengan mencampur adukkan kata-kata yang menyakitkan hati, bukannya
untuk menjernihkan permasalahan tapi membuat kekeruhan, dan bukannya untuk
membela kebenaran malah menjerumuskan ke lembah kegelapan.
d). Permusuhan yang
dilakukan semata-mata untuk menonjolkan sikap permusuhan itu sendiri atau untuk
mengadakan perlawanan belaka dengan maksud untuk menundukkan musuh dan
mematahkannya. Padahal kadang-kadang yang dipersoalkan hanyalah sejumlah harta
yang ia sendiri tidak memandangnya amat berharga.
Bermusuhan, terutama yang
disertai dengan percakapan yang bertele-tele itu sangat tercela. Selanjutnya
bagaimana sikap seseorang yang merasa dianiaya dalam situasi permusuhan itu?.
Seseorang yang dianiaya yang
hendak membela hujjahnya dengan menempuh jalan syari’at, asal dalam percakapannya
itu tidak disertai dengan kata-kata kasar, keras dan bernada permusuhan, tidak
pula melampaui batas, tidak pula dengan maksud memusuhi atau menyakiti hati
orang lain, maka apa yang dilakukan itu tidaklah dilarang atau diharamkan.
Namun yang lebih utama lagi ialah menghindarkan diri dari perbuatan yang
semacam itu, selama masih dapat melihat jalan keluar selain untuk mendapatkan
kembali apa yang dianiayakan tadi. Kalau
jalan lain sudah tidak ada, maka hendaklah menahan sedapat mungkin lidahnya saat
perdebatan itu, bersikaplah yang biasa-biasa saja, dan mengajukan alasan yang
dapat diterima.
Perlu kita sadari dan kita
insafi, bahwa permusuhan itu dapat menjengkelkan perasaan dan menyala-nyalakan
api kemarahan dalam hati. Jikalau nafsu kemarahan itu sudah meluap-luap, lalu
orang yang saling bertentangan itu dapat menjadi lupa segala hal, tidak tahu
lagi apa yang sedang dipertengkarkan dan akhirnya pembicaraan menjadi tidak
karuan ujung pangkalnya. Akibatnya yang tertinggal ialah kebencian antara
masing-masing fihak yang berlawanan tadi. Bahkan ini dapat menimbulkan perasaan
bahwa yang seorang merasa gembira jikalau dapat melampiaskan kejahatannya
kepada musuhnya dan sebaliknya ia benci apabila musuh itu mendapatkan
kenikmatan. Ini menyebabkan pula bahwa masing-masing fihak menggembar-gemborkan
serta menyiar-nyiarkan keburukan lawannya dan tidak segan-segan menodai
kehormatannya.
Oleh sebab itu barangsiapa
yang memulai membuat permusuhan, maka beratilah bahwa ia telah menjerumuskan
dirinya dalam hal-hal yang sangat ditakuti akibatnya ini. Sedikit-dikitnya ia
akan senantiasa tergoda hatinya, terpengaruh perasaannya, meskipun didalam
melakukan ibadah sholat. Ia selalu berangan-angan bagaimana menjatuhkan
lawannya dan bagaimana usahanya agar dirinya dipandang unggul dan menang.
Akhirnya persoalan yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan jalan wajar dan
damai, tidak lagi mengikuti garis lurus dan tidak pula berada didalam batas
keharusan lagi.
Memang dalam permusuhan itu
akan lenyaplah kata-kata yang manis, juga dalam berbantahan, perdebatan dan
yang sejenisnya. Padahal Allah SWT. telah memerintahkan kepada kita semua untuk
berkata yang baik-baik. Dalam surat Al-Baqoroh ayat 83, Allah berfirman:
Artinya:
“Berkatalah
kepada seluruh manusia itu dengan baik-baik”
Bahkan Rasullullah saw.
dalam haditsnya menegaskan bahwa kata-kata yang baik adalah merupakan sedekah,
yaitu:
“Perkataan
yang baik itu adalah sebagai sedekah.”
(Diriwayatkan oleh Muslim.)
Seorang ahli hikmah berkata:
“Ucapan yang bagus itu melenyapkan kejengkelan yang terpendam dalam anggauta.”
Berkata lagi seorang ahli hikmat: “ Setiap ucapan yang tidak membuat kemurkaan
Tuhanmu, bahkan yang dapat merelakan kawanmu, maka lakukanlah itu dan jangan
engkau kikir memberikannya, sebab barangkali yang sedemikian itu dapat
menggantimu sebagai pahala orang-orang yang berkelakuan baik.”
Akhirnya kita memohon kepada
Allah, supaya kita semua diberi hidayah dan kekuatan iman agar dapat
menggunakan lidah ini dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan tuntunan agama.
** - **
No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.