Translate

Saturday, October 29, 2016

ADAB UCAPAN dan LISAN.

Adab Islam.
Berkata Baik.
Sabda Rasulullah saw.:
Man kaana yu’minu billaahi wal yaumil aakhiri falyaqul khairan au liyashmut.
Artinya:
“Barang siapa benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
[= lidah adalah salah satu anggota badan yang kecil, tapi seringkali menentukan nasib pemiliknya. Acapkali terjadi pertikaian karena terpelesetnya lidah, tapi tidak jarang pula timbul hal-hal yang baik karena pandainya seseorang menggunakan lidahnya. Oleh karena itulah Nabi saw. memerintahkan agar orang yang benar-benar beriman itu mengucapkan perkataan yang baik. Kalau ia tidak bisa mengontrol lidahnya, maka sebaiknya diam saja. Demikian itu menjaga agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.]

Adab-adab Berkata Baik.
Jangan mengatakan apa yang kita tidak mengetahuinya. Sungguh sangat besar murka Allah kepada orang yang mengatakan apa yang tidak kita perbuat. (Al Qur’an).

Setiap perkataan akan dicatat oleh dua malaikat Rakib dan Atid. (Al Qur’an).

Kebanyakan manusia masuk neraka dikarenakan: mulut dan kemaluan. (HR. Tirmidzi).

Wajib jujur dalam setiap perbuatan dan pembicaraan, Insya Allah orang yang jujur akan mudah menuju syurga. (HR. Muslim).

Diharamkan berbohong. (HR. Muslim).

Dibolehkan berbohong, hanya pada tiga keadaan;
+1. Ketika dalam peperangan
+2. Untuk perdamaian antara yang bertengkar
+3. Untuk menjaga keutuhan hubungan suami istri.
(HR. Muslim).

Bohong yang paling besar adalah;
*1. Mengaku keturunan seseorang, padahal bukan
*2. Mengaku bermimpi sesuatu yang tidak dia impikan.
*3. Berbohong dengan mengatas namakan Rasulullah saw.

Dilarang saling mencaci sesama muslim. Yang memulai terlebih dahulu akan mendapatkan dosa yang lebih besar. (HR. Muslim).

Dilarang membicarakan kejelekan orang lain, kalaupun benar yang dikatakannya maka ia telah berbuat ghibah. Dan jika yang dikatakannya itu salah berarti ia telah memfitnah. (HR. Muslim, Abu Daud, Ahmad, Tirmidzi).

Penghapus atau penebus ghibah adalah dengan istighfar sebanyak-banyaknya. (HR. Muslim).

Sebaiknya berusaha menutupi aib atau keburukan sesama saudara muslim. Barang siapa yang menutupi aib saudaranya maka Allah SWT. akan menutupi aibnya di akhirat kelak. (HR. Muslim).

Hendaknya bertutur kata yang lembut, walaupun kepada penjahat ataupun kepada orang yang telah jelas-jelas berbuat jahat. (HR. Muslim).

Orang yang bersikap dan berbicara kepada orang lain, Allah akan membalas dengan kelembutan dan yang bersikap kasar kepada orang lain maka Allah akan membalasnya dengan kekasaran pula. (HR. Muslim).

Jangan sekali-kali mengutuk binatang apapun karena binatang yang dikutuk akan menjadi benar-benar terkutuk. (HR. Muslim).

Orang yang biasa mengutuk tidak akan bisa memberi syafaat dan tidak bisa menjadi saksi di hari akhirat. (HR. Muslim).

Haram berwajah dua, yaitu kepada si A membicarakan keburukan si B, dan kepada si B membicarakan keburukan si A, yang akhirnya akan menimbulkan pertikaian dan perpecahan antara si A dan si B. (HR. Muslim).
Sabda Rasulullah saw. untuk mendamaikan antara dua orang yang berselisih bukan menikaikan:
Laisa bikadzdzaabin man ashlaha bainatsnaini wa qaala khairan.
Artinya:
“Bukan termasuk pendusta seseorang yang mendamaikan antara dua orang yang berselisih, lalu menyampaikan yang baik (pada salah satu diantara keduanya sekalipun bukan sesungguhnya).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Jangan mengatakan; ‘Celaka kau’, dengan nada mengutuknya. (HR. Muslim).

Jangan menyebutkan panggilan ‘Raja di Raja’ kepada seseorang karena yang berhak dengan kata ‘Raja di atas Raja’ hanyalah Allah SWT. saja. (HR. Lukhari, Muslim).

Jangan menyebut kepada orang munafik dengan kata: ‘sayyid’ atau ‘tuan’. (HR. Abu Daud).

Haram mengatakan pada seorang muslim: ‘Hai kafir’. Yang mengatakan kafir kepada saudara muslimnya maka kata-kata tersebut akan berbalik kepada dirinya sendiri. (HR. Bukhari, Muslim).

Jangan menghina sesama mukmin. (HR. Bukhari, Muslim).
[= walaupun mungkin secara dzahirnya ada di antara orang mukmin yang hina, tetapi dalam hati mereka masih ada kalimah yang mulia yaitu kalimat laa ilaaha illallah maka mereka tetap berharga karena kalimah tersebut.

Jangan mengatakan: ‘Sial aku’. (HR. Muslim).
[= dengan ucapan kata-kata tersebut menunjukkan bahwa kita tidak rela dengan suatu keputusan Allah SWT. terhadap kita. Dan ini bukan sifat orang yang beriman.]

Jangan mencaci pembantu. (HR. Tirmidzi).

Jangan memaki ayam jantan karena ia membangunkan untuk shalat shubuh. (HR. Abu Daud).

Jangan memaki mayat atau orang yang sudah mati. (HR. Tirmidzi).

Jangan berkata kotor, jorok dan tidak sopan. (HR. Bukhari, Muslim).

Jangan menghina tahun. (HR. Muslim).

Jangan mengatakan: ‘Saya akan kerjakan besok’ seolah-olah merasa pasti bahwa besok masih akan hidup. Akan tetapi, hendaknya mengucapkan ‘Iinsya Allah’. (Al Qur’an).

Jangan mengatakan mengenai seseorang: ‘Dia tidak diampuni oleh Allah’... walaupun ia adalah seorang pendosa yang besar karena Allah sajalah yang berhak mengampuni atau tidak. (HR. Muslim, Thabrani).

Jangan memanggil kepada majikan kita dengan sebutan: ‘Rabbii, pengasuhku atau pemeliharaku’ karena sebutan itu hanya milik Allah SWT. saja. Namun, sebaiknya panggilah dengan sebutan ‘tuanku’. (HR. Ahmad).

Jangan memanggil kepada pembantu atau bawahan dengan sebutan ‘hambaku’ karena hanya kepada Allah SWT. saja manusia diperbolehkan menghambakan dirinya. Namun sebaiknya panggilah dengan sebutan ‘pembantuku’.(HR. Ahmad).

Jangan menyebut seseorang dengan perkataan: ‘Hai orang yang suka membujang (tidak kawin-kawin).’ (HR. Baihaqi).

Jangan mengatakan: ‘Kalau saja begini, kalau saja begitu.’ Ini akan membuka amalan syrtan. (HR. Hakim).

Jangan mengatakan ‘terserah kamu saja’, tetapi harus diiringi dengan tambahan ‘terserah Allah kemudian terserah kamu’, atau ‘menurut kehendak Allah kemudian menurut kehendakmu’ atau ‘karena pertolongan Allah kemudian karena pertolonganmu’. (HR. Abu Daud).

Diperbolehkan bersenda gurau, tetapi jangan terlalu berlebihan dan jangan ada kebohongan. (HR. Tirmidzi, Ahmad, Thabrani).

Dianjurkan agar menghindari perdebatan walaupun merasa benar. (HR. Tirmidzi, Abu Daud).
Sabda Rasulullah saw. agar meninggalkan perdebatan:
Man tarakal miraa-a wa huwa mubthilun bunia lahu baitun fii rabdhil jannati wa man tarakal miraa-a wa huwa muhiqqun bunia lahu baitun fii a’lal jannati.
Artinya:
“Barangsiapa meninggalkan perbantahan dan ia ketika itu dalam keadaan bersalah, maka akan didirikanlah oleh Allah untuknya sebuah rumah dalam halaman syurga dan barang siapa meninggalkan perbantahan dan ia ketika itu dalam keadaan benar, maka akan didirikanlah untuknya oleh Allah sebuah rumah di tempat yang tertinggi dari bagian syurga.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
[= resapkanlah betapa tingginya ajaran itu, padahal meninggalkan perbantahan itu apabila dirinya dalam keadaan salah, maka wajiblah hukumnya. Dalam hal ini oleh Rasulullah saw. dianggap bahwa pahala kesunnahan adalah lebih besar, sebab berdiam diri apabila diri sendiri dalam keadaan benar adalah lebih mengorbankan perasaan dan lebih hebat tekanannya dalam jiwa dari pada berdiam apabila merasa salah. Hanya saja mengenai pahalanya itu adalah dengan menilik kepahitan yang ditanggungnya.]

Jangan mengucapkan kata-kata kotor karena hal itu akan mengeraskan hati, sedangkan keras hati membawa kepada dosa dan dosa membawa ke nereka. (HR. Tirmidzi).

Allah SWT. paling membenci kepada orang yang berlagak fasih dalam berbicara dan yang pintar memainkan lidahnya. (HR. Abu Daud, Tirmidzi).

Berbicaralah dengan kata-kata yang mudah difahami oleh umum. (HR. Tirmidzi).

Malu dan sedikit bicara adalah cabang iman. (HR. Tirmidzi).

Banyak omong dan pintar berbicara adalah cabang nifaq. (HR. Tirmidzi).
[= Nifaq menurut syara’ (terminologi) berarti menampakkan keislaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dinamakan demikian karena dia masuk pada syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain).

Haram mengatakan: ‘Mari, saya mau berjudi denganmu’, walaupun sekedar bercanda. Jika terlepas mengatakannya maka sebagai kaffarahnya (tebusan atau kifarat) adalah bersedekah. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Tirmidzi).

Tidak perlu mengatakan semua yang kita ketahui. Cukup orang itu dikatakan pembohong besar, jika selalu mengatakan apa yang dia ketahui. (HR. Muslim, Abu Daud, Hakim).

Jangan banyak bertanya mengenai sesuatu yang tidak perlu. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud).

Jangan bersuara terlalu keras. Namun jangan juga berbicara terlalu pelan sehingga tidak terdengar oleh lainnya. (HR. Baihaqi).

Disunnahkan berdo’a ketika mendengar ayam berkokok karena ia melihat malaikat. Dan disunnahkan berta’awudz ketika mendengar anjing menggonggong atau keledai meringkik karena ia melihat syetan. (HR. Bukhari).

Disunnahkan mengucapkan:
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uuna.
Ketika mendapat musibah, kemudian dilanjutkan dengan membaca do’a;
Allaahumma ‘indaka ahtasibu mushiibatii fa’ jirni fiihi wa abdilnii minhaa khairaa.
Artinya:
“Ya Allah di sisi-Mu lah aku mengharap pahala dengan sebab musibah (yang menimpaku), maka berikanlah pahala kepadaku dan gantikanlah untukku dari sebab musibah itu dengan yang terbaik.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

Jangan Membalas Ucapan Umpatan.
Sabda Rasulullah saw.:
Innamru-un ‘ayyaraka bimaa fiika falaa tu-‘ayyirhu bimaa fiihi.
Artinya:
“Jikalau ada seseorang mencelamu, dengan sesuatu noda yang ada di dalam dirimu, maka janganlah mencelanya dengan menunjukkan suatu noda yang ada di dalam diri orang tersebut.” (HR. Ahmad).

                                                          *** & ***


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.