Adab Islam.
Carilah Sahabat yang Mu’min
dan Bertaqwa.
Sabda Rasulullah saw.:
Laa
tushaahib illa mu’minan wa laa ya’kul tha-‘aamaka illaa taqiyyun.
Artinya:
“Jangan
bersahabat kecuali pada orang mu’min (yang beriman). Dan jangan makan makananmu
kecuali orang bertaqwa.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
Keutamaan Bersahabat.
Barangsiapa salah dalam
memilih sahabat, maka akan menyesal dihari akherat. (QS. Al Furqan : 28).
Seorang sahabat dapat
menjadi teman ataupun musuh di hari akherat. (QS. Az Zuhkruf : 67).
Orang-orang yang saling
mencintai karena Allah SWT. kelak pada hari kiamat mereka akan menduduki
kursi-kursi di sekitar arsy Allah SWT. serta wajah-wajah mereka akan bercahaya
seperti bulan purnama, dan mereka tidak merasa takut sedikitpun. (HR. Ahmad,
Hakim).
Persahabatan adalah mutiara
yang halus maka jagalah persahabatan tersebut dengan baik, karena persahabatan
yang tidak terjaga dapat mendatangkan bencana. (Al Ghazali).
Menghubungkan tali
persahabatan adalah perbuatan yang dapat menyebabkan kita masuk syurga. (HR.
Bukhari, Muslim).
Hendaklah berniat dalam
bersaudara dan bersahabat semata-mata karena Allah SWT. Salah seorang yang
dapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, adalah
dua orang lelaki yang saling menyayangi karena Allah SWT., bertemu dan berpisah
karena Allah SWT. (HR. Muttafaq ‘alaih).
Nabi saw. bersabda: “Manusia itu akan dibangkitkan menurut agama
(kebiasaan) temannya. Maka berhati-hatilah dengan siapa kita berteman.” (HR.
Syekh Nashr Samarqandi).
Janganlah sekali-kali
membuat perpecahan diantara manusia. Allah SWT. mencela terhadap orang yang
suka membuat perpecahan. (QS. Ali Imran : 105).
Seorang mukmin adalah
seseorang yang senantiasa memperbaiki persahabatannya. (HR. Tirmidzi).
Bila memang tidak ada
sahabat yang seiring dalam agama, maka dibolehkan ‘uzlah’ (mengasingkan diri) jika hal itu dapat menyelamatkan agama.
(HR. Syekh Nashr Samarqandi).
Memilih Sahabat.
Hendaknya memilih-milih
(manfaat dan madharatnya) dalam bersahabat sebab tidak setiap orang dapat
dijadikan sebagai sahabat dekat. (HR. Abu Daud, Tirmidzi).
Orang-orang yang sebaiknya
menjadi sahabat adalah mereka yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut;
+1. Memiliki akal yang
sehat. (Imam Ghazali).
+2. Memiliki akhlak yang
mulia. (Imam Ghazali).
+3. Bukan ahli maksia. (QS.
Al Kahfi : 28).
+4. Bukan pengikut hawa
nafsu. (QS. A l Kahfi : 28).
+5. Tidak lalai terhadap
dzikir. (QS. An Najm : 29).
+6. Ahli taubat. (QS. Luqman
: 15).
+7. Bersedia berkorban
untukmu, walaupun ia sendiri dalam kesusahan.
(QS. Al Hasyr : 9).
+8. Memiliki manfaat bagi
kehidupan akhirat. (HR. Abu Daud, Daromi)
+9. Memiliki sifat jujur.
(HR. Abu Daud).
+10. Tidak tamak terhadap
dunia. (QS. An Najm : 29).
+11. Orang-orang yang
sholeh. (QS. An Nisa : 69).
Janganlah kagum mendengar
pembicaraan seseorang, tetapi dibolehkan mengagumi orang-orang berikut ini;
*a. Orang yang apabila
diberi amanat dilaksanakan,
*b. Orang yang tidak pernah
mengganggu orang lain dengan lidah atau tangannya,
*c. Orang yang apabila
berkata, benar dalam perkataannya, dan
*d. Orang yang apabila
terlintas niat dan pikirannya hendak bermaksiat
maka ditahan (dikekang hawa nafsunya).
(Umar bin Kattag ra.)
Dimakruhkan duduk dengan
orang yang cinta dunia dan serakah, karena orang semacam ini dapat merusak
hati, agama, dan kehidupan. (HR. Syekh Nashr Samarqandi).
Yang dinamakan sahabat
sesungguhnya adalah orang yang rela
menerjunkan dirinya kedalam bahaya demi keselamatanmu. (Ali bin Abi Thalib
ra.).
Dianjurkan agar bersahabat
dengan orang yang sholeh. Salah satu keuntungan bersahabat dengan orang sholeh,
adalah dapat mencegah diri kita dari berbuat kejahatan. (Al Ghazali).
Dilarang bersahabat dengan
orang yang memusuhi Islam, karena itu adalah suatu perbuatan zhalim. (QS. Al
Mumtahanah : 9).
Janganlah berteman dengan
orang yang di luar kalangan, yaitu orang-orang yang menyukai sesuatu yang
menyusahkan diri sahabatnya. (QS. Ali Imran : 118).
Sifat riya adalah perbuatan
syetan, maka janganlah menjadikan orang-orang riya sebagai teman, karena mereka
itu adalah seburuk-buruknya teman. (QS. An Nisa : 38).
Janganlah berteman dengan
musuh agama. (QS. Al Mumtahanah : 1).
Seburuk-buruk teman adalah
syetan, yaitu orang-orang yang mengikuti langkah syetan. (QS. As Zukhruf : 38).
Sehingga
apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada kami (di hari kiamat) dia
berkata: "Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara
masyrik dan maghrib, maka syaitan itu adalah sejahat-jahat teman (yang
menyertai manusia)". (QS. As Zukhruf : 38).
Dianjurkan untuk berteman
dengan orang yang senantiasa takut kepada Allah. (Umar bin Khaththab ra.)
Janganlah berteman dengan
orang zhalim, karena kita akan mendapatkan pengetahuan kezhalimannya. (Umar bin
Khaththab ra.)
Tidak diperbolehkan bergaul dengan
orang yang bodoh karena ia akan merugikan. (HR. Ibnu Abbas).
Dianjurkan agar jangan
berteman dengan orang yang serakah dan kikir. (HR. Ibnu Abbas).
Dianjurkan agar jangan
berteman dengan orang yang penakut, karena ia akan membahayakan. (HR. Ibnu Abbas).
Hak Sahabat.
Perumpamaan dua orang yang
bersahabat atau bersaudara, adalah seperti kedua tangan yang saling membasuh.
(HR. As Sulami).
Sesungguhnya Allah SWT.
mengharamkan atas orang mukmin terhadap mukmin lainnya empat hal, yaitu;
+1. Darahnya,
+2. Hartanya,
+3. Kehormatannya, dan
+4. Sangka buruknya. (HR.
Abu Halim).
Hendaklah selalu menutup aib
saudara kita, niscaya Allah SWT. akan menutup aib kita, baik di dunia maupun di
akhirat. (HR. Ibnu Majah).
Hak bersahabat ada beberapa
hal, diantaranya;
*a. Dalam harta, yaitu turut
menjaganya.
*b. Dalam pertolongan, yaitu
selalu siap menolongnya.
*c. Dalam hati, yaitu tidak
menyinggung perasaan hatinya.
*d. Dalam lidah, yaitu
selalu bertutur yang baik.
*e. Dalam memberikan
manfaat, membantu dalam kebaikan
*f. Dalam do’a, yaitu selalu
mendo’akan kebaikan untuknya.
*g. Dalam meringankan, yaitu
menghiburnya tatkala kesusahan.
(Al Ghazali).
Adab Dalam Bersahabat.
Tingkatan dalam bersahabat
ada tiga macam tingkatan;
1). Tingkatan Terendah ialah dalam segala urusan kita memenuhi
keperluan diri kita terlebih dahulu, kemudian baru membantu sahabat.
2). Tingkatan Menengah ialah dalam segala urusan meletakkan sahabat
sejajar dengan kita, bersama-sama dalam suka maupun duka.
3). Tingkatan Tertinggi ialah dalam segala urusan kita mendahulukan
sahabat, kita berkorban untuknya, walaupun diri kita dalam kesusahan. (QS. Al
Hasyr : 9).
Dianjurkan agar senantiasa
melihat sahabat-sahabat kita dengan penuh kasih-sayang. Melihat sahabat atas
cinta dan kasih sayang adalah suatu ibadah. (Fudhail bin ‘Iyadz).
Disunnahkan agar bergaul
dengan sahabat kita dengan penuh keramah-tamahan dan senyum. (HR. Thabrani,
Baihaqi).
Apabila kita mencintai
seorang sahabat maka disunnahkan untuk memberitahukannya, bahwa kita sayang
kepadanya. (HR. Abu Daud, Tirmidzi).
Hendaklah saling memberi
hadiah sesama sahabat kita. Dengan saling memberi hadiah akan menambah rasa
kasih sayang di antara sahabat. (HR. Baihaqi).
Usahakanlah agar kita
mengucapkan ‘salam’ terlebih dahulu saat berjumpa dengan saudara dan sahabat,
dan memberinya tempat duduk dalam majelis, dan hendaknya kita memanggil dengan
nama yang disukainya. (HR. Bukhari).
Jangan bermuka masam di
hadapan orang banyak, karena tidak diperbolehkan oleh Rasulullah saw. (HR. Abu
Darba).
Diperintahkan agar bersikap
lemah lembut, tetapi jangan sampai berlebihan dalam berlemah lembut, yang
mengakibatkan diri kita direndahkan. Dan janganlah bersikap kasar sehingga
ditakuti orang. (Luqman Al Hakim).
Dianjurkan untuk tidak membuka
rahasia pribadi saudara, sahabat ataupun kawan kecuali yang bisa dipercaya.
(Umar bin Khathab ra.).
Disunnahkan untuk
bermusyawarah tentang segala urusan dengan mereka yang selalu takut kepada
Allah SWT. (Umar bin Khathab ra.).
Dianjurkan agar tidak mencintai
atau membenci dengan cara berlebihan karena hal itu dapat merusak persahabatan.
(Umar bin Khathab ra.).
Hendaklah dalam memutuskan
sesuatu urusan selalu dengan bermusyawarah bersama sahabat-sahabat kita. (QS.
Asy Syuura : 38).
Diperbolehkan makan dirumah
sahabat kita. (QS. An Nur : 61).
Dianjurkan agar jangan
sekali-kali berdebat, kecuali untuk maksud ingin menampakkan anugerah kelebihan
akal pikiran. (HR. Hasan).
Dianjurkan agar selalu
menyibukkan diri dengan memandang keburukan diri sendiri. Tetapi atas kesalahan
dan keburukan saudara-saudara kita hendaklah selalu memaafkannya. (HR. Ibnu
Majah).
Dianjurkan agar jangan
sekali-kali meneliti keburukan dan kekurangan orang lain, dan hendaklah jangan
menyelidikinya dan jangan memutuskan hubungan, serta jangan saling
musuh-memusuhi. (HR. Bukhari, Muslim).
Sebaiknya menjauhi
berbantah-bantahan, atau saling berdebat diantara sesama muslim. (HR. Tirmidzi,
Ibnu Majah).
Berbantah-bantahan sesama
sahabat adalah sedikit kebaikannya, dan sedikit manfaatnya, karena sering
menimbulkan perpecahan dan permusuhan diantara sahabat. (HR. Thabrani).
Hendaklah jangan bersenda
gurau hingga melampaui batas, dan jangan mengingkari janji. (HR. Tirmidzi).
Diharamkan berburuk sangka (suu-uzh-zhan)
kepada saudara kita. (QS. Al Hujurat : 12).
Setidaknya tanda kasih
sayang kita dalam bersaudara adalah bila berjumpa saling bermuka manis dan
memberi salam. Orang yang berkasih sayang karena Allah SWT., bila bertemu
saling bermuka manis (tersenyum), maka akan berguguran dosa-dosanya seperti
bergugurannya daun kering pada musim kemarau. (HR. Mujahid).
Dianjurkan agar membiasakan
diri berjabat tangan bila bertemu saudara, karena akan mempererat kasih sayang.
(Hasan Al Bashri).
Jangan sekali-kali berkata
keji dan berlaku buruk kepada sesama Muslim. Rasulullah saw. bersabda: “Seorang lelaki yang mengatakan perkataan
keji maka ia adalah lelaki yang buruk dan merupakan perbuatan zhalim.” (HR.
Syekh Nashr Samarqandi).
Dianjurkan agar berusaha
membalas perbuatan buruk seseorang dengan kebaikan. Memang adalah suatu hal
yang sangat sulit dilakukan, tetapi merupakan akhlak yang terpuji. (HR. Syekh
Nashr Samarqandi).
Dianjurkan agar tidak
terlalu sering mengunjungi saudara, karena hal itu akan menimbulkan kebosanan
mereka terhadap kita. (HR. Syekh Nashr Samarqandi).
Dianjurkan agar bersifat
kasih sayang terhadap sesama muslim dan bersifat keras (terutama dalam hal
prinsip) terhadap musuh-musuh Islam. (QS. Al Maidah : 57).
Salah satu sikap seorang
mukmin itu adalah selalu bersikap lemah lembut dan merendahkan tanpa
menunjukkan kehinaan di hadapan orang lain. (HR. Syekh Nashr Samarqandi).
Memuliakan Sahabat.
Jangan sekali-kali
meremehkan sesama saudara karena hal itu dilarang oleh agama. Hendaklah
senantiasa melihat kebalikannya sehingga kita tidak akan meremehkannya. (Sufyan
bin Uyainah).
Tidak diperbolehkan
memuliakan seseorang secara berlebihan, sebab dikuatirkan dapat menimbulkan
kejelekan. (HR. Syekh Nashr Samarqandi).
Dianjurkan jika kita tidak
dapat membalas pemberian atau kebaikan seseorang dengan harta maka hendaklah
membalasnya dengan do’a dan pujian. (HR. Syekh Nashr Samarqandi).
Membantu Sahabat.
Ditekankan agar saling
membantu sesama sahabat. (HR. Daromi).
Diwajibkan agar saling
sayang di antara sesama Muslim. (QS. Al Fath : 29).
Jika seseorang itu mau
membantu saudaranya yang membutuhkan pertolongannya, maka ia telah menuju jalan
keselamatan. Sebaliknya seseorang yang enggan membantu saudaranya dapat
menyebabkan dirinya menerima siksa kelak pada hari kiamat. (Ali bin Abi Thalib
ra.)
Sahabat Yang Buruk.
Aisyah r.ha menasehatkan: “Hinakanlah orang yang menghinamu dan
muliakanlah orang yang memuliakanmu karena itu merupakan sikap adil dan
bijaksana.”
Suka memaafkan dan berbuat
baik terhadap orang yang berbuat buruk
kepada kita adalah merupakan sikap yang lebih dicintai dan terpuji. (HR. Syekh
Nashr Samarqandi).
Tiga perkara termasuk akhlak
penghuni syurga ialah;
+1. Berbuat baik kepada orang
yang berbuat buruk kepada kita,
+2. Memaafkan orang yang
berbuat dzalim terhadap kita, dan
+3. Memberi sesuatu kepada
orang yang tidak pernah memberi kepada kita.
(HR. Syekh Nashr
Samarqandi).
Dianjurkan agar sebaiknya
menghindari sahabat yang senantiasa merepotkan dengan berlebihan, karena
sejahat-jahatnya teman akrab adalah orang memberatkan kita. (Al Ghazali).
Jangan sekali-kali membalas
suatu kebaikan dengan keburukan, karena suatu kehinaan adalah seseorang yang
membalas kebaikan saudaranya dengan keburukan. (HR. Syekh Nashr Samarqandi).
Memutuskan Silaturahmi.
Jangan sekali-kali
memutuskan silahturahmi sesama muslim, karena memutuskan silahturahmi adalah
dosa yang sangat besar sehingga Allah SWT. melaknat orang yang memutuskan tali
silahturahmi atau persahabatan. (QS. Al Baqarah : 27).
Diperbolehkan memutuskan
tali silahturahmi dengan orang fasiq (bila tanpa maksud dakwah) karena itu
adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. (Hasan Al
Bashri).
*** ## ***

No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.