Translate

Saturday, October 29, 2016

ADAB HUTANG PIUTANG, PINJAM MEMINJAM


Adab Islam.
Mempermudah Urursan.
Sabda Rasulullah saw.:
Innallaaha ta’aalaa radhiya lihaadzihii ummatil yusra wa kariha lahal ‘usra.
Artinya:
“Sesungguhnya Allah SWT. menyukai bagi ummat yang mempermudah urusan, dan benci bagi orang yang mempersukar urusan.” (HR. Thabrani).

Shadaqoh akan mendapatkan sepuluh ganjaran, sedangkan meminjamkan akan mendapatkan delapan belas ganjaran. (HR. Thabrani, Ibnu Majah, Baihaqi).

Siapa yang memberi pinjaman atas kesusahan orang lain, maka akan berada di bawah naungan Arsy Allah di Yaumil Qiyamah nanti. (HR. Muslim, Ahmad).

Jika kita meminjamkan kepada orang lain maka pahala shadaqoh akan terus mengalir kepada kita setiap hari dengan jumlah sebanyak yang dipinjamkan sampai pinjaman tersebut dikembalikan. (HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Majah).
[= contoh, si A meminjamkan uang Rp 300 kepada si B, dan si B akan membayarnya setelah 30 hari. Maka selama 30 hari itu si A akan mendapat pahala sedekah Rp.300,- setiap harinya.

Dua kali meminjamkan sama derajatnya dengan sekali bersedekah. (HR. Bukhari, Muslim, Thabrani, Baihaqi).

Kalau ada, hendaknya dipinjamkan kepada orang yang meminjam atau membutuhkannya, tidak diperbolehkan menahan harta yang ada untuk dipinjamkan kepada orang lain. (HR. Thabrani).

Dibolehkan berhutang dan memberikan hutang dalam agama, hanya untuk tujuan kebaikan atau untuk tujuan yang dihalalkan oleh agama. Hendaknya jangan meminjam atau memberi pinjaman untuk keperluan kemaksiatan atau yang diharamkan oleh agama. (HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Halim).

Sebaiknya ditentukan jumlah hutang piutang dengan jelas dan dilakukan dengan tertulis dan dengan ada saksi. Juga ditentukan batas waktu pembayarannya. (Al Qur’an, HR. Bukhari, Muslim, Ahmad).

Hendaknya jangan ada syarat yang lain dalam hutang piutang kecuali pembayarannya. (HR. Ahmad, Nasa’i).

Jangan menerima dan jangan memberi pembayaran lebih dari jumlah pinjaman, walaupun hadiah (yang dijanjikan ketika ijab hutang piutang). Memberi atau menerima kelebihan dalam pembayaran hutang adalah riba.(HR. Bukhari, Muslim, Abdur Razak).
[= contoh, si A meminjam uang kepada si B sejumlah Rp. 1000,- selama 20 hari, dengan ijab pembayaran Rp. 1000 ditambah Rp. 100, atau dijanjikan akan memberi hadiah kepada si B sebagai tambahan dari nilai pinjaman.]

Sebaiknya yang meminjam memberi sedikit kelebihan pada pembayaran. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad).
[= contoh si A meminjam uang kepada si B sejumlah Rp.1000,- dengan ijab pembayaran Rp.1000,- selama 30 hari. Setelah 30 hari, si A membayar hutangnya sejumlah Rp.1000,-. Kemudian ia memberi sedikit uang atau hadiah kepada si B (yang tidak meminta kelebihan pembayaran), sebagai kebajikan saling memberi sesama muslim.]

Menagih Hutang.
Sebaiknya memberi jangka waktu kepada yang meminjam agar ada kemudahan untuk membayar. (HR. Muslim, Ahmad).

Barang siapa yang memberi jangka waktu kemudahan untuk membayar maka Allah SWT. akan memberikan jangka waktu sebelum matinya untuk bertaubat. (HR. Thabrani).

Barangsiapa yang memberi jangka waktu kemudahan untuk membayar maka setiap harinya akan diberi ganjaran shadaqoh sejumlah harta yang dipinjamkannya. (HR. Muslim, Tirmidzi, Ahmad, Hakim).

Barangsiapa yang memberi kemudahan dalam membayar hutang, Allah akan menjauhkannya dari kesusahan. (HR. Ahmad).

Hendaknya berhati-hati dengan do’anya orang yang dipersulit dalam membayar hutang. (HR. Dailami).

Jangan menagih sebelum waktu pembayaran yang sudah ditentukan. (HR. Ahmad).

Hendaknya menagih dengan sikap yang lembut dan penuh pemaaf. (HR. Bukhari, Muslim, Thabrani).

Boleh menyuruh orang lain untuk menagih hutang, tetapi mesti diberi nasehat agar bersikap baik, lembut dan penuh pemaaf kepada orang yang akan ditagihnya. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Hakim).

Membayar Hutang.
Sebaik-baik orang adalah yang mudah dalam mengembalikan hutang. (HR. Bukhari, Nasa’i, Ibnu Majah, Tirmidzi).

Bagi yang berhutang hendaknya ada niat dan kesungguhan dalam hati untuk membayar hutang. (HR. Bukhari, Muslim).

Barangsiapa yang dalam hatinya ada niat dan kesungguhan untuk membayar hutang maka Allah SWT. akan membantunya dan mempermudah baginya untuk membayar hutang. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah, Hakim0.

Dan barangsiapa yang dalam hatinya tidak ada niat untuk membayar hutangnya maka Allah SWT. akan menuntutnya di hari kiamat. (HR. Hakim).

Barangsiapa yang tidak ada niat untuk membayarnya, Allah akan menuntutnya di hari kiamat sebagai pencuri. (HR. Ibnu Majah).

Barangsiapa yang dalam hatinya tidak ada niat untuk membayar hutangnya maka pahala kebaikannya akan dialihkan kepada yang memberi piutang, jika masih belum terpenuhi maka dosa-dosa yang memberi piutang akan dialihkan kepada orang yang berhutang. (HR. Baihaqi, Thabrani, Hakim).

Menunda-nunda pembayaran hutang padahal ia mampu untuk membayarnya maka pada setiap hari akan bertambah satu dosa baginya. (HR. Baihaqi).

Jika ada yang berhutang, kemudian dia punya kemampuan untuk membayar, tetapi ia tidak membayarnya maka dibolehkan bagi yang piutang untuk menuntutnya, meminta hartanya, ataupun menghukumnya. (HR. Nasa’i, Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim).

Bagi yang berhutang dan ia belum dapat membayarnya maka selama ia belum dapat membayar hutang, dianjurkan agar sebanyak-banyaknya membaca surat Ali Imran ayat 26. (HR. Baihaqi).

Disunnahkan agar segera mengucapkan ‘Tahmid’ setelah dapat membayar hutang. (HR.Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ahmad).

Do’a agar dipermudah membayar hutang:
Allaahumma akfinii bihalaa lika ‘an haraamika wa-aghnii bifadhlika ‘amman siwaaka.
Artinya:
“Ya Allah cukupkanlah daku dengan apa-apa yang Engkau halalkan dari melakukan apa-apa yang Engkau haramkan, juga kayakanlah aku dengan keutamaan-Mu dari siapa-siapa selain-Mu.”

Atau do’a:
Allaahumma innii a’uudzubika minalhammi walhazani wa-a’uudzubika minal’ajzi walkasali wa-a’uudzubika minaljabni walbukhli wa a’uudzubika min ghalabatiddaini wa qahrirri jaali.
Artinya:
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesedihan dan gundah gulana. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kebakhilan dan ketakutan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari beban hutang dan tekanan manusia.”

Yang Ditunaikan Hutangnya Oleh Allah.
Fi sabilillah, orang yang ada kepentingan untuk berjuang di jalan Allah, tetapi ia tidak ada kemampuan, sehingga berhutang dan ada niat untuk mengembalikannya, hanya ternyata ia meninggal dunia sebelum dapat melunasi hutangnya.

Menikah, seseorang yang demi menjaga dirinya dari perbuatan dosa, sehingga terdesak untuk secepatnya menikah, tetapi ia tidak memiliki kemampuan harta sehingga berhutang dan ada niat untuk mengembalikannya, kemudian ia meninggal dunia sebelum dapat melunasinya.

Untuk kain kafan saudaranya, seseorang yang hidup terpaksa berhutang untuk membeli kain kafan saudaranya yang meninggal dunia karena ia tidak memiliki kemampuan untuk membeli kain kafan tersebut.

Kebakaran, seseorang yang harta bendanya terbakar, sedangkan ia mempunyai hutang, kemudian ia meninggal dunia dan belum sempat melunasi hutangnya.

Tenggelam, seseorang yang tenggelam harta bendanya, sedangkan ia mempunyai hutang, kemudian ia meninggal dunia dan belum sempat melunasi hutangnya.
(HR. Thabrani).

Larangan  Melakukan Penghamburan atau Pemborosan.
Sabda Rasulullah saw.:
Maniqtashada aghnaahullaahu wa man badzdzara afqarahullaahu wa man tawaadha-‘a rafa-‘ahullaahu wa man tajabbara qashamahullaahu.
Artinya:
“Barang siapa ekonomi (cermat didalam menggunakan uang), niscaya Allah memberikan kekayaan kepadanya. Dan barang siapa pemboros, niscaya Allah menjadikan miskin kepadanya. Dan barang siapa merendahkan diri, maka Allah akan mengangkat (derajat) dan barang siapa sombong, maka Allah akan memutuskannya.” (HR. Bazzar).

                                                       *** 0 ***



No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.