Adab Islam.
Berkata Baik.
Sabda Rasulullah saw.:
Man
kaana yu’minu billaahi wal yaumil aakhiri falyaqul khairan au liyashmut.
Artinya:
“Barang
siapa benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata
yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
[= lidah adalah salah satu
anggota badan yang kecil, tapi seringkali menentukan nasib pemiliknya. Acapkali
terjadi pertikaian karena terpelesetnya lidah, tapi tidak jarang pula timbul
hal-hal yang baik karena pandainya seseorang menggunakan lidahnya. Oleh karena
itulah Nabi saw. memerintahkan agar orang yang benar-benar beriman itu
mengucapkan perkataan yang baik. Kalau ia tidak bisa mengontrol lidahnya, maka
sebaiknya diam saja. Demikian itu menjaga agar tidak terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan.]
Adab-adab Berkata Baik.
Jangan mengatakan apa yang
kita tidak mengetahuinya. Sungguh sangat besar murka Allah kepada orang yang
mengatakan apa yang tidak kita perbuat. (Al Qur’an).
Setiap perkataan akan
dicatat oleh dua malaikat Rakib dan Atid. (Al Qur’an).
Kebanyakan manusia masuk
neraka dikarenakan: mulut dan kemaluan. (HR. Tirmidzi).
Wajib jujur dalam setiap
perbuatan dan pembicaraan, Insya Allah orang yang jujur akan mudah menuju syurga.
(HR. Muslim).
Diharamkan berbohong. (HR.
Muslim).
Dibolehkan berbohong, hanya
pada tiga keadaan;
+1. Ketika dalam peperangan
+2. Untuk perdamaian antara
yang bertengkar
+3. Untuk menjaga keutuhan
hubungan suami istri.
(HR. Muslim).
Bohong yang paling besar
adalah;
*1. Mengaku keturunan
seseorang, padahal bukan
*2. Mengaku bermimpi sesuatu
yang tidak dia impikan.
*3. Berbohong dengan
mengatas namakan Rasulullah saw.
Dilarang saling mencaci
sesama muslim. Yang memulai terlebih dahulu akan mendapatkan dosa yang lebih besar.
(HR. Muslim).
Dilarang membicarakan
kejelekan orang lain, kalaupun benar yang dikatakannya maka ia telah berbuat ghibah. Dan jika yang dikatakannya itu
salah berarti ia telah memfitnah.
(HR. Muslim, Abu Daud, Ahmad, Tirmidzi).
Penghapus atau penebus
ghibah adalah dengan istighfar
sebanyak-banyaknya. (HR. Muslim).
Sebaiknya berusaha menutupi
aib atau keburukan sesama saudara muslim. Barang siapa yang menutupi aib
saudaranya maka Allah SWT. akan menutupi aibnya di akhirat kelak. (HR. Muslim).
Hendaknya bertutur kata yang
lembut, walaupun kepada penjahat ataupun kepada orang yang telah jelas-jelas
berbuat jahat. (HR. Muslim).
Orang yang bersikap dan
berbicara kepada orang lain, Allah akan membalas dengan kelembutan dan yang
bersikap kasar kepada orang lain maka Allah akan membalasnya dengan kekasaran
pula. (HR. Muslim).
Jangan sekali-kali mengutuk
binatang apapun karena binatang yang dikutuk akan menjadi benar-benar terkutuk.
(HR. Muslim).
Orang yang biasa mengutuk tidak
akan bisa memberi syafaat dan tidak bisa menjadi saksi di hari akhirat. (HR.
Muslim).
Haram berwajah dua, yaitu
kepada si A membicarakan keburukan si B, dan kepada si B membicarakan keburukan
si A, yang akhirnya akan menimbulkan pertikaian dan perpecahan antara si A dan
si B. (HR. Muslim).
Sabda Rasulullah saw. untuk
mendamaikan antara dua orang yang berselisih bukan menikaikan:
Laisa
bikadzdzaabin man ashlaha bainatsnaini wa qaala khairan.
Artinya:
“Bukan
termasuk pendusta seseorang yang mendamaikan antara dua orang yang berselisih,
lalu menyampaikan yang baik (pada salah satu diantara keduanya sekalipun bukan
sesungguhnya).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jangan mengatakan; ‘Celaka
kau’, dengan nada mengutuknya. (HR. Muslim).
Jangan menyebutkan panggilan
‘Raja di Raja’ kepada seseorang karena yang berhak dengan kata ‘Raja di atas
Raja’ hanyalah Allah SWT. saja. (HR. Lukhari, Muslim).
Jangan menyebut kepada orang
munafik dengan kata: ‘sayyid’ atau ‘tuan’. (HR. Abu Daud).
Haram mengatakan pada
seorang muslim: ‘Hai kafir’. Yang mengatakan kafir kepada saudara muslimnya
maka kata-kata tersebut akan berbalik kepada dirinya sendiri. (HR. Bukhari,
Muslim).
Jangan menghina sesama
mukmin. (HR. Bukhari, Muslim).
[= walaupun mungkin secara
dzahirnya ada di antara orang mukmin yang hina, tetapi dalam hati mereka masih
ada kalimah yang mulia yaitu kalimat laa
ilaaha illallah maka mereka tetap berharga karena kalimah tersebut.
Jangan mengatakan: ‘Sial aku’.
(HR. Muslim).
[= dengan ucapan kata-kata
tersebut menunjukkan bahwa kita tidak rela dengan suatu keputusan Allah SWT.
terhadap kita. Dan ini bukan sifat orang yang beriman.]
Jangan mencaci pembantu.
(HR. Tirmidzi).
Jangan memaki ayam jantan
karena ia membangunkan untuk shalat shubuh. (HR. Abu Daud).
Jangan memaki mayat atau
orang yang sudah mati. (HR. Tirmidzi).
Jangan berkata kotor, jorok
dan tidak sopan. (HR. Bukhari, Muslim).
Jangan menghina tahun. (HR.
Muslim).
Jangan mengatakan: ‘Saya
akan kerjakan besok’ seolah-olah merasa pasti bahwa besok masih akan hidup.
Akan tetapi, hendaknya mengucapkan ‘Iinsya Allah’. (Al Qur’an).
Jangan mengatakan mengenai
seseorang: ‘Dia tidak diampuni oleh Allah’... walaupun ia adalah seorang
pendosa yang besar karena Allah sajalah yang berhak mengampuni atau tidak. (HR.
Muslim, Thabrani).
Jangan memanggil kepada
majikan kita dengan sebutan: ‘Rabbii, pengasuhku atau pemeliharaku’ karena
sebutan itu hanya milik Allah SWT. saja. Namun, sebaiknya panggilah dengan
sebutan ‘tuanku’. (HR. Ahmad).
Jangan memanggil kepada
pembantu atau bawahan dengan sebutan ‘hambaku’ karena hanya kepada Allah SWT.
saja manusia diperbolehkan menghambakan dirinya. Namun sebaiknya panggilah
dengan sebutan ‘pembantuku’.(HR. Ahmad).
Jangan menyebut seseorang
dengan perkataan: ‘Hai orang yang suka membujang (tidak kawin-kawin).’ (HR.
Baihaqi).
Jangan mengatakan: ‘Kalau
saja begini, kalau saja begitu.’ Ini akan membuka amalan syrtan. (HR. Hakim).
Jangan mengatakan ‘terserah
kamu saja’, tetapi harus diiringi dengan tambahan ‘terserah Allah kemudian terserah kamu’, atau ‘menurut kehendak Allah kemudian menurut kehendakmu’ atau ‘karena pertolongan Allah kemudian karena
pertolonganmu’. (HR. Abu Daud).
Diperbolehkan bersenda gurau,
tetapi jangan terlalu berlebihan dan jangan ada kebohongan. (HR. Tirmidzi,
Ahmad, Thabrani).
Dianjurkan agar menghindari
perdebatan walaupun merasa benar. (HR. Tirmidzi, Abu Daud).
Sabda Rasulullah saw. agar
meninggalkan perdebatan:
Man
tarakal miraa-a wa huwa mubthilun bunia lahu baitun fii rabdhil jannati wa man
tarakal miraa-a wa huwa muhiqqun bunia lahu baitun fii a’lal jannati.
Artinya:
“Barangsiapa
meninggalkan perbantahan dan ia ketika itu dalam keadaan bersalah, maka akan
didirikanlah oleh Allah untuknya sebuah rumah dalam halaman syurga dan barang
siapa meninggalkan perbantahan dan ia ketika itu dalam keadaan benar, maka akan
didirikanlah untuknya oleh Allah sebuah rumah di tempat yang tertinggi dari
bagian syurga.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
[= resapkanlah betapa
tingginya ajaran itu, padahal meninggalkan perbantahan itu apabila dirinya dalam
keadaan salah, maka wajiblah hukumnya. Dalam hal ini oleh Rasulullah saw.
dianggap bahwa pahala kesunnahan adalah lebih besar, sebab berdiam diri apabila
diri sendiri dalam keadaan benar adalah lebih mengorbankan perasaan dan lebih
hebat tekanannya dalam jiwa dari pada berdiam apabila merasa salah. Hanya saja
mengenai pahalanya itu adalah dengan menilik kepahitan yang ditanggungnya.]
Jangan mengucapkan kata-kata
kotor karena hal itu akan mengeraskan hati, sedangkan keras hati membawa kepada
dosa dan dosa membawa ke nereka. (HR. Tirmidzi).
Allah SWT. paling membenci
kepada orang yang berlagak fasih dalam berbicara dan yang pintar memainkan
lidahnya. (HR. Abu Daud, Tirmidzi).
Berbicaralah dengan
kata-kata yang mudah difahami oleh umum. (HR. Tirmidzi).
Malu dan sedikit bicara
adalah cabang iman. (HR. Tirmidzi).
Banyak omong dan pintar berbicara
adalah cabang nifaq. (HR. Tirmidzi).
[= Nifaq menurut syara’
(terminologi) berarti menampakkan keislaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan
kekufuran dan kejahatan. Dinamakan demikian karena dia masuk pada syari’at dari
satu pintu dan keluar dari pintu yang lain).
Haram mengatakan: ‘Mari,
saya mau berjudi denganmu’, walaupun sekedar bercanda. Jika terlepas
mengatakannya maka sebagai kaffarahnya (tebusan atau kifarat) adalah
bersedekah. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Tirmidzi).
Tidak perlu mengatakan semua
yang kita ketahui. Cukup orang itu dikatakan pembohong besar, jika selalu
mengatakan apa yang dia ketahui. (HR. Muslim, Abu Daud, Hakim).
Jangan banyak bertanya
mengenai sesuatu yang tidak perlu. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud).
Jangan bersuara terlalu
keras. Namun jangan juga berbicara terlalu pelan sehingga tidak terdengar oleh
lainnya. (HR. Baihaqi).
Disunnahkan berdo’a ketika
mendengar ayam berkokok karena ia melihat malaikat. Dan disunnahkan berta’awudz
ketika mendengar anjing menggonggong atau keledai meringkik karena ia melihat
syetan. (HR. Bukhari).
Disunnahkan mengucapkan:
Innaa
lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uuna.
Ketika mendapat musibah,
kemudian dilanjutkan dengan membaca do’a;
Allaahumma
‘indaka ahtasibu mushiibatii fa’ jirni fiihi wa abdilnii minhaa khairaa.
Artinya:
“Ya
Allah di sisi-Mu lah aku mengharap pahala dengan sebab musibah (yang
menimpaku), maka berikanlah pahala kepadaku dan gantikanlah untukku dari sebab
musibah itu dengan yang terbaik.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
Jangan Membalas Ucapan
Umpatan.
Sabda Rasulullah saw.:
Innamru-un
‘ayyaraka bimaa fiika falaa tu-‘ayyirhu bimaa fiihi.
Artinya:
“Jikalau
ada seseorang mencelamu, dengan sesuatu noda yang ada di dalam dirimu, maka
janganlah mencelanya dengan menunjukkan suatu noda yang ada di dalam diri orang
tersebut.” (HR. Ahmad).
*** & ***

No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.