Translate

Friday, October 7, 2016

MEMUJI DIRI SENDIRI

Bahaya selanjutnya yang ditimbulkan oleh lidah yang tidak dikontrol oleh agama dan dikendalikan oleh iman dan taqwa ialah suka memuji diri sendiri. Seorang yang memuji dirinya sendiri itu bermacam-macam, ada yang karena ilmunya, pangkatnya, kecantikannya atau ketampanannya dan banyaknya harta. Seseorang yang memuji dirinya sendiri cenderung akan menjadi kesombongan dan kecongkakan dalam hidupnya, yang pada gilirannya akan berbuat semena-mena, sudah tidak ingat lagi pada yang mengaruniakan harta, kekayaan, menaikkan pangkat  dan derajat.



Perkembangan teknologi akhir-akhir ini justru semakin menyuburkan sifat-sifat memuji diri yang berlebihan. Perkembangan teknologi hand-phone (telepon genggam) yang sudah dilengkapi kamera digital dan terkoneksi secara luas keseluruh dunia melalui jaringan komunikasi maya yang dinamakan internet. Sehingga memungkinkan orang-orang mengirimkan foto-foto diri, keluarga, kerabat, handai taulan dengan mudah, tinggal menekan beberapa tombol, tersebarlah gambar-gambar kita keseluruh dunia, dan setiap orang bisa mengakses dan melihatnya. Kemudahan untuk menampilkan diri-sendiri cenderung mendorong seseorang untuk mengeksploitasi dirinya agar dilihat masyarakat tanpa keluar biaya terlalu banyak. Eksploitasi berlebihan ini yang kemudian terakumulasi setiap menit, jam, hari membuat seseorang lupa diri, tidak terkontrol emosi diri akhirnya tumbuh bagga diri, riya akan perhatian, sehingga terpendam ketagihan dan haus akan perhatian mengakar dalam-dalam membentuk karakter baru yang membutuhkan penyaluran.

Orang-orang kini menamakan karakter baru dengan nama narsis, bangga akan diri, memuji akan diri membutuhkan penyaluran agar diperhatikan dan membutuhkan pengakuan orang lain. Sosial media serba canggih dengan adanya yang namanya ‘facebook’, ‘twitter’, ‘Google Plus’, ‘Instagram’, ‘Pinterest’, ‘Tumblr’, ‘Flickr’, ‘Linkedln’, ‘Ask.Fm’, ‘Social “Chat” Apps’ dan masih banyak lainnya. Intinya Sosial media tersebut secara umum bisa diartikan sebagai situs yang menyediakan wadah bagi penggunanya untuk saling berinteraksi secara online. Di media sosial kita bisa saling berinteraksi dengan pengguna lain, atau mungkin malah menjalin hubungan bisnis dengan orang dari berbagai kalangan dengan cepat dan mudah. Tapi bukan itu yang akan kita ulas, melainkan akibat karakter yang terbentuk bertunas subur tumbuh menjamur menyeruak kesegenap kalangan masyarakat dinamakan ‘Narsisme’.

Dari Wikipedia sifat narsis atau Narsisme diulas sebagai perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist). Istilah ini pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani, Narkissos (versi bahasa Latin: Narcissus), yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam. Ia sangat terpengaruh oleh rasa cinta akan dirinya sendiri dan tanpa sengaja menjulurkan tangannya hingga tenggelam dan akhirnya tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis. Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir, bahkan Andrew Morrison berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain. Narsisisme memiliki sebuah peranan yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia. Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis. Kelainan kepribadian atau bisa disebut juga penyimpangan kepribadian merupakan istilah umum untuk jenis penyakit mental seseorang, di mana pada kondisi tersebut cara berpikir, cara memahami situasi dan kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal. Kondisi itu membuat seseorang memiliki sifat yang menyebabkannya merasa dan berperilaku dengan cara-cara yang menyedihkan, membatasi kemampuannya untuk dapat berperan dalam suatu hubungan. Seseorang yang narsis biasanya memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat, namun apabila narsisme yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan yang bersifat patologis, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya memandang dirinya sebagai yang paling hebat dari orang lain tanpa bisa menghargai orang lain. Selain itu, seseorang dengan sifat narsis yang berlebihan memiliki kecenderungan untuk meninggikan dirinya di hadapan orang lain, menjaga harga dirinya dengan merendahkan orang lain saat orang lain memiliki kemampuan atau hal yang lebih baik darinya, bahkan tidak segan untuk mengasingkan orang lain untuk memperoleh kemenangan.

Sudah jelas sekarang, apabila sifat narsis sudah membentuk kepribadian, mengakar dalam-dalam didalam alam bawah sadar kita, perilaku tersebut juga akan mengkontrol cara dan bentuk kata-kata yang keluar dari lidah kita. Semua nyaris tentang pujian terhadap diri sendiri saja. Al-Qur’an sendiri telah memperingatkan kepada kita semua supaya menjauhi dari memuji diri sendiri. Dalam surat An-Najm ayat 32, yang artinya:
“Sebab itu janganlah kamu memuji dirimu sendiri. Dia lebih mengetahui siapa yang sebenarnya takut.”

Pada suatu ketika seorang filosof ditanya: “Apakah sesungguhnya yang disebut dengan jahat yang sebenarnya?” Maka ia menjawab: “Kelakuan atau perbuatan seseorang yang suka memuji dirinya sendiri.” Itulah sebabnya jangan sampai kita terjerumus dalam kebiasaan yang tidak baik itu. Ketahuilah bahwasanya perbuatan memuji dirinya sendiri itu pada hakikatnya akan menurunkan derajatnya sendiri dari pandangan orang lain, dan dirinya akan dikutuk oleh Tuhan.


                                                                   ***

No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.