Translate

Tuesday, November 15, 2016

DOKTER CELUP.

Kedai Sufi.
Dokter Faraiz semakin popular disebut ‘Terkun’, alias ‘Dokter Dukun’. Asal mulanya, karena ia selalu memberi resep pada semua pasien yang berobat kepadanya. Namun bukan resep yang biasa diberikan dokter-dokter umumnya berisi catatan daftar obat tertentu, tapi cuma sebuah kertas yang ditulisi “Basmallah”.

Ketika praktek di Magelang, Jawa Tengah, dokter Faraiz sangat terkejut karena semakin banyak dikunjungi pasiennya. Konon, resep Dokter Faraiz selalu ‘tokcer’ (sangat manjur).

Suatu hari, ia kedatangan seorang pasien, seorang wanita paruh baya, yang membawa resepnya. Tapi resep itu kelihatannya sudah sangat kumal dan bahkan semua tulisannya kabur tercelup air.

“Pak Dokter, saya minta obatnya lagi. Ini kertasnya sudah hampir habis.” Dokter Faraiz tak habis pikir apa maksudnya pasien yang datang dengan sobekan resep yang sudah sangat lusuh itu.

“Lho, kok cepat sekali habisnya?, sergah dokter memecahkan kebisuan. “Iya Dok. Sehari saya celup tiga kali, lalu air itu saya minum....”. Dokter itu semakin bingung.
“Yang dicelup apanya?”. “Ini Dok! ujar si pasien sambil menunjukkan kertas resepnya. Dokter Faraiz pun baru paham. “Kata Pak dokter diminum tiga kali. Ya saya laksanakan, dan sembuh penyakit saya.”

“Begini Bu, ini saya buatkan resep lagi, ya. Nanti datang ke apotik, ditukar dengan obat, dan setelah itu obatnya diminum. Bukan dicelup kedalam air lalu diminum”, nasehat dokter sambil geleng kepala.

Pasien itu pun menuruti nasehat dokternya. Ia kemudian pergi ke apotik untuk menukarkan kertas resep dengan obat.
“Lho, kok mahal Pak?”, kata si pasien itu pada petugas apotik. “Kalau begitu saya tidak jadi beli. Lebih murah resepnya daripada obatnya. Padahal resepnya lebih manjur kalau dicelup.”

Gara-gara pasien Ibu paru baya itu, Dokter Faraiz jadi laris. Banyak pasiennya yang hanya mencelup resepnya saja ke dalam air di gelas, lalu diminum dan sembuh.

Tapi belakangan Doker Faraiz mengundurkan diri dari praktik dokternya. Ia khawatir akan menyalahi aturan IDI dan etika kedokteran.

                                                           ***

No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.