Translate

Sunday, October 30, 2016

ADAB BERSAHABAT.

Adab Islam.
Carilah Sahabat yang Mu’min dan Bertaqwa.
Sabda Rasulullah saw.:
Laa tushaahib illa mu’minan wa laa ya’kul tha-‘aamaka illaa taqiyyun.
Artinya:
“Jangan bersahabat kecuali pada orang mu’min (yang beriman). Dan jangan makan makananmu kecuali orang bertaqwa.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi).

Keutamaan Bersahabat.
Barangsiapa salah dalam memilih sahabat, maka akan menyesal dihari akherat. (QS. Al Furqan : 28).

Seorang sahabat dapat menjadi teman ataupun musuh di hari akherat. (QS. Az Zuhkruf : 67).

Orang-orang yang saling mencintai karena Allah SWT. kelak pada hari kiamat mereka akan menduduki kursi-kursi di sekitar arsy Allah SWT. serta wajah-wajah mereka akan bercahaya seperti bulan purnama, dan mereka tidak merasa takut sedikitpun. (HR. Ahmad, Hakim).

Persahabatan adalah mutiara yang halus maka jagalah persahabatan tersebut dengan baik, karena persahabatan yang tidak terjaga dapat mendatangkan bencana. (Al Ghazali).

Menghubungkan tali persahabatan adalah perbuatan yang dapat menyebabkan kita masuk syurga. (HR. Bukhari, Muslim).

Hendaklah berniat dalam bersaudara dan bersahabat semata-mata karena Allah SWT. Salah seorang yang dapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, adalah dua orang lelaki yang saling menyayangi karena Allah SWT., bertemu dan berpisah karena Allah SWT. (HR. Muttafaq ‘alaih).

Nabi saw. bersabda: “Manusia itu akan dibangkitkan menurut agama (kebiasaan) temannya. Maka berhati-hatilah dengan siapa kita berteman.” (HR. Syekh Nashr Samarqandi).

Janganlah sekali-kali membuat perpecahan diantara manusia. Allah SWT. mencela terhadap orang yang suka membuat perpecahan. (QS. Ali Imran : 105).

Seorang mukmin adalah seseorang yang senantiasa memperbaiki persahabatannya. (HR. Tirmidzi).

Bila memang tidak ada sahabat yang seiring dalam agama, maka dibolehkan ‘uzlah’ (mengasingkan diri) jika hal itu dapat menyelamatkan agama. (HR. Syekh Nashr Samarqandi).

Memilih Sahabat.
Hendaknya memilih-milih (manfaat dan madharatnya) dalam bersahabat sebab tidak setiap orang dapat dijadikan sebagai sahabat dekat. (HR. Abu Daud, Tirmidzi).

Orang-orang yang sebaiknya menjadi sahabat adalah mereka yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut;
+1. Memiliki akal yang sehat. (Imam Ghazali).
+2. Memiliki akhlak yang mulia. (Imam Ghazali).
+3. Bukan ahli maksia. (QS. Al Kahfi : 28).
+4. Bukan pengikut hawa nafsu. (QS. A l Kahfi : 28).
+5. Tidak lalai terhadap dzikir. (QS. An Najm : 29).
+6. Ahli taubat. (QS. Luqman : 15).
+7. Bersedia berkorban untukmu, walaupun ia sendiri dalam kesusahan.
   (QS. Al Hasyr : 9).
+8. Memiliki manfaat bagi kehidupan akhirat. (HR. Abu Daud, Daromi)
+9. Memiliki sifat jujur. (HR. Abu Daud).
+10. Tidak tamak terhadap dunia. (QS. An Najm : 29).
+11. Orang-orang yang sholeh. (QS. An Nisa : 69).

Janganlah kagum mendengar pembicaraan seseorang, tetapi dibolehkan mengagumi orang-orang berikut ini;
*a. Orang yang apabila diberi amanat dilaksanakan,
*b. Orang yang tidak pernah mengganggu orang lain dengan lidah atau tangannya,
*c. Orang yang apabila berkata, benar dalam perkataannya, dan
*d. Orang yang apabila terlintas niat dan pikirannya hendak bermaksiat
     maka ditahan (dikekang hawa nafsunya).
(Umar bin Kattag ra.)

Dimakruhkan duduk dengan orang yang cinta dunia dan serakah, karena orang semacam ini dapat merusak hati, agama, dan kehidupan. (HR. Syekh Nashr Samarqandi).

Yang dinamakan sahabat sesungguhnya adalah orang  yang rela menerjunkan dirinya kedalam bahaya demi keselamatanmu. (Ali bin Abi Thalib ra.).

Dianjurkan agar bersahabat dengan orang yang sholeh. Salah satu keuntungan bersahabat dengan orang sholeh, adalah dapat mencegah diri kita dari berbuat kejahatan. (Al Ghazali).

Dilarang bersahabat dengan orang yang memusuhi Islam, karena itu adalah suatu perbuatan zhalim. (QS. Al Mumtahanah : 9).

Janganlah berteman dengan orang yang di luar kalangan, yaitu orang-orang yang menyukai sesuatu yang menyusahkan diri sahabatnya. (QS. Ali Imran : 118).

Sifat riya adalah perbuatan syetan, maka janganlah menjadikan orang-orang riya sebagai teman, karena mereka itu adalah seburuk-buruknya teman. (QS. An Nisa : 38).

Janganlah berteman dengan musuh agama. (QS. Al Mumtahanah : 1).

Seburuk-buruk teman adalah syetan, yaitu orang-orang yang mengikuti langkah syetan. (QS. As Zukhruf : 38).
Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada kami (di hari kiamat) dia berkata: "Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara masyrik dan maghrib, maka syaitan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia)". (QS. As Zukhruf : 38).

Dianjurkan untuk berteman dengan orang yang senantiasa takut kepada Allah. (Umar bin Khaththab ra.)

Janganlah berteman dengan orang zhalim, karena kita akan mendapatkan pengetahuan kezhalimannya. (Umar bin Khaththab ra.)

Tidak diperbolehkan bergaul dengan orang yang bodoh karena ia akan merugikan. (HR. Ibnu Abbas).

Dianjurkan agar jangan berteman dengan orang yang serakah dan kikir. (HR. Ibnu Abbas).

Dianjurkan agar jangan berteman dengan orang yang penakut, karena ia akan membahayakan. (HR. Ibnu Abbas).

Hak Sahabat.
Perumpamaan dua orang yang bersahabat atau bersaudara, adalah seperti kedua tangan yang saling membasuh. (HR. As Sulami).

Sesungguhnya Allah SWT. mengharamkan atas orang mukmin terhadap mukmin lainnya empat hal, yaitu;
+1. Darahnya,
+2. Hartanya,
+3. Kehormatannya, dan
+4. Sangka buruknya. (HR. Abu Halim).

Hendaklah selalu menutup aib saudara kita, niscaya Allah SWT. akan menutup aib kita, baik di dunia maupun di akhirat. (HR. Ibnu Majah).

Hak bersahabat ada beberapa hal, diantaranya;
*a. Dalam harta, yaitu turut menjaganya.
*b. Dalam pertolongan, yaitu selalu siap menolongnya.
*c. Dalam hati, yaitu tidak menyinggung perasaan hatinya.
*d. Dalam lidah, yaitu selalu bertutur yang baik.
*e. Dalam memberikan manfaat, membantu dalam kebaikan
*f. Dalam do’a, yaitu selalu mendo’akan kebaikan untuknya.
*g. Dalam meringankan, yaitu menghiburnya tatkala kesusahan.
(Al Ghazali).

Adab Dalam Bersahabat.
Tingkatan dalam bersahabat ada tiga macam tingkatan;
1). Tingkatan Terendah ialah dalam segala urusan kita memenuhi keperluan diri kita terlebih dahulu, kemudian baru membantu sahabat.

2). Tingkatan Menengah ialah dalam segala urusan meletakkan sahabat sejajar dengan kita, bersama-sama dalam suka maupun duka.

3). Tingkatan Tertinggi ialah dalam segala urusan kita mendahulukan sahabat, kita berkorban untuknya, walaupun diri kita dalam kesusahan. (QS. Al Hasyr : 9).

Dianjurkan agar senantiasa melihat sahabat-sahabat kita dengan penuh kasih-sayang. Melihat sahabat atas cinta dan kasih sayang adalah suatu ibadah. (Fudhail bin ‘Iyadz).

Disunnahkan agar bergaul dengan sahabat kita dengan penuh keramah-tamahan dan senyum. (HR. Thabrani, Baihaqi).

Apabila kita mencintai seorang sahabat maka disunnahkan untuk memberitahukannya, bahwa kita sayang kepadanya. (HR. Abu Daud, Tirmidzi).

Hendaklah saling memberi hadiah sesama sahabat kita. Dengan saling memberi hadiah akan menambah rasa kasih sayang di antara sahabat. (HR. Baihaqi).

Usahakanlah agar kita mengucapkan ‘salam’ terlebih dahulu saat berjumpa dengan saudara dan sahabat, dan memberinya tempat duduk dalam majelis, dan hendaknya kita memanggil dengan nama yang disukainya. (HR. Bukhari).

Jangan bermuka masam di hadapan orang banyak, karena tidak diperbolehkan oleh Rasulullah saw. (HR. Abu Darba).

Diperintahkan agar bersikap lemah lembut, tetapi jangan sampai berlebihan dalam berlemah lembut, yang mengakibatkan diri kita direndahkan. Dan janganlah bersikap kasar sehingga ditakuti orang. (Luqman Al Hakim).

Dianjurkan untuk tidak membuka rahasia pribadi saudara, sahabat ataupun kawan kecuali yang bisa dipercaya. (Umar bin Khathab ra.).

Disunnahkan untuk bermusyawarah tentang segala urusan dengan mereka yang selalu takut kepada Allah SWT. (Umar bin Khathab ra.).

Dianjurkan agar tidak mencintai atau membenci dengan cara berlebihan karena hal itu dapat merusak persahabatan. (Umar bin Khathab ra.).

Hendaklah dalam memutuskan sesuatu urusan selalu dengan bermusyawarah bersama sahabat-sahabat kita. (QS. Asy Syuura : 38).

Diperbolehkan makan dirumah sahabat kita. (QS. An Nur : 61).

Dianjurkan agar jangan sekali-kali berdebat, kecuali untuk maksud ingin menampakkan anugerah kelebihan akal pikiran. (HR. Hasan).

Dianjurkan agar selalu menyibukkan diri dengan memandang keburukan diri sendiri. Tetapi atas kesalahan dan keburukan saudara-saudara kita hendaklah selalu memaafkannya. (HR. Ibnu Majah).

Dianjurkan agar jangan sekali-kali meneliti keburukan dan kekurangan orang lain, dan hendaklah jangan menyelidikinya dan jangan memutuskan hubungan, serta jangan saling musuh-memusuhi. (HR. Bukhari, Muslim).

Sebaiknya menjauhi berbantah-bantahan, atau saling berdebat diantara sesama muslim. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah).

Berbantah-bantahan sesama sahabat adalah sedikit kebaikannya, dan sedikit manfaatnya, karena sering menimbulkan perpecahan dan permusuhan diantara sahabat. (HR. Thabrani).

Hendaklah jangan bersenda gurau hingga melampaui batas, dan jangan mengingkari janji. (HR. Tirmidzi).

Diharamkan berburuk sangka (suu-uzh-zhan) kepada saudara kita. (QS. Al Hujurat : 12).

Setidaknya tanda kasih sayang kita dalam bersaudara adalah bila berjumpa saling bermuka manis dan memberi salam. Orang yang berkasih sayang karena Allah SWT., bila bertemu saling bermuka manis (tersenyum), maka akan berguguran dosa-dosanya seperti bergugurannya daun kering pada musim kemarau. (HR. Mujahid).

Dianjurkan agar membiasakan diri berjabat tangan bila bertemu saudara, karena akan mempererat kasih sayang. (Hasan Al Bashri).

Jangan sekali-kali berkata keji dan berlaku buruk kepada sesama Muslim. Rasulullah saw. bersabda: “Seorang lelaki yang mengatakan perkataan keji maka ia adalah lelaki yang buruk dan merupakan perbuatan zhalim.” (HR. Syekh Nashr Samarqandi).

Dianjurkan agar berusaha membalas perbuatan buruk seseorang dengan kebaikan. Memang adalah suatu hal yang sangat sulit dilakukan, tetapi merupakan akhlak yang terpuji. (HR. Syekh Nashr Samarqandi).

Dianjurkan agar tidak terlalu sering mengunjungi saudara, karena hal itu akan menimbulkan kebosanan mereka terhadap kita. (HR. Syekh Nashr Samarqandi).

Dianjurkan agar bersifat kasih sayang terhadap sesama muslim dan bersifat keras (terutama dalam hal prinsip) terhadap musuh-musuh Islam. (QS. Al Maidah : 57).

Salah satu sikap seorang mukmin itu adalah selalu bersikap lemah lembut dan merendahkan tanpa menunjukkan kehinaan di hadapan orang lain. (HR. Syekh Nashr Samarqandi).

Memuliakan Sahabat.
Jangan sekali-kali meremehkan sesama saudara karena hal itu dilarang oleh agama. Hendaklah senantiasa melihat kebalikannya sehingga kita tidak akan meremehkannya. (Sufyan bin Uyainah).

Tidak diperbolehkan memuliakan seseorang secara berlebihan, sebab dikuatirkan dapat menimbulkan kejelekan. (HR. Syekh Nashr Samarqandi).

Dianjurkan jika kita tidak dapat membalas pemberian atau kebaikan seseorang dengan harta maka hendaklah membalasnya dengan do’a dan pujian. (HR. Syekh Nashr Samarqandi).

Membantu Sahabat.
Ditekankan agar saling membantu sesama sahabat. (HR. Daromi).

Diwajibkan agar saling sayang di antara sesama Muslim. (QS. Al Fath : 29).

Jika seseorang itu mau membantu saudaranya yang membutuhkan pertolongannya, maka ia telah menuju jalan keselamatan. Sebaliknya seseorang yang enggan membantu saudaranya dapat menyebabkan dirinya menerima siksa kelak pada hari kiamat. (Ali bin Abi Thalib ra.)

Sahabat Yang Buruk.
Aisyah r.ha menasehatkan: “Hinakanlah orang yang menghinamu dan muliakanlah orang yang memuliakanmu karena itu merupakan sikap adil dan bijaksana.”

Suka memaafkan dan berbuat baik terhadap orang yang berbuat  buruk kepada kita adalah merupakan sikap yang lebih dicintai dan terpuji. (HR. Syekh Nashr Samarqandi).

Tiga perkara termasuk akhlak penghuni syurga ialah;
+1. Berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepada kita,
+2. Memaafkan orang yang berbuat dzalim terhadap kita, dan
+3. Memberi sesuatu kepada orang yang tidak pernah memberi kepada kita.
(HR. Syekh Nashr Samarqandi).

Dianjurkan agar sebaiknya menghindari sahabat yang senantiasa merepotkan dengan berlebihan, karena sejahat-jahatnya teman akrab adalah orang memberatkan kita. (Al Ghazali).

Jangan sekali-kali membalas suatu kebaikan dengan keburukan, karena suatu kehinaan adalah seseorang yang membalas kebaikan saudaranya dengan keburukan. (HR. Syekh Nashr Samarqandi).

Memutuskan Silaturahmi.
Jangan sekali-kali memutuskan silahturahmi sesama muslim, karena memutuskan silahturahmi adalah dosa yang sangat besar sehingga Allah SWT. melaknat orang yang memutuskan tali silahturahmi atau persahabatan. (QS. Al Baqarah : 27).

Diperbolehkan memutuskan tali silahturahmi dengan orang fasiq (bila tanpa maksud dakwah) karena itu adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. (Hasan Al Bashri).

                                                         *** ## ***


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.