Adab Islam.
Sabda
Rasulullah saw.:
Idzaa ra-aitumuuhu fashuumuu idzaa
ra-aitumuuhu fafthiruu fa in ghumma ‘alaikum faqduruu lahu.
Artinya:
“Apabila kamu melihat bulan Ramadhan,
hendaklah berpuasa, dan apabila kamu lihat bulan Syawal hendaklah kamu berbuka.
Maka jika tidak tampak olehmu, maka hendaklah kamu perhitungkanlah jumlahnya
hari dalam satu bulan.” (HR. Bukhari,
Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah).
[=
menurut bahasa puasa berarti ‘menahan diri’. Menurut syara ialah ‘menahan diri
dari segala sesuatu yang membatalkannya dari mulai terbit fajar hingga terbenam
matahari, karena perintah Allah semata-mata dengan disertai niat dan
syarat-syarat tertentu.’ Puasa Ramadhan
adalah salah satu sendi ibadat dilaksanakan pada bulan Ramadhan.]
Berpuasa
bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga berpuasa adalah menjaga
lidah, mata, telinga dan pikiran dari perbuatan yang dilarang agama. (HR.
Bukhari, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah).
Haram
bagi wanita berpuasa tanpa seizin suami, kecuali puasa wajib Ramadhan. (HR.
Muslim).
Puasa
dimulai dari terbit fajar di waktu shubuh. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu
Majah).
Dan
puasa berakhir di waktu masuknya maghrib. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i).
Disunnahkan
untuk memulai puasa dengan melaksanakan sahur terlebih dahulu. (HR. Bukhari,
Muslim).
Disunnahkan
pula untuk melambatkan sahur dan menyegerakan berbuka. Melambatkan sahur yaitu
bersahur pada waktu yang lebih mendekati waktu shubuh. Dan mempercepat berbuka
yaitu secepatnya membatalkan puasa setelah waktu maghrib tiba. Dan ini semua
adalah lebih baik daripada mempercepat sahur dan melambatkan berbuka. (HR.
Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah).
Juga
disunnahkan untuk memulai berbuka dengan beberapa buah kurma, jika tidak ada
maka cukup dengan meminum air. (HR. Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah).
Do’a berbuka puasa:
Dzahabazh zhamaa-u wabtallatil ’uruuquu
tsabatal ujru insyaa Allaahu.
Artinya:
“Telah lenyap dahaga, dan telah basah
urat-urat, dan tetap berpahala, insya Allah”
(HR. Nasa’i).
Atau
do’a yang lain;
Allaahumma laka shumtu wabika aamantu wa
‘ala rizqika aftartu.
Artinya:
”Ya Allah, karena Engkau aku berpuasa
dan kepada Engkau aku beriman, dan atas rizki Engkau aku berbuka.” (HR. Ibnu Majah).
Disunnahkan
agar menerangkan: “Saya berpuasa”, jika ditawari makanan oleh seseorang,
sedangkan kita dalam keadaan berpuasa. (HR. Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu
Majah).
Yang
Dibolehkan Dalam Berpuasa.
Semasa
berpuasa, bagi suami – istri dibolehkan berciuman selama tidak menimbulkan
birahi atau nafsu syahwat. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah).
Dibolehkan
bersiwak ketika berpuasa. Menurut Imam Syafi’i, dibolehkan bersiwak orang yang
berpuasa hanya sampai waktu Dzuhur. Setelah Dzuhur sebaiknya tidak bersiwak.
Dibolehkan
menyiramkan air ke kepala ketika berpuasa karena panas. (HR. Ahmad, Abu Daud).
Makan
minumnya orang yang lupa, sedangkan ia sedang berpuasa maka itu tidak
membatalkan puasanya. (HR. Nasa’i).
Dibolehkan
memakai celak mata ketika berpuasa. (HR. Ibnu Majah).
Yang
Tidak Dibolehkan Ketika Berpuasa.
Salah
satu keutamaan berpuasa sunnah walaupun sehari adalah dijauhkan wajahnya dari
api neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan. (HR. Bukhari, Muslim).
Ukuran
maksimal untuk berpuasa bagi seseorang adalah berpuasa sehari dan berbuka
sehari (disebut dengan puasa Daud). (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i).
Puasa
Asyura atau Muharram.
Disunnahkan
berpuasa Asyura dan Tasu’a yaitu berpuasa pada tanggal
sepuluh dan sembilan di bulan Muharram. (HR. Bukhari, Muslim).
Keutamaan
berpuasa di bulan Muharram, menghapuskan dosa-dosa di tahun lalu. (HR. Muslim).
Puasa
Tiga Hari Setiap Bulan.
Disunnahkan
berpuasa tiga hari pada pertengahan bulan Hijriah. (bukan pada bulan masehi).
(HR. Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah).
Keuntungan
berpuasa tiga hari di setiap bulan; sama dengan berpuasa setahun penuh karena
disamakan satu hari dengan pahala sepuluh kali lipat. (Al Qur’an, HR. Ahmad,
Tirmidzi).
Puasa
Enam Hari Di Bulan Syawal.
Sunnah
berpuasa enam hari di bulan Syawal. (HR. Tirmidzi, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah).
Beberapa
keuntungan berpuasa enam hari di bulan Syawal;
+).
Disamakan dengan berpuasa selama setahun lamanya. (HR. Jama’ah).
+).
Dihapuskan dosa-dosanya seolah-olah baru dilahirkan kembali. (HR. Thabrani).
Puasa
Di Hari Arafah.
Disunnahkan
berpuasa di hari Arafah bagi yang sedang tidak berhaji. (HR. Bukhari, Muslim,
Nasa’i, Ibnu Majah).
Keuntungan
berpuasa di hari Arafah, dihapuskan dosa-dosa dua tahun yang lalu dan
tahun-tahun yang akan datang. (HR. Muslim).
Hanya
saja puasa Arafah ini dimakruhkan bagi orang yang sedang wukuf di Arafah.
(HR.
Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah).
Puasa
Senin – Kamis.
Disunnahkan
berpuasa pada hari senin dan kamis. (HR.
Tirmidzi, Muslim, Nasa’i).
Pada
hari-hari itu manusia diperiksa amalannya. Rasulullah saw. senang jika
diperiksa amalannya dalam keadaan berpuasa. (HR. Tirmidzi).
Puasa
Di Bulan Sya’ban.
Sunnah
berpuasa di pertengahan bulan Sya’ban. (HR. Nasa’i, Baihaqi, Ibnu Majah).
Sedangkan
Nabi saw. selalu berpuasa di bulan Sya’ban sebulan penuh, sehingga bersambung
dengan bulan Ramadhan. (HR. Imam yang lima).
Puasa
Di Bulan Dzulhijjah.
Sunnah
berpuasa sepuluh hari di permulaan bulan Dzulhijjah, yaitu dari tanggal 1
sampai 9 Dzulhijjah. (HR. Bukhari).
Keuntungan
berpuasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah adalah, sama dengan berpuasa setahun
penuh. (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi).
Puasa
Yang Tidak Diperbolehkan.
Tidak
dibolehkan berpuasa sebelum dan sesudah bulan Ramadhan, kecuali bagi orang yang
biasa melakukannya. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi).
Dilarang
berpuasa wishal (yaitu berpuasa dua
hari terus menerus tanpa berbuka). (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad).
[=
di Indonesia ada yang melakukannya disebut dengan ‘puasa mati geni’. Kadang-kadang
berpuasa sampai empat puluh hari empat puluh malam tanpa berbuka.]
Tidak
diperkenankan berpuasa selama setahun penuh. (HR. Bukhari, Muslim).
Haram
berpuasa di Hari Raya Iedul Fitri dan Iedul Adha. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi,
Nasa’i, Ibnu Majah).
Haram
berpuasa di hari-hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah. (HR. Muslim, Nasa’i, Tirmidzi).
Dimakruhkan
berpuasa di hari Jum’at saja. Harus diiringi dengan satu sebelumnya, yaitu hari
Kamis, atau sesudahnya yaitu hari Sabtu. (HR. Bukhari, Muslim).
Dimakruhkan
berpuasa di hari yang diragukan. (Ragu-ragu antara akhir bulan Sya’ban atau
awal bulan Ramadhan). (HR. Tirmidzi).
***** & *****

No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.