Adab Islam.
Mempermudah Urursan.
Sabda Rasulullah saw.:
Innallaaha
ta’aalaa radhiya lihaadzihii ummatil yusra wa kariha lahal ‘usra.
Artinya:
“Sesungguhnya
Allah SWT. menyukai bagi ummat yang mempermudah urusan, dan benci bagi orang
yang mempersukar urusan.” (HR. Thabrani).
Shadaqoh akan mendapatkan
sepuluh ganjaran, sedangkan meminjamkan akan mendapatkan delapan belas
ganjaran. (HR. Thabrani, Ibnu Majah, Baihaqi).
Siapa yang memberi pinjaman
atas kesusahan orang lain, maka akan berada di bawah naungan Arsy Allah di
Yaumil Qiyamah nanti. (HR. Muslim, Ahmad).
Jika kita meminjamkan kepada
orang lain maka pahala shadaqoh akan terus mengalir kepada kita setiap hari
dengan jumlah sebanyak yang dipinjamkan sampai pinjaman tersebut dikembalikan.
(HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Majah).
[= contoh, si A meminjamkan
uang Rp 300 kepada si B, dan si B akan membayarnya setelah 30 hari. Maka selama
30 hari itu si A akan mendapat pahala sedekah Rp.300,- setiap harinya.
Dua kali meminjamkan sama
derajatnya dengan sekali bersedekah. (HR. Bukhari, Muslim, Thabrani, Baihaqi).
Kalau ada, hendaknya
dipinjamkan kepada orang yang meminjam atau membutuhkannya, tidak diperbolehkan
menahan harta yang ada untuk dipinjamkan kepada orang lain. (HR. Thabrani).
Dibolehkan berhutang dan
memberikan hutang dalam agama, hanya untuk tujuan kebaikan atau untuk tujuan
yang dihalalkan oleh agama. Hendaknya jangan meminjam atau memberi pinjaman
untuk keperluan kemaksiatan atau yang diharamkan oleh agama. (HR. Bukhari,
Muslim, Ibnu Majah, Halim).
Sebaiknya ditentukan jumlah
hutang piutang dengan jelas dan dilakukan dengan tertulis dan dengan ada saksi.
Juga ditentukan batas waktu pembayarannya. (Al Qur’an, HR. Bukhari, Muslim,
Ahmad).
Hendaknya jangan ada syarat
yang lain dalam hutang piutang kecuali pembayarannya. (HR. Ahmad, Nasa’i).
Jangan menerima dan jangan
memberi pembayaran lebih dari jumlah pinjaman, walaupun hadiah (yang dijanjikan
ketika ijab hutang piutang). Memberi atau menerima kelebihan dalam pembayaran
hutang adalah riba.(HR. Bukhari, Muslim, Abdur Razak).
[= contoh, si A meminjam
uang kepada si B sejumlah Rp. 1000,- selama 20 hari, dengan ijab pembayaran Rp.
1000 ditambah Rp. 100, atau dijanjikan akan memberi hadiah kepada si B sebagai
tambahan dari nilai pinjaman.]
Sebaiknya yang meminjam
memberi sedikit kelebihan pada pembayaran. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad).
[= contoh si A meminjam uang
kepada si B sejumlah Rp.1000,- dengan ijab pembayaran Rp.1000,- selama 30 hari.
Setelah 30 hari, si A membayar hutangnya sejumlah Rp.1000,-. Kemudian ia
memberi sedikit uang atau hadiah kepada si B (yang tidak meminta kelebihan
pembayaran), sebagai kebajikan saling memberi sesama muslim.]
Menagih Hutang.
Sebaiknya memberi jangka
waktu kepada yang meminjam agar ada kemudahan untuk membayar. (HR. Muslim,
Ahmad).
Barang siapa yang memberi
jangka waktu kemudahan untuk membayar maka Allah SWT. akan memberikan jangka
waktu sebelum matinya untuk bertaubat. (HR. Thabrani).
Barangsiapa yang memberi
jangka waktu kemudahan untuk membayar maka setiap harinya akan diberi ganjaran
shadaqoh sejumlah harta yang dipinjamkannya. (HR. Muslim, Tirmidzi, Ahmad,
Hakim).
Barangsiapa yang memberi
kemudahan dalam membayar hutang, Allah akan menjauhkannya dari kesusahan. (HR.
Ahmad).
Hendaknya berhati-hati
dengan do’anya orang yang dipersulit dalam membayar hutang. (HR. Dailami).
Jangan menagih sebelum waktu
pembayaran yang sudah ditentukan. (HR. Ahmad).
Hendaknya menagih dengan
sikap yang lembut dan penuh pemaaf. (HR. Bukhari, Muslim, Thabrani).
Boleh menyuruh orang lain
untuk menagih hutang, tetapi mesti diberi nasehat agar bersikap baik, lembut
dan penuh pemaaf kepada orang yang akan ditagihnya. (HR. Bukhari, Muslim,
Tirmidzi, Hakim).
Membayar Hutang.
Sebaik-baik orang adalah
yang mudah dalam mengembalikan hutang. (HR. Bukhari, Nasa’i, Ibnu Majah,
Tirmidzi).
Bagi yang berhutang
hendaknya ada niat dan kesungguhan dalam hati untuk membayar hutang. (HR.
Bukhari, Muslim).
Barangsiapa yang dalam
hatinya ada niat dan kesungguhan untuk membayar hutang maka Allah SWT. akan
membantunya dan mempermudah baginya untuk membayar hutang. (HR. Bukhari,
Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah, Hakim0.
Dan barangsiapa yang dalam
hatinya tidak ada niat untuk membayar hutangnya maka Allah SWT. akan menuntutnya
di hari kiamat. (HR. Hakim).
Barangsiapa yang tidak ada
niat untuk membayarnya, Allah akan menuntutnya di hari kiamat sebagai pencuri.
(HR. Ibnu Majah).
Barangsiapa yang dalam
hatinya tidak ada niat untuk membayar hutangnya maka pahala kebaikannya akan
dialihkan kepada yang memberi piutang, jika masih belum terpenuhi maka
dosa-dosa yang memberi piutang akan dialihkan kepada orang yang berhutang. (HR.
Baihaqi, Thabrani, Hakim).
Menunda-nunda pembayaran
hutang padahal ia mampu untuk membayarnya maka pada setiap hari akan bertambah
satu dosa baginya. (HR. Baihaqi).
Jika ada yang berhutang,
kemudian dia punya kemampuan untuk membayar, tetapi ia tidak membayarnya maka
dibolehkan bagi yang piutang untuk menuntutnya, meminta hartanya, ataupun
menghukumnya. (HR. Nasa’i, Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim).
Bagi yang berhutang dan ia
belum dapat membayarnya maka selama ia belum dapat membayar hutang, dianjurkan
agar sebanyak-banyaknya membaca surat Ali Imran ayat 26. (HR. Baihaqi).
Disunnahkan agar segera
mengucapkan ‘Tahmid’ setelah dapat membayar hutang. (HR.Bukhari, Muslim, Nasa’i,
Ahmad).
Do’a agar dipermudah
membayar hutang:
Allaahumma
akfinii bihalaa lika ‘an haraamika wa-aghnii bifadhlika ‘amman siwaaka.
Artinya:
“Ya
Allah cukupkanlah daku dengan apa-apa yang Engkau halalkan dari melakukan
apa-apa yang Engkau haramkan, juga kayakanlah aku dengan keutamaan-Mu dari siapa-siapa
selain-Mu.”
Atau do’a:
Allaahumma
innii a’uudzubika minalhammi walhazani wa-a’uudzubika minal’ajzi walkasali wa-a’uudzubika
minaljabni walbukhli wa a’uudzubika min ghalabatiddaini wa qahrirri jaali.
Artinya:
Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesedihan dan gundah gulana.
Dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Dan aku berlindung
kepada-Mu dari kebakhilan dan ketakutan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari
beban hutang dan tekanan manusia.”
Yang Ditunaikan Hutangnya
Oleh Allah.
Fi
sabilillah, orang yang ada kepentingan untuk berjuang di jalan
Allah, tetapi ia tidak ada kemampuan, sehingga berhutang dan ada niat untuk
mengembalikannya, hanya ternyata ia meninggal dunia sebelum dapat melunasi
hutangnya.
Menikah,
seseorang yang demi menjaga dirinya dari perbuatan dosa, sehingga terdesak
untuk secepatnya menikah, tetapi ia tidak memiliki kemampuan harta sehingga
berhutang dan ada niat untuk mengembalikannya, kemudian ia meninggal dunia
sebelum dapat melunasinya.
Untuk
kain kafan saudaranya, seseorang yang hidup terpaksa berhutang
untuk membeli kain kafan saudaranya yang meninggal dunia karena ia tidak
memiliki kemampuan untuk membeli kain kafan tersebut.
Kebakaran,
seseorang yang harta bendanya terbakar, sedangkan ia mempunyai hutang, kemudian
ia meninggal dunia dan belum sempat melunasi hutangnya.
Tenggelam,
seseorang yang tenggelam harta bendanya, sedangkan ia mempunyai hutang,
kemudian ia meninggal dunia dan belum sempat melunasi hutangnya.
(HR. Thabrani).
Larangan Melakukan Penghamburan atau Pemborosan.
Sabda Rasulullah saw.:
Maniqtashada aghnaahullaahu
wa man badzdzara afqarahullaahu wa man tawaadha-‘a rafa-‘ahullaahu wa man
tajabbara qashamahullaahu.
Artinya:
“Barang
siapa ekonomi (cermat didalam menggunakan uang), niscaya Allah memberikan
kekayaan kepadanya. Dan barang siapa pemboros, niscaya Allah menjadikan miskin
kepadanya. Dan barang siapa merendahkan diri, maka Allah akan mengangkat
(derajat) dan barang siapa sombong, maka Allah akan memutuskannya.”
(HR. Bazzar).
*** 0 ***

No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.