Adab Islam.
Pedagang Yang Jujur.
Attaajirush
shaduuqul amiinu ma-‘an nabiyyiina washshiddiiqiina wasy syuhadaa-i
washshaalihiina.
Artinya:
“Pedagang
yang jujur (berada) beserta para nabi, para shiddiiqiin (orang-orang yang
shaleh), para syuhada, dan orang-orang yang shaleh.”
Adab-adab Jual – Beli.
Diwajibkan mencari nafkah
yang halal dan dengan cara yang halal. (Al Qur’an, HR. Bukhari).
Jual beli dihalalkan oleh
Allah. Dan riba dengan segala bentuknya adalah diharamkan oleh Allah SWT. (Al
Qur’an).
Riba lebih berdosa daripada
36 pelacur. (HR.Ahmad).
Hendaknya berhati-hati dalam
jual-beli antara halal dan yang haram karena diantara keduanya ada yang syubhat
atau meragukan. (HR. Bukhari).
Salah satu cir-ciri umat
akhir zaman adalah tidak mempedulikan lagi penghasilannya, halalkah atau haram.
(HR. Bukhari).
Jangan melalaikan berdzikir
kepada Allah selama melaksanakan jual-beli. (Al Qur’an, HR. Thabarani).
Sebelum terjun dalam jual
beli atau perdagangan, sangat dianjurkan agar mengerti dahulu mengenai
masalah-masalah agama yang berhubungan dengan perdagangan atau jual beli. (HR.
Tirmidzi).
Umar ra. tidak mengizinkan
orang yang belum memahami agama dalam masalah jual beli untuk memasuki pasar
dan mengadakan jual beli di dalamnya. (HR. Tirmidzi).
Hendaknya jujur atau
berterus terang dalam berjual beli, baik pedagang atau pembeli. Jujur dalam
jual beli akan menyebabkan berkah pada harta dan penghasilan. (HR. Buhkari).
Hendaknya memiliki sifat
amanah dalam berdagang. (HR. Thabrani).
Jangan lupa untuk menafkahkan
sebagian keuntungan untuk fisabilillah. (Al Qur’an).
Tidak ada paksaan dalam jual
beli. Jika suka boleh membelinya, jika tidak suka boleh meninggalkannya. (HR.
Tirmidzi, Abu Daud dan Ibnu Majah).
Yang
Tidak Diperbolehkan Dalam Jual Beli.
Tidak diperbolehkan mencegat
barang dagangan di tengah jalan untuk dijual sendiri. (HR. Bukhari, Muslim,
Nasa’i, Ibnu Majah).
Tidak diperbolehkan menjual
kembali barang yang telah dibeli sebelum diterimanya. (HR. Daruquthni).
Tidak diperbolehkan
menawar/membeli barang yang ada dalam tawaran orang lain. (HR. Muslim).
Jangan menipu dalam jual
beli. Disunnahkan bagi pedagang agar menerangkan cacat dagangannya dan jujur
dalam menerangkannya. (HR. Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah).
Tidak halal perdagangan yang
tidak menerangkan cacat barangnya jika ternyata ada cacat. (HR. Ahmad).
Disunnahkan agar tidak
menawarkan barang dagangan sebelum tiba waktu shubuh. (HR. Ibnu Majah, Hakim).
Dianjurkan agar pembeli
jangan mencela barang dagangan ketika membeli dan bagi penjual jangan memuji
ketika menjual. (HR. Ibnu Jarir).
Dianjurkan agar jangan
banyak bersumpah dalam jual beli karena bersumpah dalam berjual beli walau
mendatangkan banyak keuntungan, tetapi menghilangkan berkah rizki. Walaupun
yang kita sumpahi itu benar. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i).
Usahakan jangan membeli dari
orang yang non muslim, kecuali dalam keadaan yang sangat terpaksa. (HR.
Bukhari).
Sifat yang harus ada dalam
setiap pedagang ialah mempermudah dalam urusan uang dan menangguhkan bagi yang
kesukaran dalam pembayaran. (HR. Bukhari).
Allah SWT. akan mempermudah
urusan orang yang mempermudah urusan orang lain dalam urusan hutang. (HR.
Bukhari).
Dimakruhkan untuk menerima
hasil dari membekam. (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa’i).
Diharamkan menyuap dan
disuap, dan perantaranyapun berdosa. (HR. Ibnu Majah).
Dibolehkan menggadaikan
barang. (HR. Bukhari).
Dibolehkan mengembalikan
barang yang dijumpai ada cacatnya. Walaupun sudah dipakai dan keuntungan
pemakai tetap pada pembeli. Yaitu tidak ada potongan dari pengembalian
tersebut. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah).
Dibolehkan menerima upah
hasil dari jasa menulis mushaf. (HR. Razin).
Dibolehkan berdagang di
pinggir jalan raya, tempat berlalu lalangnya orang-orang , dengan syarat;
+a Menundukkan pandangan,
+b Tidak menyusahkan orang
yang lewat,
+c Menjawab salam,
+d Beramar ma’ruf nahi
munkar.
(HR. Bukhari, Muslim,
Ahmad).
Jual Beli Yang Dilarang.
Dilarang jual beli patung,
arak, bangkai dan babi. (HR. Muslim, Nasa’i).
Tidak diperbolehkan jual
beli gambar makhluk-makhluk yang bernyawa. (HR. Bukhari).
Diharamkan menjual arak,
juga yang meminumnya, yang membelinya, yang memberinya, yang memerasnya, yang
minta diperaskan, yang membawanya dan yang meminta dibawakannya. (HR. Bukhari,
Muslim, Tirmidzi).
Dilarang menjual kelebihan
air, contohnya; kita mempunyai sumur dan masih ada kelebihan air, setelah kita
gunakan maka air selebihnya itu tidak boleh dijual. (HR. Bukhari, Tirmidzi,
Nasa’i).
Dilarang menjual kejantanan
hewan pejantan (sperma binatang). Maksudnya adalah menyewakan pejantan untuk
pembibitan hewan. Akan tetapi menghadiahkan
atau memberikan tidak dilarang. (HR. Bukhari, Tirmidzi, Nasa’i).
Diharamkan menimbun atau
menyimpan barang, kemudian menjualnya di saat harga mahal. (HR. Muslim, Ahmad,
Ibnu Majah).
Diharamkan hasil penjualan
anjing dan kucing. (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa’i).
Diharamkan hasil dari
pelacuran. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i).
Haram menerima hasil dari
menyanyi (artis) wanita. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah).
Diharamkan hasil dari
perdukunan. (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa’i).
Tidak diperbolehkan jual
beli buah yang belum sampai kelayakannya untuk dimakan. (HR. Bukhari, Muslim,
Nasa’i, Ibnu Majah).
Tidak diperbolehkan orang
kota menjual dagangannya untuk orang desa. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu
Majah).
[= maksudnya: karena
perbedaan wawasan dan pengetahuan antara orang kota dan orang desa, transaksi
perdagangan akan cenderung tajam kearah penipuan. Misal jual barang dengan
kualitas jelek dibilang bagus dengan harga mahal. Jadi jual beli cara demikian
dilarang selama ada unsur penipuan.]
Dilarang jual beli ‘tasriyah’ pada binatang. Tasriyah
adalah mengikat puting susu induk binatang menyusui sehingga nampak kantong
susu menggelembung/besar. Sehingga orang mengira binatang tersebut bersusu
banyak. (HR. Bukhari, Muslim).
Dilarang jual beli sesuatu
yang belum jelas takarannya dengan sesuatu yang jelas takarannya. (HR.
Bukhari).
Tidak diperbolehkan jual
beli suatu makanan yang belum jelas takarannya. (HR. Bukhari, Ahmad).
Dilarang jual beli yang
tidak jelas barangnya. Misalkan: menjual anak kambing yang masih dalam
kandungan induknya, atau akan membeli apapun yang didapat dari hasil menyelam.
(HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i).
Dilarang menjual secara ‘down
payment’ (sistim uang muka) dan jika transaksi batal karena sesuatu hal, uang
muka akan menjadi milik sepenuhnya si penjual. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah).
Diharamkan menjual dengan
cara menipu kualitas (dioplos atau campuran kualitas). (HR. Muslim).
Dilarang menjual barang yang
tidak ada atau belum ada padanya. (HR. Tirmidzi, Abu Daud).
Dilarang jual beli barang
dengan cara ‘berjudi permainan’, hasil barang yang terjual berikut harganya
bergantung keberuntungan ‘permainan’ itu. (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa’i).
Dilarang membeli atau
menjual barang yang masih berada dalam tawaran orang lain. Walaupun harganya
lebih murah, kecuali dengan seijin dari penawar pertama. (HR. Bukhari).
Jangan menjual barang milik orang
lain tanpa seijinnya. (HR. Bukhari).
Diharamkan riba, bagi yang
melakukannya, memberikannya, menyaksikannya, menulisnya. Semuanya sama berdosa.
(Al Qur’an, HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah).
Tidak dibolehkan
memperkerjakan wanita, walaupun hamba sahaya kecuali tiga pekerjaan:
*1 Membuat masakan,
*2 Menenun atau menjahit,
*3 Memintal. (HR. Ahmad, Abu
Daud).
Sebaiknya jangan
memperkerjakan anak kecil. (HR. Imam Malik).
Dilarang jual beli dengan Najasyi (adalah menarik pembeli lain,
dengan berpura-pura menawar barang milik temannya dengan harga tinggi atau
rata-rata, sehingga para penawar lain tertarik membelinya.) (HR. Ahmad).
Tidak diperbolehkan hutang
dengan jual beli. (HR. Imam Yang Lima).
Contoh: Si A meminjamkan
uang kepada si B, kemudian si A menjual barang kepada B dengan harga mahal.
Karena sudah meminjamkan uang, karena hutang budi, diharap si B mau membeli
barang si A dengan harga mahal.
Tidak diperbolehkan
mendapatkan upah dari membaca Al Qur’an. Akan tetapi, dibolehkan mengambil upah
dari mengajarkan Al Qur’an. (HR. Ahmad).
Tidak diperbolehkan
mengambil upah dari adzan. (HR. Bukhari).
Perburuhan.
Jangan menghambat upah
buruh, berikan secepatnya begitu ia selesai bekerja. (HR. Bukhari).
Diperbolehkan membayar upah
dengan memakai aturan pembagian giliran kerja, seperti; sift pagi, sift siang,
sift malam, ataupun dengan sistim harian, mingguan atau bulanan. (HR. Bukhari).
Diperbolehkan mengambil upah
buruh angkutan barang. (HR. Bukhari).
Diperbolehkan mengambil
buruh orang non muslim. (HR. Bukhari).
Diperbolehkan memberi upah
bagi penaksir harga. (HR. Ahmad).
Berusaha Sendiri Lebih Baik
Daripada Meminta.
Sabda Rasulullah saw.:
La
an ya’ khudza ahadukum hablahu faya’tii bihuzmati hathabin fayabii-‘ahaa
fayakuffa bihaa wajhahu khairun lahu min an yas-alan naasa a’thauhu au mana-‘uuhu.
Artinya:
“Sungguh
apabila salah seorang dari kamu mengambil talinya untuk berusaha mencari
nafkah, lalu datang dengan membawa seikat kayu bakar dan terus menjualnya, lalu
Allah memelihara dirinya dengan cara usaha, yang demikian itu lebih baik daripada ia
meminta-minta kepada orang, baik mereka memberinya atau menolaknya atau tidak
memberinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
** $ **

No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.