Translate

Saturday, October 1, 2016

DUSTA DALAM MELANGGAR JANJI

Melanggar janji itu adalah akibat dari lidah yang tidak terkontrol agama, sehingga ia mudah melanggar janjinya sendiri. Janji adalah suatu hutang yang harus dibayarnya. Allah Ta’aala dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 1 menjelaskan kepada orang-orang beriman supaya memenuhi janji-janji baik kepada manusia apalagi berjanji kepada Allah SWT. Janji kepada Allah SWT. Yaitu melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi segala larangan-laranganNya sewaktu masih berada dalam kandungan ibu kita.
Pernah terjadi ketika Rasullullah saw. telah berjanji kepada Abul Haitsam hendak memgerinya pelayan. Kemudian suatu hari datanglah tiga orang tawanan, dua diberikan kepada orang lain dan sisanya kepada Abul Haitsam. 


Fatimah putri Rasulllullah juga meminta sorang pelayan seraya menunjukkan tangannya dan berkata “Cobalah, ayah lihat ini tanganku berbekas karena menggiling gandum sendiri”. Nabi saw. mengatakan kepadanya ahwa beliau sudah berjanji lebih dahulu kepada Abul Haitsam untuk memberikan sisa pelayan dari tiga orang tahanan. Akhirnya pelayan itu tidak diberikan kepada putrinya. Nabi saw. lebih mengutamakan orang yang sudah dijanjikannya, sekalipun beliau tahu betapa merahnya tangan putrinya sebab menggiling gandum sendiri.

Suatu peristiwa lain adalah ketika Rasullullah sedang duduk membagi rampasan Hawazin dari perang Hunain. Tiba-tiba diantara kerumunan orang ada yang berujar: “Saya pernah mendapat janji dari Tuan, ya Rasullullah!”. Nabi saw. bersabda: “Baiklah tuntutlah kini apa yang kamu inginkan.” Ia berkata: “Saya menuntut delapan puluh ekor unta beserta pengembalanya sekali.” Beliau saw. bersabda: “Baik, tuntutanmu dapat kupenuhi. Yang kau tuntut hanyalah soal yang ringan saja.” (Diriwatkan Hakim dan Ibnu Hibban).

Pada waktu Umar bin Abdul ‘Aziz sudah mendekati ajalnya, ia berkata: “Putriku itu sudah dipinang oleh seorang lelaki dari suku Quraisy. Antara aku dengan dia sudah ada percakapan yang serupa perjanjian. Maka demi Allah, saya tidak akan bertemu dengan Allah dengan membawa sepertiga sifat kemunafikan. Maka dari itu saya mempersaksikan kepadamu semua bahwa saya telah mengawinkan putriku itu dengan orang Quraisy tadi.”

Telah diriwatkan dari Abdullah bin Abul Khansa, katanya: “Saya pernah berjanji dengan Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul. Janji saya adalah untuk datang kesuatu tempat yang sudah ditentukan. Tiba-tiba saya terlupa dengan janji itu pada hari itu, juga pada esok harinya. Pada hari ketiga barulah saya ingat, lalu saya mendatanginya. Setelah Nabi saw. melihat kedatanganku lalu bersabda: ‘Hai pemuda! Saudara telah membuat kesengsaraan kepadaku ditempat ini, sebab saya telah menantikanmu sejak tiga hari yang lalu’”.

Dengan demikian barangsiapa telah mengerti benar-benar apa artinya janji, maka seharusnya ia menepati janjinya, kecuali ada halangan atau udzur yang tidak dapat dihindari. Jikalau saat berjanji sudah diniatkan dalam hati untuk tidak menepati janjinya, maka ia tergolong kedalam sifat-sifat yang dimiliki oleh orang-orang munafik, sebagaimana hadits berikut:
1). Hadits Rasullullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhory dan Muslim
Artinya:
“Ada tiga perkara, barangsiapa memiliki semua itu dalam dirinya, maka ia adalah seorang munafik, sekalipun ia sholat, berpuasa dan mengira bahwa ia seorang muslim, yaitu jikalau berkata dusta, jikalau berjanji menyalahi, dan jikalau dipercaya berkhianat.”

2). Juga dalam hadits berikut yang diriwatkan Imam Bukhory dari Abdullah bin Amr:
Artinya;
“Ada empat perkara, barangsiapa yang memiliki semuanya itu dalam dirinya, maka ia adalah seorang munafik, sedang barangsiapa yang memiliki salah satu dari sifat-sifat itu didalam dirinya, maka ia memiliki salah satu sifat kemunafikan, sehingga ia meninggalkan sifat tadi. Empat perkara itu ialah jikalau berbicara dusta, jikalau berjanji menyalahi, jikalau menjanjikan sesuatu bercidera dan jikalau bermusuhan berlaku curang.”

3). Hadits Rasullullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari sahabat Abu Huarairah.
Artinya:
“Allah berfirman (Hadits Qudsi): Tiga golongan manusia yang Aku menjadi musuhnya, yaitu; seseorang yang berjanji kepadaKu lalu mengingkari. Seorang menjual orang yang merdeka, lalu ia makan harganya. Dan seorang yang mengambil orang lain menjadi buruh, sedang orang itu telah memenuhi pekerjaannya, tetapi ia tidak membayarkan gajinya.”

Beberapa ayat Al-Qur’an menyangkut Melanggar atau Menyalahi Janji
a). Surat Al-Maidah ayat  1:
YAA AYUHAL LADZIINA AAMANUU AUFUU BIL ‘UQUUDI.
Artinya:
“Hai orang-orang beriman sempurnakanlah janjimu..”

b). Surat Al-Isro’ ayat 34:
WA AUFUU BIL ‘AHDI INNAL ‘AHDA KAANA MAS-UULAA
Artinya:
“Dan sempurnakanlah janjimu, karena janji itu akan diminta tanggung jawabnya”

c). Surat An-Nahl ayat 91:
WA AUFUU BI-‘ADHIL LAAHI IDZAA ‘AA-HADTUM WALAA TANQUDLUULAIMAANA BA’DA TAUKIIDIHAA WAQOD JA’ALTUMULLAAHA ‘ALAIKUM KAFIILAA, INNALLAAHA YA’LAMU MAATAF’ALUUN.
“Dan tepatlah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji, dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpahmu itu sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.”

d). Surat Al-Fath ayat 10:
INNAL LADZINA YUBAAYI’UUNAKA INNAMAA YUBAAYI’UUNALLAAHA, YADULLAAHI FAUQO AIDIIHIM FAMAN NAKATSA FA-INNAMAA YANKUTSU ‘ALA NAFSIHI, WAMAN AUFAA BIMAA ‘AAHADA ‘ALAIHULLAAHA FASAYUKTIIHI AJRON ‘ADHIIMAA.
Artinya:
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka itu berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah diatas tangan mereka (orang-orang yang berjanji), maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri, dan barangsiapa yang menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.”

e). Surat Al-Baqoroh ayat 63, 64, 65, 66 (Balasan Tuhan terhadap Bani Israil yang melanggar janjinya).
WA-IDZ AKHODZNAA MIITSAAQOKUM WAROFA’NAA FAUQOKUMUTH THUURU, KHUDZUU MAA AATAINAAKUM BIQUWWATIN WADZKURUU MAA FIIHI LA ‘ALLAKUM TATTAQUUN.
Artinya:
“Dan ingatlah, ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): ‘Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertaqwa’ .”

TSUMMA TAWALLAITUM MIN BA’DI DZAALIKA FALAULAA FADH-LULLAAHI ‘ALAIKUM WAROHMATUHU LAKUNTUM MINAL KHOOSIRIN.
Artinya:
“Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian itu), maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi”

WALAQOD ‘ALIMTUMUL LADZIINA ‘TADAU MINKUM FIS SABTI FAQUL NAA LAHUM KUUNUU QIRODATAN KHOOSI-IIN.
Artinya:
 “Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: Jadilah kamu kera yang hina”

FA JA ‘ALNAAHAA NAKAALAN LIMAA BAINA YADAIHAA WAMAA KHOLFAHAA WAMAU’IDHOTAN LIL MUTTAQIIN.
Artinya:
“Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang yang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa”

f). Surat Al-Hasyr ayat 11, 12:
ALAM TARO ILAL LADZIINA NAAFAQUU YAQUULUUNA LI-IKHWAANI HIMULLADZIINA KAFARUU MIN AHLIL KITAABI LA-IN UKHRIJTUM LANAKHRUJANNA MA’AKUM WALAA NUTHII’U FIIKUM AHADAN ABADAN WA-IN QUUTILTUM LANANSHURONNAKUM, WALLAAHU YASYHADU INNAHUM LAKAADZIBUUN.
Artinya:
“Apakah tiada memperhatikan orang-orang yang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir diantara ahli kitab: “Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu. Dan Allah menyaksikan, bahwa sesunggunya mereka benar-benar pendusta.”

LA-IN UKHRIJUU LAA YAKHRUJUUNA MA’AHUM WALA-IN QUUTILUU LAA YANSHURUUNAHUM, WALA-IN NASHORUUHUM LAYUWALLUNNAL ADBAARO TSUMMA LAA YUNSHORUUN.
Artinya:
“Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tiada akan keluar bersama mereka, dan sesungguhnya jika mereka diperangi, niscaya mereka tiada akan menolongnya; sesungguhnya jika mereka menolongnya niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang, kemudian mereka tiada akan mendapat pertolongan.”
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan janji ini, akan tetapi ayat-ayat yang kami suguhkan diatas sudah lebih dari cukup.


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.