Translate

Friday, October 14, 2016

DOA MAKBUL DEMI MEMPERTAHANKAN KEIMANAN.

MAKBUL.
Dahulu ada seorang raja yang mempunyai seorang ahli sihir. Maka ketika telah tua, ia berkata kepada raja, “Kini aku telah tua, karena itu kirimkanlah kepadaku seorang pemuda yang dapat mempelajari ilmu sihir supaya dapat menggantikan kedudukanku di sisi raja, jika aku meninggal dunia.”

Oleh karena itu, raja memilih seorang pemuda untuk belajar sihir kepada ahli sihir itu. Raja mendapatkan seorang pemuda. Raja memerintahkan pemuda itu berangkat ketempat siahli sihir, untuk mulai belajar. Kebetulan di jalan yang dilalui, pemuda itu bertemu Rahib, tertariklah ia kepada Rahib itu, maka ia duduk mendengarkan ajaran-ajarannya, karena merasa puas dengan ajaran Rahib itu, ia terlambat datang kepada ahli sihir, sehingga ia dipukul oleh ahli sihir tersebut. Akhirnya ia mengadukannya perihal pemukulan itu kepada Rahib. Rahib berkata: “Jika engkau takut dipukul ahli sihir, maka katakanlah bahwa engkau masih ditahan (disuruh) oleh ibumu, dan jika terlambat lagi katakanlah, “Ditahan oleh seorang ahli sihir.”

Pada suatu hari ketika ia pergi, mendadak di tengah jalan ada binatang besar yang menyebabkan kemacetan jalan berjalannya orang-orang, maka saat itulah pemuda itu berkata: “Hari ini aku akan mengetahui ahli sihir itukah lebih baik ajarannya atau Rahib?”, kemudian ia mengambil batu sambil berkata: “Ya Allah, jika ajaran Rahib lebih Engkau sukai daripada ajaran ahli sihir, maka bunuhlah bianatang buas itu agar orang-orang dapat berjalan. Setelah itu, dilemparlah binatang tersebut dengan batu, dan seketika matilah ia sehingga orang-orang dapat berjalan dengan aman. Baru kemudian dia memberitahu kejadian tersebut kepada Rahib. Rahib berkata: “Anakku kini engkau lebih utama daripada aku, dan engkau nanti akan mendapat ujian (bala’), saat engkau mendapat bala’, janganlah engkau menyerah begitu saja.”

Pemuda itu mendapat karunia dari Allah sehingga ia dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, terutama penyakit yang dikatakan manusia tidak disembuhkan seperti buta, belang dan penyakit kronis lainnya. Seperti yang diceritakan, ada seorang kawan raja yang sakit matanya hingga menjadi buta matanya, dan sudah berobat kemana-mana tetapi tidak kunjung sembuh. Kemudian datanglah dia kepada pemuda tadi dengan membawa berbagai hadiah yang sangat banyak sambil berkata: “Jika engkau dapat menyembuhkan penyakitku, maka aku akan memberikan apa saja untukmu.” Jawab pemuda itu: “Saya tidak dapat menyembuhkan, tetapi Allah yang dapat menyembuhkan. Jika engkau percaya kepada Allah, saya akan berdo’a semoga Allah menyembuhkanmu.” Mendengar apa yang dikatakan pemuda itu, orang itupun beriman kepada Allah. Kemudian, pemuda itu berdo’a, dan seketika itu juga orang yang itu dapat melihat.”

Kemudian ia pergi ke majelis raja, maka senanglah raja melihat ia telah sembuh kembali. Raja bertanya: “Siapakah yang telah menyembuhkan matamu?” Jawabnya: “Tuhanku dan Tuhanmu (Allah).” Selesai berkata ia malah disiksa raja, supaya kembali  mengikuti agama raja, tetapi imannya tidak berubah, dan raja terus menyiksanya hingga akhirnya ia menunjuk pemuda itu. Lalu dipanggillah pemuda itu dan ditanya oleh raja, “Hei pemuda, sihirmu telah melampaui batas sehingga dapat menyembuhkan orang yang buta dan belang.” Senasib dengan pemuda itu, iapun ikut disiksa oleh raja hingga ia terpaksa menunjuk Rahib.

Dipanggilah Rahib dan diperintahkan supaya meninggalkan agamanya. Tetapi Rahib tetap pada keyakinannya, maka diletakkan gergaji di atas kepalanya, Rahib digergaji hingga terbelah badannya menjadi dua. Kini, giliran si pemuda itu. Ia juga diperintahkan untuk meninggalkan agama Tuhan, namun ia menolak perintah raja. Raja memerintahkan kepada tentaranya supaya membawa pemuda itu ke atas bukit, di sana ia ditawarkan agar dirinya melepaskan agama Allah, dan kalau ia tetap menolak, ia diancam akan dilemparkan dari atas bukit. Di atas bukit, pemuda itupun berdo’a: “Ya Allah, hindarkan aku dari bahaya mereka atas kehendak-Mu.” Seketika itu bergeraklah bukit itu hingga berjatuhanlah semua tentara raja. Saat pemuda itu kembali kepada raja, ia ditanya: “Kemanakah tentara yang membawamu?” Jawabnya: “Allah telah menghindarkan saya dari mereka.” Kemudian raja memerintahkan beberapa tentara untuk membawa pemuda itu naik perahu, apabila sudah berada ditengah lautan, tawarkan lagi kepada dia untuk meninggalakan agama Tuhan, apabila masih menolak agar langsung lemparkan ke laut. Sesampainya ditengah laut, pemuda itu kembali berdo’a: “Ya Allah, hindarkan aku dari bahaya mereka atas kehendak-Mu.” Tiba-tiba terbaliklah perahu menenggelamkan semua tentara. Pemuda itu kembali lagi kehadapan raja, dan ditanya: “Kemanakah tentara yang membawa kamu?” Jawabnya: “Allah telah menghindarkan aku dari mereka.” Kemudian pemuda itu berkata: “Hai raja, engkau tidak dapat membunuhku, kecuali engkau menuruti perintahku.” Raja bertanya: “Apa perintahmu?” Jawab pemuda itu: “Kumpulkan orang-orang ditengah lapangan, kemudian gantunglah saya di atas sebuah tiang, ambil anak panah saya serta letakkan pada busurnya, kemudian bacalah, ‘Bismillahi Rabbil ghulam’ (Dengan nama Allah, Tuhan pemuda ini), lalu lepaskanlah anak panah itu kearah saya. Bila engkau melakukan yang demikian itu niscaya engkau dapat membunuh saya.”

Segeralah raja mengumpulkan semua rakyat di suatu lapangan, kemudian pemuda itu digantung di atas tiang, diambilnya anak panah serta dibentangkan di busurnya, seraya membaca ‘Bismillahi Rabbil ghulam’. Lalu dilepasnya anak panah itu tepat mengenai pelipis pemuda itu. Pemuda itu tewas. Serentak orang-orang yang menyaksikan kejadian itu berkata: “Amanna birabbil ghulam” (Kami beriman kepada Tuhan pemuda itu).

Setelah kejadian itu, keimanan kepada Allah merata di semua lapisan rakyat. Kemudian disampaikan kepada raja: “Tahukah engkau, bahwa yang tadinya engkau khawatirkan kini telah terjadi, yakni semua rakyatmu telah beriman kepada Tuhan pemuda itu.” Maka raja segera memerintahkan untuk membuat parit besar di setiap persimpangan jalan yang  di dalamnya dinyalakan api,  siapa saja yang berjalan melewatinya, diperintahkan untuk meninggalkan agamanya serta kembali kepada agama raja, sedangkan yang menolak akan dibakar api. Saat eksekusi dilaksanakan, dari sekian banyak orang yang disiksa, ada seorang wanita yang membawa bayinya, siap untuk dibakar karena menolak meninggalkan agama pemuda itu. Saat sang bayi ditarik untuk dimasukkan ke dalam api, sang ibu hampir menyerah demi nyawa bayinya, mendadak bayinya itu berbicara: “Hai ibu, sabarlah, sungguh engkau berada dalam kebenaran.”


                                                      *** 8 ***

No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.