Translate

Wednesday, October 26, 2016

ADAB JUAL BELI

Adab Islam.
Pedagang Yang Jujur.
Attaajirush shaduuqul amiinu ma-‘an nabiyyiina washshiddiiqiina wasy syuhadaa-i washshaalihiina.
Artinya:
“Pedagang yang jujur (berada) beserta para nabi, para shiddiiqiin (orang-orang yang shaleh), para syuhada, dan orang-orang yang shaleh.”

Adab-adab Jual – Beli.
Diwajibkan mencari nafkah yang halal dan dengan cara yang halal. (Al Qur’an, HR. Bukhari).

Jual beli dihalalkan oleh Allah. Dan riba dengan segala bentuknya adalah diharamkan oleh Allah SWT. (Al Qur’an).

Riba lebih berdosa daripada 36 pelacur. (HR.Ahmad).

Hendaknya berhati-hati dalam jual-beli antara halal dan yang haram karena diantara keduanya ada yang syubhat atau meragukan. (HR. Bukhari).

Salah satu cir-ciri umat akhir zaman adalah tidak mempedulikan lagi penghasilannya, halalkah atau haram. (HR. Bukhari).

Jangan melalaikan berdzikir kepada Allah selama melaksanakan jual-beli. (Al Qur’an, HR. Thabarani).

Sebelum terjun dalam jual beli atau perdagangan, sangat dianjurkan agar mengerti dahulu mengenai masalah-masalah agama yang berhubungan dengan perdagangan atau jual beli. (HR. Tirmidzi).

Umar ra. tidak mengizinkan orang yang belum memahami agama dalam masalah jual beli untuk memasuki pasar dan mengadakan jual beli di dalamnya. (HR. Tirmidzi).

Hendaknya jujur atau berterus terang dalam berjual beli, baik pedagang atau pembeli. Jujur dalam jual beli akan menyebabkan berkah pada harta dan penghasilan. (HR. Buhkari).

Hendaknya memiliki sifat amanah dalam berdagang. (HR. Thabrani).

Jangan lupa untuk menafkahkan sebagian keuntungan untuk fisabilillah. (Al Qur’an).

Tidak ada paksaan dalam jual beli. Jika suka boleh membelinya, jika tidak suka boleh meninggalkannya. (HR. Tirmidzi, Abu Daud dan Ibnu Majah).

Yang Tidak Diperbolehkan Dalam Jual Beli.
Tidak diperbolehkan mencegat barang dagangan di tengah jalan untuk dijual sendiri. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah).

Tidak diperbolehkan menjual kembali barang yang telah dibeli sebelum diterimanya. (HR. Daruquthni).

Tidak diperbolehkan menawar/membeli barang yang ada dalam tawaran orang lain. (HR. Muslim).

Jangan menipu dalam jual beli. Disunnahkan bagi pedagang agar menerangkan cacat dagangannya dan jujur dalam menerangkannya. (HR. Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah).

Tidak halal perdagangan yang tidak menerangkan cacat barangnya jika ternyata ada cacat. (HR. Ahmad).

Disunnahkan agar tidak menawarkan barang dagangan sebelum tiba waktu shubuh. (HR. Ibnu Majah, Hakim).

Dianjurkan agar pembeli jangan mencela barang dagangan ketika membeli dan bagi penjual jangan memuji ketika menjual. (HR. Ibnu Jarir).

Dianjurkan agar jangan banyak bersumpah dalam jual beli karena bersumpah dalam berjual beli walau mendatangkan banyak keuntungan, tetapi menghilangkan berkah rizki. Walaupun yang kita sumpahi itu benar. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i).

Usahakan jangan membeli dari orang yang non muslim, kecuali dalam keadaan yang sangat terpaksa. (HR. Bukhari).

Sifat yang harus ada dalam setiap pedagang ialah mempermudah dalam urusan uang dan menangguhkan bagi yang kesukaran dalam pembayaran. (HR. Bukhari).

Allah SWT. akan mempermudah urusan orang yang mempermudah urusan orang lain dalam urusan hutang. (HR. Bukhari).

Dimakruhkan untuk menerima hasil dari membekam. (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa’i).

Diharamkan menyuap dan disuap, dan perantaranyapun berdosa. (HR. Ibnu Majah).

Dibolehkan menggadaikan barang. (HR. Bukhari).

Dibolehkan mengembalikan barang yang dijumpai ada cacatnya. Walaupun sudah dipakai dan keuntungan pemakai tetap pada pembeli. Yaitu tidak ada potongan dari pengembalian tersebut. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah).

Dibolehkan menerima upah hasil dari jasa menulis mushaf. (HR. Razin).

Dibolehkan berdagang di pinggir jalan raya, tempat berlalu lalangnya orang-orang , dengan syarat;
+a Menundukkan pandangan,
+b Tidak menyusahkan orang yang lewat,
+c Menjawab salam,
+d Beramar ma’ruf nahi munkar.
(HR. Bukhari, Muslim, Ahmad).

Jual Beli Yang Dilarang.
Dilarang jual beli patung, arak, bangkai dan babi. (HR. Muslim, Nasa’i).

Tidak diperbolehkan jual beli gambar makhluk-makhluk yang bernyawa. (HR. Bukhari).

Diharamkan menjual arak, juga yang meminumnya, yang membelinya, yang memberinya, yang memerasnya, yang minta diperaskan, yang membawanya dan yang meminta dibawakannya. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi).

Dilarang menjual kelebihan air, contohnya; kita mempunyai sumur dan masih ada kelebihan air, setelah kita gunakan maka air selebihnya itu tidak boleh dijual. (HR. Bukhari, Tirmidzi, Nasa’i).

Dilarang menjual kejantanan hewan pejantan (sperma binatang). Maksudnya adalah menyewakan pejantan untuk pembibitan  hewan. Akan tetapi menghadiahkan atau memberikan tidak dilarang. (HR. Bukhari, Tirmidzi, Nasa’i).

Diharamkan menimbun atau menyimpan barang, kemudian menjualnya di saat harga mahal. (HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Majah).

Diharamkan hasil penjualan anjing dan kucing. (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa’i).

Diharamkan hasil dari pelacuran. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i).

Haram menerima hasil dari menyanyi (artis) wanita. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah).

Diharamkan hasil dari perdukunan. (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa’i).

Tidak diperbolehkan jual beli buah yang belum sampai kelayakannya untuk dimakan. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah).

Tidak diperbolehkan orang kota menjual dagangannya untuk orang desa. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah).
[= maksudnya: karena perbedaan wawasan dan pengetahuan antara orang kota dan orang desa, transaksi perdagangan akan cenderung tajam kearah penipuan. Misal jual barang dengan kualitas jelek dibilang bagus dengan harga mahal. Jadi jual beli cara demikian dilarang selama ada unsur penipuan.]

Dilarang jual beli ‘tasriyah’ pada binatang. Tasriyah adalah mengikat puting susu induk binatang menyusui sehingga nampak kantong susu menggelembung/besar. Sehingga orang mengira binatang tersebut bersusu banyak. (HR. Bukhari, Muslim).

Dilarang jual beli sesuatu yang belum jelas takarannya dengan sesuatu yang jelas takarannya. (HR. Bukhari).

Tidak diperbolehkan jual beli suatu makanan yang belum jelas takarannya. (HR. Bukhari, Ahmad).

Dilarang jual beli yang tidak jelas barangnya. Misalkan: menjual anak kambing yang masih dalam kandungan induknya, atau akan membeli apapun yang didapat dari hasil menyelam. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i).

Dilarang menjual secara ‘down payment’ (sistim uang muka) dan jika transaksi batal karena sesuatu hal, uang muka akan menjadi milik sepenuhnya si penjual. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah).

Diharamkan menjual dengan cara menipu kualitas (dioplos atau campuran kualitas). (HR. Muslim).

Dilarang menjual barang yang tidak ada atau belum ada padanya. (HR. Tirmidzi, Abu Daud).

Dilarang jual beli barang dengan cara ‘berjudi permainan’, hasil barang yang terjual berikut harganya bergantung keberuntungan ‘permainan’ itu. (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa’i).

Dilarang membeli atau menjual barang yang masih berada dalam tawaran orang lain. Walaupun harganya lebih murah, kecuali dengan seijin dari penawar pertama. (HR. Bukhari).

Jangan menjual barang milik orang lain tanpa seijinnya. (HR. Bukhari).

Diharamkan riba, bagi yang melakukannya, memberikannya, menyaksikannya, menulisnya. Semuanya sama berdosa. (Al Qur’an, HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah).

Tidak dibolehkan memperkerjakan wanita, walaupun hamba sahaya kecuali tiga pekerjaan:
*1 Membuat masakan,
*2 Menenun atau menjahit,
*3 Memintal. (HR. Ahmad, Abu Daud).

Sebaiknya jangan memperkerjakan anak kecil. (HR. Imam Malik).

Dilarang jual beli dengan Najasyi (adalah menarik pembeli lain, dengan berpura-pura menawar barang milik temannya dengan harga tinggi atau rata-rata, sehingga para penawar lain tertarik membelinya.) (HR. Ahmad).

Tidak diperbolehkan hutang dengan jual beli. (HR. Imam Yang Lima).
Contoh: Si A meminjamkan uang kepada si B, kemudian si A menjual barang kepada B dengan harga mahal. Karena sudah meminjamkan uang, karena hutang budi, diharap si B mau membeli barang si A dengan harga mahal.

Tidak diperbolehkan mendapatkan upah dari membaca Al Qur’an. Akan tetapi, dibolehkan mengambil upah dari mengajarkan Al Qur’an. (HR. Ahmad).

Tidak diperbolehkan mengambil upah dari adzan. (HR. Bukhari).

Perburuhan.
Jangan menghambat upah buruh, berikan secepatnya begitu ia selesai bekerja. (HR. Bukhari).

Diperbolehkan membayar upah dengan memakai aturan pembagian giliran kerja, seperti; sift pagi, sift siang, sift malam, ataupun dengan sistim harian, mingguan atau bulanan. (HR. Bukhari).

Diperbolehkan mengambil upah buruh angkutan barang. (HR. Bukhari).

Diperbolehkan mengambil buruh orang non muslim. (HR. Bukhari).

Diperbolehkan memberi upah bagi penaksir harga. (HR. Ahmad).

Berusaha Sendiri Lebih Baik Daripada Meminta.
Sabda Rasulullah saw.:
La an ya’ khudza ahadukum hablahu faya’tii bihuzmati hathabin fayabii-‘ahaa fayakuffa bihaa wajhahu khairun lahu min an yas-alan naasa a’thauhu au mana-‘uuhu.
Artinya:
“Sungguh apabila salah seorang dari kamu mengambil talinya untuk berusaha mencari nafkah, lalu datang dengan membawa seikat kayu bakar dan terus menjualnya, lalu Allah memelihara dirinya dengan cara usaha, yang  demikian itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang, baik mereka memberinya atau menolaknya atau tidak memberinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

                                                      ** $ **


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.