Bercakap-cakap dalam
kebatilan itu memang banyak bentuk dan ragamnya, bisa juga berupa tindakan atau
ucapan. Termasuk dalam katagori bercakap-cakap dalam kebathilan yaitu misalnya
mempercakapkan tentang kemaksiatan, tentang hal ihwal wanita, kecabulan-kecabulan,
duduk-duduk ditempat yang dilarang agama, tempat-tempat minum-minuman arak,
tempat-tempat perjudian.
Dalam sebuah hadits telah
disebutkan:
“Sebesar-besar
kesalahan seseorang pada hari kiamat ialah yang terbanyak omong kosongnya dalam
hal kebatilan.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu
Abiddunya dan Thabrani).
Memang sudah menjadi
kebiasaan dan pembawaan orang-orang yang duduk ditempat-tempat maksiat,
ditempat-tempat perjudian, tiada lagi omongan yang keluar dari mulutnya kecuali
yang jelek-jelek, omongan yang mengandung kemaksiatan, omongan yang tiada
manfaatnya, bahkan omongan-omongan yang mengandung kebathilan atau kemungkaran.
Berkaitan dengan pembahasan
diatas, Allah swt. berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 140:
Artinya:
“Maka
janganlah kamu semua duduk bersama mereka itu, kecuali jikalau mereka itu masuk
untuk pembicaraan yang lain. Apabila kalian berbuat demikian, maka kalian
serupa pula dengan mereka itu.”
Sebagai buah dari
bercakap-cakap tentang kebathilan ini, akan mengantarkan dirinya kelembah
kenistaan, baik yang diterima didunia, lebih-lebih di akherat kelak. Itulah
yang diisyaratkan oleh Allah swt. dalam firman-Nya:
Artinya:
“Kita
semua suka bercakap (beromong) kosong bersama dengan orang-orang yang beromong
kosong pula (maka sampai masuk ke neraka saqor).”
(Surat Al-Muddatssir ayat
45).
Sementara itu Rasullullah
saw. sebagai panutan umat seluruh dunia memberikan pelita, memberikan anjuran
yang baik agar kita selalu berkata benar dan baik-baik, sekaligus menghindarkan
diri dari berkata-kata yang kotor dan tidak mendatangkan faedah. Inilah hadits
Rasullullah yang merupakan tuntutan bagi seluruh umat manusia:
“Sesungguhnya
seseorang itu niscaya bercakap-cakap dengan kalimat yang baik yang termasuk
dalam hal-hal yang diridloi oleh Allah, sedang ia tidak mengira bahwa apa yang
dikatakannya sampai kesuatu tingkat (sesuai dengan pahalanya), kemudian dengan
ucapannya tadi ia dicatat untut memperoleh keridloan Allah sampai hari kiamat.
Dan
sesungguhnya seseorang itu niscaya bercakap-cakap dengan kalimat yang buruk
yang termasuk dalam hal-hal yang dimurkai oleh Allah, sedang ia tidak menyangka
bahwa apa yang dikatakannya tadi sampai kesuatu tingkat (sesuai dengan
siksanya), kemudian dengan ucapannya itu ia dicatat untuk memperoleh kemurkaan
Allah sampai hari kiamat.”
(Diriwayatkan oleh Turmudzi)
**
0 **
No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.