Bahaya selanjutnya yang
ditimbulkan oleh lidah yang tidak dikontrol oleh agama dan dikendalikan oleh
iman dan taqwa ialah suka memuji diri sendiri. Seorang yang memuji dirinya
sendiri itu bermacam-macam, ada yang karena ilmunya, pangkatnya, kecantikannya
atau ketampanannya dan banyaknya harta. Seseorang yang memuji dirinya sendiri
cenderung akan menjadi kesombongan dan kecongkakan dalam hidupnya, yang pada gilirannya
akan berbuat semena-mena, sudah tidak ingat lagi pada yang mengaruniakan harta,
kekayaan, menaikkan pangkat dan derajat.
Perkembangan teknologi
akhir-akhir ini justru semakin menyuburkan sifat-sifat memuji diri yang
berlebihan. Perkembangan teknologi hand-phone (telepon genggam) yang sudah
dilengkapi kamera digital dan terkoneksi secara luas keseluruh dunia melalui
jaringan komunikasi maya yang dinamakan internet. Sehingga memungkinkan orang-orang
mengirimkan foto-foto diri, keluarga, kerabat, handai taulan dengan mudah,
tinggal menekan beberapa tombol, tersebarlah gambar-gambar kita keseluruh
dunia, dan setiap orang bisa mengakses dan melihatnya. Kemudahan untuk
menampilkan diri-sendiri cenderung mendorong seseorang untuk mengeksploitasi dirinya
agar dilihat masyarakat tanpa keluar biaya terlalu banyak. Eksploitasi
berlebihan ini yang kemudian terakumulasi setiap menit, jam, hari membuat
seseorang lupa diri, tidak terkontrol emosi diri akhirnya tumbuh bagga diri,
riya akan perhatian, sehingga terpendam ketagihan dan haus akan perhatian
mengakar dalam-dalam membentuk karakter baru yang membutuhkan penyaluran.
Orang-orang kini menamakan
karakter baru dengan nama narsis, bangga akan diri, memuji akan diri membutuhkan
penyaluran agar diperhatikan dan membutuhkan pengakuan orang lain. Sosial media
serba canggih dengan adanya yang namanya ‘facebook’, ‘twitter’, ‘Google Plus’, ‘Instagram’,
‘Pinterest’, ‘Tumblr’, ‘Flickr’, ‘Linkedln’, ‘Ask.Fm’, ‘Social “Chat” Apps’ dan
masih banyak lainnya. Intinya Sosial media tersebut secara umum bisa diartikan
sebagai situs yang menyediakan wadah bagi penggunanya untuk saling berinteraksi
secara online. Di media sosial kita bisa saling berinteraksi dengan pengguna
lain, atau mungkin malah menjalin hubungan bisnis dengan orang dari berbagai
kalangan dengan cepat dan mudah. Tapi bukan itu yang akan kita ulas, melainkan
akibat karakter yang terbentuk bertunas subur tumbuh menjamur menyeruak
kesegenap kalangan masyarakat dinamakan ‘Narsisme’.
Dari Wikipedia sifat narsis
atau Narsisme diulas sebagai perasaan
cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini
disebut narsisis (narcissist). Istilah ini pertama kali digunakan dalam
psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani,
Narkissos (versi bahasa Latin: Narcissus), yang dikutuk sehingga ia mencintai
bayangannya sendiri di kolam. Ia sangat terpengaruh oleh rasa cinta akan
dirinya sendiri dan tanpa sengaja menjulurkan tangannya hingga tenggelam dan
akhirnya tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis. Sifat
narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir, bahkan Andrew Morrison
berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan
membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam
hubungannya dengan orang lain. Narsisisme memiliki sebuah peranan yang sehat
dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan
prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia. Namun apabila jumlahnya
berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis.
Kelainan kepribadian atau bisa disebut juga penyimpangan kepribadian merupakan
istilah umum untuk jenis penyakit mental seseorang, di mana pada kondisi
tersebut cara berpikir, cara memahami situasi dan kemampuan berhubungan dengan
orang lain tidak berfungsi normal. Kondisi itu membuat seseorang memiliki sifat
yang menyebabkannya merasa dan berperilaku dengan cara-cara yang menyedihkan,
membatasi kemampuannya untuk dapat berperan dalam suatu hubungan. Seseorang
yang narsis biasanya memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat, namun apabila
narsisme yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan yang bersifat patologis,
maka rasa percaya diri yang kuat tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk rasa
percaya diri yang tidak sehat, karena hanya memandang dirinya sebagai yang
paling hebat dari orang lain tanpa bisa menghargai orang lain. Selain itu,
seseorang dengan sifat narsis yang berlebihan memiliki kecenderungan untuk
meninggikan dirinya di hadapan orang lain, menjaga harga dirinya dengan
merendahkan orang lain saat orang lain memiliki kemampuan atau hal yang lebih
baik darinya, bahkan tidak segan untuk mengasingkan orang lain untuk memperoleh
kemenangan.
Sudah jelas sekarang, apabila
sifat narsis sudah membentuk kepribadian, mengakar dalam-dalam didalam alam bawah
sadar kita, perilaku tersebut juga akan mengkontrol cara dan bentuk kata-kata yang
keluar dari lidah kita. Semua nyaris tentang pujian terhadap diri sendiri saja.
Al-Qur’an sendiri telah memperingatkan kepada kita semua supaya menjauhi dari
memuji diri sendiri. Dalam surat An-Najm
ayat 32, yang artinya:
“Sebab
itu janganlah kamu memuji dirimu sendiri. Dia lebih mengetahui siapa yang
sebenarnya takut.”
Pada suatu ketika seorang
filosof ditanya: “Apakah sesungguhnya yang disebut dengan jahat yang
sebenarnya?” Maka ia menjawab: “Kelakuan atau perbuatan seseorang yang suka
memuji dirinya sendiri.” Itulah sebabnya jangan sampai kita terjerumus dalam
kebiasaan yang tidak baik itu. Ketahuilah bahwasanya perbuatan memuji dirinya
sendiri itu pada hakikatnya akan menurunkan derajatnya sendiri dari pandangan
orang lain, dan dirinya akan dikutuk oleh Tuhan.
***
No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.