Bahaya selanjutnya yang
ditimbulkan oleh lidah yang tidak dikontrol oleh agama dan dikendalikan oleh
iman dan taqwa ialah bersenda gurau, dan mengejek serta mentertawakan atau
memperolok-olok orang. Karena suatu perbuatan kelak nantinya akan diminta
pertanggung jawab dihadapan Tuhan, baik yang terlintas dalam hati maupun yang
sudah diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Alangkah rugi dan malangnya seseorang
yang setiap hari mengejakan sholat, puasa serta ibadah-ibadah yang lalu, akan
tetapi diselingi dengan perbuatan-perbuatan yang kotor seperti tersebut diatas,
sama halnya air sumur yang bersih yang dikotori tanah atau pasir.
Bersenda gurau yang tercela
dan yang terlarang menurut agama ialah yang dilakukan dengan terus-menerus
serta yang melampaui batas. Dan biasanya seseorang yang sudah terjun dalam
dunia bersenda gurau pasti akan diselingi dengan ucapan-ucapan yang kotor, yang
melanggar syari’at, mentertawakan serta mengejek orang. Oleh karena itu sudah
jauh-jauh Nabi Muhammad saw. memperingatkan kepada kita semua untuk menjauhi
bersenda gurau, karena didalam bersenda gurau itu akan mengakibatkan kecelakaan
dan permusuhan sesama umat manusia.
Selanjutnya senda gurau yang
sunyi dari hal-hal tersebut diatas (diisi dengan omongan-omongan kotor,
mentertawakan orang, mengejek dan lain sebagainya) tidaklah tercela sama
sekali. Hal ini berdasarkan hadits dari Nabi Muhammad saw. abdanya:
“Sayapun
suka bersenda gurau, tetapi saya tidak akan mengucapkan melainkan yang haq”
(Diriwatkan oleh Thabrani
dan Khatib).
Dari hadits tersebut diatas
nyatalah bahwa senda gurau yang tidak ada motif-motif yang membahayakan maka
diperbolehkan dalam agama. Tetapi kebanyakan manusia itu apabila sudah bersenda
gurau, maka tujuan utamanya hanyalah agar orang-orang lain tertawa, maka
gembiralah hati pembuat lelucon tadi.
Umar ra. berkata:
“Barangsiapa suka bersenda gurau, pasti akan dianggap ringan oleh orang lain.”
Sa’id bin ‘Ash berkata
kepada anaknya: “Hai anakku! Jangan engkau mengajak bersenda gurau orang yang
mulia, sebab ia akan jengkel melihat perbuatanmu itu, dan jangan pula dengan
orang yang hina wataknya sebab ia akan melawanmu.”
Bersenda gurau itu hendaknya
dilakukan dengan ringan-ringan saja, jangan sampai dibuat hobbi atau kebiasaan
dalam sehari-hari, nantinya akan mengakibatkan kematian terhadap hati. Dalam
berbagai riwayat dan sumber yang shohih telah disebutkan, mengenai etika atau
tata cara senda gurau Rasullullah saw.
1). Pada suatu ketika ada
seorang tua perempuan datang menghadap Rasullullah lalu orang tua itu berkata:
“Ya Rasullullah, tolonglah saya ini Tuan do’akan agar dapat masuk syurga.”
Beliau lalu menjawab: “Laa yadkhulul
jannata ‘ajuuzun (Tidak dapat masuk syurga seorang tua bangka).” Wanita tua
itu kemudian menangis menjadi-jadi, sebab merasa jikalau tidak dapat masuk
syurga, tentulah neraka. Padahal selama ini banyak amal-amal sholeh yang
dikerjakannya. Selanjutnya Nabi saw. bersabda lagi:
“Ibu
nanti pada hari masuk syurga tidak tua lagi (seperti sekarang ini). Allah
Ta’ala berfirman: Sesungguhnya Kami (Allah) menjadikan kaum wanita tumbuh baru
(dalam usia muda sewaktu di syurga) dan Kami ciptakan sebagai gadis remaja
semuanya.”
Mendengar hadits diatas,
wanita tua itu akhirnya ketawa terkekeh-kekeh, sebab merasa keliru menafsirkan
hadits Rasullullah saw. yang pertama tadi dan merasa gembira sebab masih ada
harapan masuk syurga. (Diriwatkan oleh Tirmidzi).
2). Pada suatu saat datang
seorang wanita datang menghadap Rasullullah saw. dan berkata: “Ya Rasullullah,
suamiku mengundang tuan untuk datang kerumah.”
Beliau lalu bersabda:
“Siapakah
suamimu itu? Apakah yang dimatanya ada putih-putinya itu? Wanita itu berkata: ‘Demi
Allah, dimatanya tidak ada yang putih-putinya sama sekali.’ Beliau saw.
bersabda: ‘Benar, sungguh ada putih-putihnya dimatanya.’ Wanita itu menyanggah
pula: ‘Tidak ada, demi Allah.’ Beliau saw. menjelaskan: ‘Tidak seorangpun yang
ada ini, melainkan dimatanya pasti ada putih-putihnya.’ (Yang dimaksud dengan
putih-putih itu ialah putih-putih mata yang meliputi orang-orangan mata yang
hitam itu).”
(Diriwayatkan oleh Ibnu
Abiddunya).
3). Sahabat Anas ra.
bercerita: “Abu Thalhah mempunyai seorang anak dan diberi nama Abu ‘Umairah.
Pada suatu hari Rasullullah saw. mendatangi keluarga mereka itu dan bersabda: ‘Hai
Abu ‘Umair, apa yang dilakukan anak burung itu?’ Pada waktu itu anak tadi
sedang bermain-main dengan anak burung emprit (merpati).”
(Diriwayatkan oleh Imam
Bukhory dan Imam Muslim).
4). Istri Rasullullah ‘Aisyah
ra. bercerita: “Pada suatu ketika saya keluar bersama Rasullullah saw. untuk
pergi perang (yakni perang Badar). Beliau saw. bersabda: ‘Aisyah kesini, mari kita berlomba sekarang.’ Saya lalu mengikat
erat-erat baju besiku dan kitapun mulai melangkah. Perlombaanpun dimulai.
Tiba-tiba disuatu tempat Beliau saw. berhenti dan bersabda: ‘Inilah tempat yang disebut Dzul Majaz (yakni
tempat yang pada saat itu saya masih gadis remaja). Saya disuruh ayahmu (Abu Bakar
ra.) sesuatu dan saya pergi ke Dzul Majaz itu.’ Disitu Beliau saw. sedang
berada, lalu bersabda: ‘Berikanlah saya
saja itu.’ Tetapi saya enggan memberikannya. Kemudian saya lari dan Beliau
saw. mengikuti saya dari belakang, tetapi saya tidak dapat dicapainya”
5). ‘Uyainah Alfazari
berkata: “Demi Allah, saya mempunyai seorang anak dan sekarang telah kawin dan
telah keluar rambut mukanya, tetapi sejak kecil sampai sekarang belum pernah
saya menciumnya. Diwaktu Rasullullah saw. mendengar itu, lalu bersabda: ‘Orang yang tidak berhati belas kasihan,
tentu tidak akan dibelas kasihi.’”
Masih banyak lagi bersenda
gurau Rasullullah saw. terhadap kaum wanita dan anak-anak. Maksud tujuan
Raullullah bersenda gurau yang dilakukannya itu adalah sebagai obat penawar
bagi kelemahan hati mereka (yang diajak senda gurau) tanpa ada tujuan untuk
membuat kelucuan yang tidak ada manfaatnya.
**888**
No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.