Translate

Friday, October 7, 2016

BERSENDA GURAU

Bahaya selanjutnya yang ditimbulkan oleh lidah yang tidak dikontrol oleh agama dan dikendalikan oleh iman dan taqwa ialah bersenda gurau, dan mengejek serta mentertawakan atau memperolok-olok orang. Karena suatu perbuatan kelak nantinya akan diminta pertanggung jawab dihadapan Tuhan, baik yang terlintas dalam hati maupun yang sudah diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Alangkah rugi dan malangnya seseorang yang setiap hari mengejakan sholat, puasa serta ibadah-ibadah yang lalu, akan tetapi diselingi dengan perbuatan-perbuatan yang kotor seperti tersebut diatas, sama halnya air sumur yang bersih yang dikotori tanah atau pasir.


Bersenda gurau yang tercela dan yang terlarang menurut agama ialah yang dilakukan dengan terus-menerus serta yang melampaui batas. Dan biasanya seseorang yang sudah terjun dalam dunia bersenda gurau pasti akan diselingi dengan ucapan-ucapan yang kotor, yang melanggar syari’at, mentertawakan serta mengejek orang. Oleh karena itu sudah jauh-jauh Nabi Muhammad saw. memperingatkan kepada kita semua untuk menjauhi bersenda gurau, karena didalam bersenda gurau itu akan mengakibatkan kecelakaan dan permusuhan sesama umat manusia.

Selanjutnya senda gurau yang sunyi dari hal-hal tersebut diatas (diisi dengan omongan-omongan kotor, mentertawakan orang, mengejek dan lain sebagainya) tidaklah tercela sama sekali. Hal ini berdasarkan hadits dari Nabi Muhammad saw. abdanya:
“Sayapun suka bersenda gurau, tetapi saya tidak akan mengucapkan melainkan yang haq”
(Diriwatkan oleh Thabrani dan Khatib).

Dari hadits tersebut diatas nyatalah bahwa senda gurau yang tidak ada motif-motif yang membahayakan maka diperbolehkan dalam agama. Tetapi kebanyakan manusia itu apabila sudah bersenda gurau, maka tujuan utamanya hanyalah agar orang-orang lain tertawa, maka gembiralah hati pembuat lelucon tadi.

Umar ra. berkata: “Barangsiapa suka bersenda gurau, pasti akan dianggap ringan oleh orang lain.”

Sa’id bin ‘Ash berkata kepada anaknya: “Hai anakku! Jangan engkau mengajak bersenda gurau orang yang mulia, sebab ia akan jengkel melihat perbuatanmu itu, dan jangan pula dengan orang yang hina wataknya sebab ia akan melawanmu.”

Bersenda gurau itu hendaknya dilakukan dengan ringan-ringan saja, jangan sampai dibuat hobbi atau kebiasaan dalam sehari-hari, nantinya akan mengakibatkan kematian terhadap hati. Dalam berbagai riwayat dan sumber yang shohih telah disebutkan, mengenai etika atau tata cara senda gurau Rasullullah saw.

1). Pada suatu ketika ada seorang tua perempuan datang menghadap Rasullullah lalu orang tua itu berkata: “Ya Rasullullah, tolonglah saya ini Tuan do’akan agar dapat masuk syurga.” Beliau lalu menjawab: “Laa yadkhulul jannata ‘ajuuzun (Tidak dapat masuk syurga seorang tua bangka).” Wanita tua itu kemudian menangis menjadi-jadi, sebab merasa jikalau tidak dapat masuk syurga, tentulah neraka. Padahal selama ini banyak amal-amal sholeh yang dikerjakannya. Selanjutnya Nabi saw. bersabda lagi:
“Ibu nanti pada hari masuk syurga tidak tua lagi (seperti sekarang ini). Allah Ta’ala berfirman: Sesungguhnya Kami (Allah) menjadikan kaum wanita tumbuh baru (dalam usia muda sewaktu di syurga) dan Kami ciptakan sebagai gadis remaja semuanya.”
Mendengar hadits diatas, wanita tua itu akhirnya ketawa terkekeh-kekeh, sebab merasa keliru menafsirkan hadits Rasullullah saw. yang pertama tadi dan merasa gembira sebab masih ada harapan masuk syurga. (Diriwatkan oleh Tirmidzi).

2). Pada suatu saat datang seorang wanita datang menghadap Rasullullah saw. dan berkata: “Ya Rasullullah, suamiku mengundang tuan untuk datang kerumah.”
Beliau lalu bersabda:
“Siapakah suamimu itu? Apakah yang dimatanya ada putih-putinya itu? Wanita itu berkata: ‘Demi Allah, dimatanya tidak ada yang putih-putinya sama sekali.’ Beliau saw. bersabda: ‘Benar, sungguh ada putih-putihnya dimatanya.’ Wanita itu menyanggah pula: ‘Tidak ada, demi Allah.’ Beliau saw. menjelaskan: ‘Tidak seorangpun yang ada ini, melainkan dimatanya pasti ada putih-putihnya.’ (Yang dimaksud dengan putih-putih itu ialah putih-putih mata yang meliputi orang-orangan mata yang hitam itu).”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abiddunya).

3). Sahabat Anas ra. bercerita: “Abu Thalhah mempunyai seorang anak dan diberi nama Abu ‘Umairah. Pada suatu hari Rasullullah saw. mendatangi keluarga mereka itu dan bersabda: ‘Hai Abu ‘Umair, apa yang dilakukan anak burung itu?’ Pada waktu itu anak tadi sedang bermain-main dengan anak burung emprit (merpati).”
(Diriwayatkan oleh Imam Bukhory dan Imam Muslim).

4). Istri Rasullullah ‘Aisyah ra. bercerita: “Pada suatu ketika saya keluar bersama Rasullullah saw. untuk pergi perang (yakni perang Badar). Beliau saw. bersabda: ‘Aisyah kesini, mari kita berlomba sekarang.’ Saya lalu mengikat erat-erat baju besiku dan kitapun mulai melangkah. Perlombaanpun dimulai. Tiba-tiba disuatu tempat Beliau saw. berhenti dan bersabda: ‘Inilah tempat yang disebut Dzul Majaz (yakni tempat yang pada saat itu saya masih gadis remaja). Saya disuruh ayahmu (Abu Bakar ra.) sesuatu dan saya pergi ke Dzul Majaz itu.’ Disitu Beliau saw. sedang berada, lalu bersabda: ‘Berikanlah saya saja itu.’ Tetapi saya enggan memberikannya. Kemudian saya lari dan Beliau saw. mengikuti saya dari belakang, tetapi saya tidak dapat dicapainya”

5). ‘Uyainah Alfazari berkata: “Demi Allah, saya mempunyai seorang anak dan sekarang telah kawin dan telah keluar rambut mukanya, tetapi sejak kecil sampai sekarang belum pernah saya menciumnya. Diwaktu Rasullullah saw. mendengar itu, lalu bersabda: ‘Orang yang tidak berhati belas kasihan, tentu tidak akan dibelas kasihi.’

Masih banyak lagi bersenda gurau Rasullullah saw. terhadap kaum wanita dan anak-anak. Maksud tujuan Raullullah bersenda gurau yang dilakukannya itu adalah sebagai obat penawar bagi kelemahan hati mereka (yang diajak senda gurau) tanpa ada tujuan untuk membuat kelucuan yang tidak ada manfaatnya.

                                                          **888**


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.