Translate

Friday, November 18, 2016

DO’A MAKBUL LAKI-LAKI PINCANG.

Makbul.
“Ya Allah, jangan kembalikan aku kekeluargaku, dan limpahkan kepadaku kesyahidan. “ Do’a itu keluar dari mulut Amru bin Jamuh, ketika ia bersiap-siap mengenakan baju perang untuk berangkat bersama kaum Muslimin ke medan Uhud. Ini adalah kali pertama bagi Amru terjun ke medan perang, karena kakinya pIncang.

Didalam Al Qur’an disebutkan:
”Tiada dosa atas orang-orang buta, atas orang-orang pincang dan orang sakit untuk ikut berperang.” (QS. Al –Fath : 17).

Karena kepincangannya itu, maka Amru tidak wajib ikut berperang, disamping keempat anaknya telah pergi ke medan perang. Tidak seorangpun menduga Amru dengan keadaannya yang seperti itu akan memanggul senjata dan bergabung dengan kaum Muslimin lainnya untuk berperang.

Sebenarnya, kaumnya telah mencegah dia dengan mengatakan: “Sadarilah wahai Amru bahwa engkau pincang. Tak usahlah ikut berperang bersama Nabi saw.” Tetapi Amru menjawab: “Mereka semua pergi ke syurga, apakah aku harus duduk-duduk bersama kalian?”. Meski Amru berkeras, kaumnya tetap mencegahnya agar tidak pergi ke medan perang. Karena itu Amru kemudian menghadap Rasulullah saw. dan berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah, kaumku mencegahku agar tidak pergi berperang bersama engkau. Demi Allah, aku ingin menginjak syurga dengan kakiku yang pincang ini.” “Engkau dimaafkan. Berperang tidak wajib atas dirimu.” kata Nabi mengingatkan. “Aku tahu wahai Rasulullah, tetapi aku ingin berangkat ke sana.” kata Amru tetap bersikeras.

Melihat semangatnya yang begitu kuat, Rasulullah saw. kemudian bersabda kepada kaum Muslimin. “Biarlah Amru pergi berperang. Semoga Allah menganugerahkan kesyahidan kepadanya.” Maka dengan terpincang-pincang, akhirnya Amru pergi ikut berperang berada di posisi barisan depan bersama seorang anaknya. Mereka berperang dengan gagah berani, seakan-akan berteriak: “Aku mendambakan syurga, aku mendambakan mati,” sampai akhirnya ajal menemui mereka.

Setelah perang usai, semua wanita yang ikut ke medan perang pulang kembali, diantara mereka adalah Aisyah. Di tengah perjalanan pulang itu Aisyah melihat Hindun, istri Amru bin Jamuh sedang menuntun unta ke arah Madinah. Aisyah bertanya: “Bagaimana beritanya?”. Ia menjawab: “Baik, Rasulullah selamat. Musibah yang ada ringan-ringan saja. Sedang orang-orang kafir pulang dengan kemarahan,” jawab Hindun. “Mayat siapakah di atas unta itu?”. Hindun menjawab: “Mayat saudaraku, anakku dan suamiku.” Aisyah bertanya lagi: “Akan dibawa kemana semua mayat itu.” “Akan dikuburkan di Madinah”.

Setelah bertegur-sapa, Hindun melanjutkan perjalanan sambil menuntun untanya ke arah Madinah. Namun, untanya berjalan terseok-seok lalu jatuh ambruk merebah. “Barangkali terlalu berat,” kata Aisyah. “Tidak, unta ini kuat sekali, mungkin ada penyebab lainnya,” jawab Hindun. Iapun kemudian memukul unta tersebut sampai berdiri dan berjalan kembali, namun binatang itu berjalan dengan cepat ke arah Uhud, dan lagi-lagi merebahkan badannya ketika di belokan ke arah Madinah.

Menyaksikan pemandangan aneh itu, Hindun kemudian menghadap Rasulullah saw. dan menyampaikan peristiwa yang dialaminya: “Wahai Rasulullah, jasad saudaraku, anakku dan suamiku akan kubawa dengan unta ini untuk dikuburkan di Madinah. Tetapi binatang ini tidak mau berjalan, bahkan berbalik arah menuju Uhud dengan cepat.” Rasulullah saw. berkata kepada Hindun: “Sungguh, Unta ini sangat kuat. Apakah suamimu tidak berkata apa-apa ketika hendak ke Uhud?”. “Benar ya Rasulullah. Ketika hendak berangkat, ia menghadap ke kiblat dan berdo’a: “Ya Allah, janganlah Engkau kembalikan aku ke keluargaku dan limpahkanlah kepadaku kesyahidan.”

“Karena itulah unta ini tidak mau berangkat ke Madinah. Allah SWT. tidak mau mengembalikan jasad itu ke Madinah,” kata beliau lagi: “Sesungguhnya di antara kamu sekalian ada orang-orang jika berdo’a kepada Allah benar-benar dikabulkan. Di antara mereka itu adalah suamimu, Amru bin Jamuh,” sambung Nabi saw.

Setelah itu Rasulullah saw. memerintahkan agar ketiga jasad itu dikuburkan di Uhud. Selanjutnya beliau berkata kepada Hindun, “Mereka akan bertemu di syurga, yakni Amru bin Jamuh suamimu, Khulad anakmu dan Abdullah saudaramu.” “Ya Rasulullah, do’akan saya agar Allah mengumpulkan saya bersama mereka.” kata Hindun memohon kepada Nabi saw.

**&**


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.