Adab Islam.
Sedekah
Yang Paling Utama
Adanya
kaum dhu’afa tidak lepas dengan sedekah. Bagi yang diberi berkecukupan harta
oleh Allah SWT., telah diberi suatu cara untuk memberi barakah dan membersihkan
hartanya, yaitu dengan bersedekah kepada kaum yang dinamakan “dhu’afa”.
Seperti
sabda Rasulullah saw.:
Qaala rajulun linnabiyyi shallallaahu
‘alaihi wa sallama: yaa rasuulallaahi ayyush shadaqati afdhalu? Qaala: an tashaddaqa
wa anta shahiihun hariishun ta’mulu ghinaa wa takhsyal faqra wa laa tumhil
hattaa idzaa balaghatil hulquuma qulta lifulaanin kadzaa wa lifulaanin kadzaa
wa qad kaana lifulaanin.
Artinya:
“Seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah saw.: “Wahai Rasulullah saw., sedekah yang bagaimana yang paling
utama?’ Nabi bersabda: ‘Bahwa engkau bersedekah, sedang engkau dalam keadaan
sehat lagi berhasrat, engkau ingin kaya dan takut jatuh miskin, kamu tidak
menangguhkan sedekah itu, hingga saat nyawa sampai di kerongkongan, kamu
berkata: ‘Untuk si fulan sekian, si fulan sekian’, padahal sungguh harta tadi
sudah untuk si fulan.” (HR. Bukhari).
Dianjurkan
kepada kaum dhu’afa (orang-orang lemah), agar memahami karunia Allah kepadanya,
dan memahami bahwa Allah SWT.
memuliakannya, sebagaimana kemuliaan yang telah dikaruniakan kepada para Nabi
as. dan para wali Allah. (HR. Abu Laits Samarqandi).
Keutamaan
Kaum Dhu’afa.
Surga
menyombongkan diri kepada neraka, bahwa; “Akan masuk kepadaku orang-orang
miskin dan kaum rendahan.” (HR. Muslim).
Adakalanya
orang yang terurai rambutnya, berdebu pakaiannya, bahkan tertolak dari setiap
pintu yang ia kunjungi, tetapi jika ia meminta dengan bersungguh-sungguh kepada
Allah, niscaya Allah akan mengabulkan permintannya. (HR. Muslim).
Salah
satu kelebihan orang-orang miskin dan kaum rendahan adalah bahwa syurga
dipenuhi oleh orang-orang miskin dan kaum rendahan. (HR. Bukhari, Muslim).
Orang-orang
fakir miskin dan dhu’afa, mereka adalah orang-orang yang dapat pembersih harta
orang-orang kaya melalui zakat. Tanpa diterima oleh mereka, harta orang-orang
kaya akan tetap kotor. (QS. At Taubah : 60).
Orang
yang sabar dan ikhlas dengan keadaannya, akan mendapati tiga kelebihan yang
tidak akan didapatkan oleh orang-orang kaya, yaitu;
*1.
Disediakan suatu kamar di dalam syurga yang terbuat dari yaqut merah
yang tidak akan dimasuki oleh siapapun kecuali
oleh para Nabi as.,
orang yang mati syahid, orang fakir atau orang mukmin yang
fakir.
*2.
Perbedaan waktu masuk syurga orang fakir dengan orang kaya adalah
setengah hari di akherat (yaitu 500 tahun
di dunia).
*3.
Tidaklah sama pahala orang fakir dengan orang kaya yang berdzikir
dengan ikhlas, meskipun orang kaya itu
bersedekah 10.000 dirham.
(HR.
Abu Laits Samarqandi).
Orang
fakir itu senantiasa dihadapkan kepada cobaan. Akan tetapi, Malaikat berkata: “Kesengsaraannya di dunia itu sama sekali
tidak akan berpengaruh pada kesenangan abadi yang akan diperolehnya kelak di
akhirat.” (HR. Abu Laits
Samarqandi).
Jika
orang kaya berada di dalam syurga, maka kedudukannya berada di bawah tingkatan
syurganya orang-orang fakir, dan jika orang kaya berada di dalam neraka, maka
kedudukannya berada di neraka paling bawah, kecuali orang kaya yang suka
bersedekah. (HR. Abu Laits Samarqandi).
Dianjurkan
agar memperbanyak duduk atau bergaul dengan orang-orang fakir miskin. Barang
siapa yang sering duduk bersama orang miskin, maka akan bertambah rasa syukur
dan ridhanya atas pemberian Allah kepadanya. (HR. Abu Laits Samarqandi).
Fakir
miskin adalah kesayangan Rasulullah saw., Anas bin Malik meriwatkan bahwa
Rasulullah saw. bersabda: “Setiap orang
mempunyai kesukaan dan kesukaanku adalah fakir miskin dan jihad fi sabilillah.
Oleh karena itu, barang siapa yang mencintai keduanya berarti ia mencintaiku
dan barang siapa membenci keduanya berarti ia membenciku.” (HR. Abu Laits
Samarqandi).
Menjadi
orang miskin adalah idaman Rasulullah saw., Rasulullah saw. pernah berdo’a: “Wahai Allah, hidupkanlah aku sebagai orang
miskin, janganlah Engkau matikan aku sebagi orang kaya, dan kumpulkanlah aku
pada hari kiamat dalam kumpulan orang-orang miskin. Sesungguhnya orang yang
paling celaka adalah orang yang fakir di dunia dan di akhirat pun ia disiksa.”
(HR. Abu Laits Samarqandi).
Ada
5 kemuliaan yang dimiliki oleh orang-orang fakir miskin, yaitu;
+1.
Pahala amalannya lebih banyak dibanding orang kaya,
+2.
Apabila ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, maka dicatat
pahala untuknya,
+3.
Mereka lebih dulu masuk syurga,
+4.
Hisabnya lebih ringan,
+5.
Penyesalan sedikit.
Oleh
karena itu kelak orang-orang kaya ingin seperti orang-orang miskin. (HR. Abu
Laits Samarqandi).
Orang
fakir itu ibarat dokter. Jika orang kaya itu sakit lalu bersedekah kepada orang
fakir, niscaya akan sembuhlah ia. (HR. Abu Laits Samarqandi).
Kaum
dhu’afa kelak pada hari kiamat akan menjadi raja-raja di syurga. (HR. Abu Laits
Samarqandi).
Adab
Menghormati Kaum Dhu’afa.
Diperintahkan
agar bersikap tawadhu’ kepada orang-orang beriman, sekalipun mereka miskin dan
kaum dhu’afa. (QS. Al Hijr : 88).
Rasulullah
saw. berpesan kepada seluruh umatnya, agar jangan meninggalkan 7 (tujuh)
perkara, yaitu:
*1.
Senantiasa mencintai orang miskin dan mendekati mereka.
*2.
Senantiasa melihat orang yang di bawah dan tidak melihat orang yang
di atas.
*3.
Senantiasa menyambung tali silahturahmi dengan saudara
walaupun mereka memutuskan.
*4.
Senantiasa memperbanyak bacaan perbendaraan kebaikan yaitu Bahasa
Arab.
*5.
Jangan suka meminta kepada orang lain.
*6.
Jangan takut dalam melaksanakan hukum Allah walaupun orang mencela.
*7.
Katakanlah yang hak itu meskipun dirasakan pahit.
(HR.
Abu Laits Samarqandi).
Rasulullah
saw. bertanya: “Sukakah saya beritahu
kepadamu mengenai orang yang ahli syurga? Mereka adalah orang yang senantiasa
merendahkan diri dan rendah dalam pandangan orang.” (HR. Bukhari).
Jangan
sekali-kali bersikap sombong terhadap orang-orang miskin dan rendahan.
Rasulullah saw. menyatakan bahwa barang siapa yang sombong, mereka adalah ahli
neraka. (HR. Bukhari).
Rasulullah
saw. sangat menghormati orang rendahan, sampai tukang sapu pun menjadi
perhatian Rasulullah saw. (HR. Bukhari, Muslim).
Sangat
dianjurkan agar mengundang orang-orang miskin dalam acara walimah (tasyakur).
(HR. Muslim).
Acara
makan-makan yang paling jahat dan buruk adalah acara makan-makan yang tidak
mengundang orang-orang miskin, tetapi hanya mengundang orang-orang kaya. (HR.
Muslim).
Sebusuk-busuknya
makanan adalah makanan yang disediakan pada acara walimah yang hanya mengundang
orang-orang kaya dan meninggalkan orang-orang miskin. (HR. Bukhari, Muslim).
Hendaknya
jangan sekali-kali ada perasaan lebih afdhal dan lebih utama dari orang-orang
miskin dan rendahan, karena setiap keberhasilan dan rezeki semata-mata karena
bantuan orang-oranga rendahan dan orang-orang lemah. (HR. Bukhari, Muslim).
Dianjurkan
agar mengajak serta orang-orang rendahan dan miskin dalam pergaulan kita,
karena merekalah keberhasilan dan rezeki dapat dicapai. (HR. Abu Daud).
Jangan
sekali-kali memuliakan ataupun menghina seseorang karena melihat hartanya.
Terkutuklah orang yang memuliakan seseorang karena hartanya dan menghina kaum
dhu’afa karena kemiskinannya. (HR. Ibnu Abas).
Dianjurkan
agar senantiasa mencintai dan berbuat baik kepada orang-orang fakir miskin, karena
mereka adalah orang-orang yang terkemuka di sisi Allah dan dapat diharapkan
syafa’atnya pada hari kiamat kelak. (HR. Abu Laits Samarqandi).
Menolong
Kaum Dhu’afa.
Dianjurkan
agar membagi makanan yang kita makan kepada kaum dhu’afa dan fakir miskin. (QS.
Al Hajj : 28).
Dianjurkan
agar senantiasa mengajak dan menyuruh orang lain untuk memberi makan kepada
orang-orang miskin dan rendahan. (QS. Al Ma’uun : 1-3).
Bagi
orang yang ada kemampuan hendaklah senantiasa memberi makan kepada orang-orang
miskin. Orang yang tidak memberi makan kepada orang miskin digolongkan dengan
orang-orang yang mendustakan hari pembalasan. (QS. Al Ma’uun : 1-3).
Diwajibkan
mengasihi orang miskin dan rendahan. Orang yang mengasihi, maka akan dikasihi
Allah, dan orang yang tidak mengasihi, tidak akan dikasihi oleh Allah. (HR.
Bukhari, Muslim).
Dianjurkan
agar memenuhi hajat mereka semampu kita, niscaya Allah akan menunaikan hajat
kita. (HR. Bukhari, Muslim).
Dianjurkan
agar melepaskan kaum dhu’afa dari kesulitan mereka. Barang siapa yang
melepaskan kesulitan mereka di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitan di
akherat. (HR. Bukhari, Muslim).
Diperintahkan
agar menolong orang yang dianiaya. (HR. Bukhari).
Rasulullah
saw. menyuruh kepada tujuh perara, yaitu:
+a.
Menengok orang sakit,
+b.
Mengantar jenazah,
+c.
Mendo’akan yang bersin,
+d.
Menepati sumpah,
+e.
Membela yang didzalimi,
+f.
Memenuhi undangan.
+g.
Menyebarkan salam.
(HR.
Bukhari, Muslim).
Allah
akan menolong hambanya selagi hamba tersebut menolong saudaranya. (HR. Bukhari,
Muslim).
Orang
miskin itu bukanlah orang yang tertolak dari satu dua butir kurma atau satu dua
butir makanan, tetapi orang miskin yang sesungguhnya adalah yang tidak
mempunyai sesuatu yang mencukupi kebutuhannya sedang ia sopan dan segan
meminta-minta kepada manusia. (HR. Bukhari, Muslim).
Bersedekah
kepada orang tersebut di atas adalah lebih utama. (Imam Nawawi).
Orang
yang membantu para janda dan orang-orang miskin bagaikan orang yang berjuang fi
sabilillah. (HR. Bukhari, Muslim).
Orang-orang
yang membantu para janda dan orang-orang miskin bagaikan orang yang tidak
pernah berhenti berpuasa dan bangun shalat malam. (HR. Bukhari, Muslim).
Seseorang
yang pernah memberikan sesuap makanan, seteguk air atau memberi sehelai kain
kepada kaum dhu’afa dengan ikhlas maka ia akan mendapat syafa’at dari mereka.
(HR. Abu Laits Samarqandi).
Perbanyak
bersedekah kepada fakir miskin. Dengan bersedekah, harta si kaya akan bertambah
karena do’anya orang-orang fakir. (HR. Abu Laits Samarqandi).
Berinfaq
untuk orang-orang fakir yang terkait oleh jihad di jalan Allah. (QS. Al Baqarah
: 273).
Menyakiti
Kaum Dhu’afa.
Orang
miskin yang sholeh berada dalam jaminan Allah SWT. Barang siapa yang mengganggu
mereka akan dituntut oleh Allah SWT. (HR. Muslim).
Orang-orang
miskin itupun adalah saudara sesama muslim. Tidak diperbolehkan menganiayanya
dan tidak boleh membiarkan mereka dianiaya orang lain. (HR. Bukhari, Muslim).
Diperingatkankan
agar jangan sekali-kali membuat jengkel atau marah terhadap kaum dhu’afa.
Menjengkelkan mereka akan menyebabkan murka Allah SWT. (HR. Muslim).
Mengganggu
kaum dhu’afa berarti membuat tuduhan palsu dan dosa yang terang-terangan. (QS.
Al Ahzab : 58).
Dilarang
keras membentak peminta-minta, siapa pun mereka. (QS. Adh Dhuha : 10).
Jangan
sekali-kali menghina kaum dhu’afa. Cukuplah dianggap suatu kejahatan seseorang
yang menghina saudaranya yang muslim. (HR. Tirmidzi).
**** 88 ****

No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.