Adab Islam.
Mengerjakan
kewajiban yang fardhu adalah suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Apalagi dilengkapi dengan amalan-amalan sunnah yang dicontohkan Rasulullah
saw. akan mendapatkan nilai tambah
dari Allah SWT. dan Rasulullah saw. Sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah
saw.:
Wa laa yazaalu ‘abdii layataqarrabu
i-layya binnawaa fili hatta u-hibbahu.
Artinya:
“Dan tetap hamba-hambaku menghampiri
diriku dengan amalan-amalan sunnah, sehingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari).
Yang
tersebut dalam hadits itu adalah salah satu jalan untuk menunjukkan bahwa
orang-orang yang mengerjakan amalan fardhu dan amalan-amalan sunnahnya adalah
amat sempurna pendekatannya kepada Allah dan dekat pula pertolongan Allah
kepadanya.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
‘Ala khulafaa-ii rahmatullaahi.
Artinya:
“Rahmat Allah senantiasa tercurah kepada
penggantiku.” (Al Hadits).
Ditanya:
“Siapakah pengganti itu?”
Rasulullah
saw. menjelaskan kembali:
Allaadzina yuhibbuuna sunnatii wa
yu’allimuu nahaa ‘ibaadallaahi.
Artinya:
“Orang-orang yang menghidupkan sunnahku
dan mengajarkan kepada para hamba Allah.”
(Al Hadits).
Bagi
yang sudah mantap imannya, merasa tidak cukup hanya dengan melaksanakan shalat
wajibnya pada awal waktu, tapi ditambah pula dengan shalat-shalat sunnah
(rawatib) nya.
Kemudian
diterangkan oleh Allah SWT. Al
Qur’an:
Qad aflahaa mu’minuu nalladziina humfii
sholaa tihim khaasyi’uuna.
Artinya:
“Berbahagialah para mu’min yang banyak
bertekun (khusu’) dalam ibadat shalatnya.”
(Al Mu’minin : 1-2).
Selanjutnya
Rasulullah saw. mengingatkan manusia bahwa:
Man raghiba ‘an sunnati falaisa minnii.
Artinya:
“Barangsiapa yang segan mengikuti jejak
sunnahku maka tidaklah ia termasuk golonganku.” (HR. Muslim).
Shalat
sunnah (nafli) itu terbagi dalam dua bagian:
+1.
Shalat sunnah yang tidak disunnahkan berjama’ah,
+2.
Shalat sunnah yang disunnahkan berjama’ah.
Yang
tidak disunnahkan berjama’ah banyak sekali, antara lain shalat sunnat rawatib,
yaitu shalat sunnah yang mengikuti shalat fardhu lima waktu. Selain itu ada
shalat sunnah yang bebas tidak terikat dengan waktu dan ada pula yang
dikerjakan pada waktu-waktu tertentu saja.
Di
antara setiap adzan dan iqomat pada shalat lima waktu ada shalat sunnahnya,
minimal dua rakaat. (HR. Bukhari, Muslim).
Setelah
melaksanakan shalat wajib sebaiknya jangan langsung mengerjakan shalat sunnah,
disunnahkan diselingi terlebih dahulu dengan berdzikir ataupun keluar dari
masjid. (HR. Muslim).
Sebaik-baiknya
tempat untuk mengerjakan shalat sunnah adalah di rumah dan sebaik-baiknya
tempat untuk mengerjakan shalat wajib adalah di masjid. (HR. Bukhari, Muslim).
Dianjurkan
agar meringankan bacaan surat dalam shalat sunnah rawatib. (HR. Bukhari,
Muslim).
Diperbolehkan
untuk melaksanakan shalat sunnah dengan berjama’ah. (HR. Nasa’i).
Dan
dimakruhkan melaksanakan shalat sunnah jika telah mendengar iqomat. (HR.
Muslim).
Boleh
shalat sunnah dikerjakan dengan duduk jika ada udzur. (HR. Muslim, Ahmad).
Dibolehkan
juga untuk mengerjakan shalat sunnah tanpa ada niat shalat yang tertentu yaitu
kapan saja ia ada keinginan untuk melaksanakan shalat tanpa ada keperluan
apa-apa, ia bisa melaksanakannya. Asalkan jangan di waktu-waktu yang dilarang
untuk shalat. Shalat sunnah ini dinamakan shalat
Mutlak. (HR. Imam Syafi’i).
Shalat-shalat
Sunnah Yang Pernah Dilakukan Rasulullah saw.
Shalat
Sunnah Fajar.
Shalat
sunnah sebelum fajar sebanyak dua rakaat. Rasulullah saw. biasa membaca Al
Kafirun di rakaat pertama dan membaca surat Al Ikhlas di rakaat kedua. (HR.
Muslim).
Shalat
sunnah sebelum shubuh sebanyak dua rakaat. (HR. Muslim).
Dianjurkan
agar membaca do’a:
Allaahumma rabbajibriila wa-israfiila wa
miikaa-iila wa muhammadin. A’uudzubika minannaari.
Artinya:
“Ya Allah! Tuhannya Jibril, dan Israfil dan
Mikail dan Muhammad saw, aku berlindung kepada-Mu dari api neraka.” (HR. Ibnu Sunni, Imam Nawawi).
Setelah
itu membaca do’a:
Astaghfirallaah alladzii laa illaaha
illaa huwal hayyu qayyuumu wa utuubu ilaihi.
Artinya:
“Aku memohon ampun kepada Allah SWT.
yang tidak ada ‘Ilah’ kecuali Dia yang Maha Hidup, yang Maha Kuat dan aku
bertaubat kepada-Mu.” ..3x
(HR.
Ibnu Sunni, Imam Nawawi).
Apabila
ternyata dikarenakan sesuatu, kita tidak dapat mengerjakan shalat sunnah
qabliah Shubuh, sebelum shalat fardhu Shubuh, maka dibolehkan mengerjakan
shalat qobliah Shubuh, dengan mengalihkan waktunya yaitu setelah shalat Shubuh.
(HR. Baihaqi, Ahmad, Ibnu Hibban).
Shalat
Sunnah Dzuhur.
Disebut
shalat sunnah Rawatib sebelum Dzuhur dan sesudahnya masing-masing empat rakaat.
(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud)
Shalat Rawatib adalah shalat sunnah yang dilakukan sebelum atau sesudah shalat lima waktu. Shalat yang
dilakukan sebelumnya disebut shalat qabliah, sedangkan yang dilakukan
sesudahnya disebut shalat ba'diah. Shalat sunnah rawatib ini
terbagi dua bagian, yaitu sunnah muakkad dan sunnah ghairu muakkad.
Boleh
juga dua rakaat sebelum dan dua rakaat sesudah shalat fardhu Dzuhur. (HR.
Bukhari, Ahmad).
Dan
boleh juga mengerjakan empat rakaat sebelumnya dan dua rakaat sesudahnya. (HR.
Muslim, Tirmidzi, Ahmad).
Dibolehkan
mengqadha shalat qabliah Dzuhur, yaitu apabila kita tidak berkesempatan
melaksanakan shalat sunnah qabliah Dzuhur, boleh kita mengerjakannya setelah
Dzuhur. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah).
Shalat
Sunnah Jum’at.
Shalat
sunnah sesudah Jum’at empat rakaat. (HR. Muslim).
Apabila
dalam keadaan sibuk atau mendesak, boleh mengerjakannya hanya dua rakaat. (HR.
Ibnu Najjar).
Boleh
dikerjakan dua rakaat di masjid dan dua rakaat di rumah. (HR. Ibnu Hibban).
Shalat
Sunnah Ashar.
Disebut
shalat sunnah Rawatib dikerjakan sebelum shalat fardhu Ashar sebanyak empat
rakaat dengan dua kali salam, yaitu dua rakaat-dua rakaat. (HR. Tirmidzi, Abu
Daud).
Shalat
Sunnah Maghrib.
Disebut
shalat sunnah Rawatib dikerjakan sebelum shalat fardhu Maghrib bagi siapa saja
yang suka. (HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Hibban).
Rasulullah
saw. sering membaca surat Al Kafirun di rakaat pertama pada shalat sunnah
qabliah maghrib dan membaca surat Al Ikhlas di rakaat keduanya. (HR. Tirmidzi,
Ibnu Majah).
Rasulullah
saw. biasanya mengerjakan shalat sunnah qabliah maghrib di rumah. (HR.
Tirmidzi, Ibnu Majah).
Disunnahkan
shalat ba’diah maghrib dua rakaat.
Shalat
Sunnah Isya.
Disebut
shalat sunnah Rawatib dikerjakan sebelum dan sesudah shalat fardhu Isya
masing-masing dua rakaat. (HR. Bukhari, Muslim).
Shalat
Sunnah Witir.
Shalat
sunnah witir dengan bilangan rakaat ganjil. Satu rakaat, tiga rakaat, lima
rakaat, tujuh rakaat, sembilan rakaat, sebelas rakaat, tiga belas rakaat dan
seterusnya. Minimal shalat witir dikerjakan sebanyak satu rakaat. (HR. Bukhari,
Muslim, Tirmidzi, Abu Daud).
Boleh
mengerjakan shalat sunnah witir sebanyak lima rakaat atau tujuh rakaat dengan
sekali salam. (HR. Ibnu Majah, Nasa’i, Ahmad).
Shalat
witir dikerjakan pada malam hari. (HR. Muslim, Thabrani).
Shalat
witir boleh dikerjakan di permulaan malam sebelum tidur atau di akhir malam
setelah tidur. (HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Hibban).
Yang
merasa ragu apakah bisa bangun malam atau tidak, sebaiknya mengerjakan shalat
sunnah witir di awal malam, yaitu sebelum tidur untuk berhati-hati. Seperti
yang biasa dilakukan oleh sahabat Abu Bakar ra. Dan yang merasa dapat
mengerjakannya di akhir malam maka lebih utama mengerjakannya di akhir malam
yang biasa dilakukan sahabat Umar ra. Rasulullah saw. sendiri biasa
mengerjakannya di akhir malam. (HR. Ahmad, Abu Daud, Hakim).
Shalat
witir ditekankan sekali kepada orang yang hafidz
Al Qur’an. (HR. Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah, Hakim).
Boleh
mengerjakan shalat sunnah witir dengan mengeraskan suara ketika membaca surat.
(HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi).
Tidak
ada dua kali shalat sunnah sesudah witir dalam satu malam. (HR. Abu Daud,
Muslim, Nasa’i).
Dalam
shalat sunnah witir biasanya Rasulullah saw. membaca di rakaat pertama surat Al
A’la dan di rakaat kedua membaca surat Al Kafirun dan di rakaat ketiga membaca
Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Abu Daud).
Dinyatakan
ada shalat sunnah sesudah witir sebanyak dua rakaat. (HR. Ahmad, Abu Daud,
Tirmidzi).
Disunnahkan
membaca:
Subhaanalla malikil quddusi. ... 3x setelah salam dengan suara agak dikeraskan. (HR.
Nasa’i).
“Mahasuci Allah, Maharaja lagi Maha suci
..(3x).”
Do’a
shalat witir:
Allaahumma innii a’uudzu biridhaaka min
sakhaathika wa bimu’aafatika min ‘uquubatika wabika waminka laa uhshi tsanaa-an
‘alaika anta kamaa atsnaita ‘alaa nafsika.
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
dengan ridha Engkau daripada murka Engkau. Dan dengan Engkau dan dari Engkau
segala pertolongan. Aku tidak dapat menghitung banyaknya pujian atas Engkau, ya
Tuhanku, bagaimana Engkau memuji Engkau sendiri.” (HR. Abu Daud).
Shalat
Sunnah Dhuha.
Banyak
sekali hadits yang menjelaskan betapa desarnya keistimewaan dan keutamaan
shalat Dhua. Betapa tinggi kedudukannya serta betapa kokohnya syari’at Islam
dalam menganjurkannya. Antara lain sebagai berikut;
Sabda
Rasulullah saw.
“Barangsiapa memelihara (mengerjakan)
shalat Dhuha, ia diampuni segala dosanya walaupun sebanyak jumlah buih ombak di
lautan.”
Riwayat
Ath Thabrani ra.:
“Sesungguhnya di Syurga itu ada pintu
yang disebut pintu Dhuha. Maka ketika tiba hari Kiamat ada panggilan hatif;
‘Barang siapa yang suka membiasakan shalat Dhuha, inilah pintu kamu sekalian.
Masuklah kamu sekalian dengan rahmat Allah SWT’.”
Riwayat
Ahmad, Muslim dan Abu Daud ra.:
“Tiap satu tulang persendian itu ada
pahalanya. Satu kalimat subhaanallaah ada pahalanya. Satu kalimat
alhamdullillaah ada pahalanya. Satu kalimat laa ilaaha illallaah ada pahalanya. Satu
kalimat Allaahu Akbar ada pahalanya. Satu Amar Ma’ruf ada pahalanya. Satu
kalimat Nahi Munkar ada pahalanya. Tetapi bila orang mengerjakan shalat sunnah
Dhuha dua rakaat, maka memadailah pahalanya dengan pahala-pahala yang tersebut
di atas.”
Shalat
sunnah Dhuha yaitu shalat setelah terbit matahari sampai matahari tepat berada
di atas kepala kita. (HR. Bukhari, Muslim).
Shalat
Dhuha minimal dua rakaat, selebihnya boleh ditambah dengan jumlah genap. (HR.
Muslim, Abu Daud, Ahmad).
Shalat
Sunnah Tahiyyatul Masjid.
Shalat
sunnah Tahiyyatul Masjid, yaitu shalat sunnah dua rakaat setiap masuk ke masjid
sebelum duduk. (HR. Bukhari, Muslim).
Walaupun
kita datang ketika imam sedang berkhutbah Jum’at, hendaknya tetap mengerjakan
shalat dua rakaat terlebih dahulu. (HR. Bukhari, Muslim).
Shalat
Sunnah Syukrul Wudhu.
Diantara
shalat sunnah tidak berjama’ah ialah shalat sunnah Syukrul Wudhu.
Dalil
shalat ini adalah hadits dari Bilal. Bersabda Rasulullah saw.:
“Waktu saya masuk syurga, saya lihat
Bilal di dalamnya. Saya bertanya kepadanya, ‘Apa sebabnya kau Bilal, lebih dulu
masuk syurga sebelum aku’. Jawab Bilal: ‘Saya tidak tahu tentang sebab-sebabnya
itu. Tetapi saya membiasakan diri setiap kali habis berwudhu kemudian saya
shalat Syukrul Wudhu. Dan setiap selesai adzan saya shalat dua rakaat pula
(shalat sunnah rawatib atau sunnah mutlaq)’.”
Shalat
sunnah Tahiyyatul Wudhu atau syukrul wudhu, yaitu shalat dua rakaat setelah
selesai mengambil air wudhu. (HR. Bukhari, Muslim).
Shalat
Sunnah Tahajjud.
Shalat
Tahajjud adalah shalat yang lebih utama sesudah shalat fardhu, dan diunggulkan
pahalanya, serta istimewa. Betapa tidak, sebab alangkah beratnya untuk bangun
ditengah malam pada waktu sedang tidur nyenyak. Tetapi orang yang beriman
sanggup mengorbankan kesenangannya karena mengharapkan ridha Allah SWT.
Keutamaannya menurut sabda Rasulullah saw.:
Afdzalushshalaati ba’dal maktuubati
shalaatullaili.
Artinya:
“Shalat yang paling utama setelah shalat
fardhu ialah shalat Tahajjud.”
Keunggulannya
ditegaskan dalam Al Qur’an:
Waminallaili fatahajjad bihiinaa
filatallaka ‘asaa ayya’tsaka rabbuka maqaamaam mahmuudaa.
Artinya:
“Hendaklah kau gunakan sebagian waktu
malam itu untuk shalat Tahajjud, sebagai shalat sunnah untuk dirimu.
Mudah-mudahan Tuhan akan membangkitkan engkau dengan kedudukan yang baik.” (QS. Bani Isra-il : 79).
Keistimewaannya sesuai dengan Sabda Rasulullah
saw.:
Lakum wa mukaffira tun lissayyi-ati wa
minhaatun ‘anil-itsmi wa muzharidatan liddaa- i’aniljasadi.
Artinya:
“Kamu sekalian harus lazim (dawam)
bangun tengah malam , yakni shalat Tahajjud. Maka sesungguhnya shalat Tahajjud
itu pekerjaan orang-orang yang shaleh sebelum kamu sekalian.”
Keistimewaan
Shalat ini dirangkum sebagai berikut;
*).
Mendekatkan kamu kepada Allah SWT,
*).
Kifarat kamu sekalian dari dosa-dosa,
*).
Mencegah kamu sekalian dari berbuat dosa,
*).
Mengusir penyakit kamu dari seluruh tubuh, dan
*).
Kemuliaan seorang mukmin.
(HR.
Jabir bin Ali).
Shalat
sunnah Tahajjud disebut juga dengan shalat malam karena dilaksanakan pada malam
hari sampai datang waktu shubuh. (Al Qur’an).
Sebelum
tidur hendaknya berniat terlebih dahulu dalam hati untuk bangun tahajjud. (HR.
Nasa’i, Ibnu Majah).
Ketika
bangun dari tidur, hilangkanlah kantuk dengan mengusapkan punggung tangan ke
muka, kemudian segera bersiwak. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa’i, Ibnu
Majah).
Sebelum
melaksanakan shalat tahajjud, disunnahkan agar melaksanakan dua rakaat shalat
sunnah terlebih dahulu sebagai pembuka shalat tahajjud. (HR. Muslim).
Biasanya
Rasulullah saw. mengerjakan shalat malam dengan dua rakaat-dua rakaat. (HR.
Ibnu Majah, Ahmad, Nasa’i).
Dianjurkan
agar mengajak anggota keluarga untuk bersama-sama mengerjakan shalat tahajjud.
(HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud).
Rasulullah
saw. biasa melakukan shalat tahajjud tiga belas rakaat sudah termasuk shalat
witir di dalamnya. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud).
Perlu
diperhatikan adalah hendaknya kita mengontrol kondisi shalat tahajjud, sehingga
tidk memberatkan shalat Shubuh di pagi harinya. (HR. Bukhari, Muslim).
Sebaiknya
menghentikan shalat jika masih mengantuk karena mengakibatkan tidak tahu surat
yang dibacanya. Sebaiknya tidurlah kembali, dan lanjutkan bila sudah hilang
kantuknya. (HR. Muslim).
Lebih
baik sedikit melakukannya, tetapi
dikerjakan terus menerus. (HR. Bukari, Muslim).
Sebaik-baik
waktu untuk mengerjakan shalat tahajjud adalah pada sepertiga akhir malam. (HR.
Jama’ah).
[=
kira-kira jam 02.00 – jam 03.00 WIB atau 02am – 03am.]
Tidak
diperbolehkan mengkhususkan hari Jum’at untuk shalat malam atau tahajjud. (HR.
Muslim).
Shalat
Sunnah Gerhana.
Shalat
sunnah gerhana matahari (Kusuf) dan gerhana bulan (Khusuf), yaitu shalat
sunnah ketika terjadi gerhana sebanyak dua rakaat dengan empat kali sujud empat
kali ruku. (HR. Bukhari).
Kejadian
gerhana adalah salah satu dari ancaman dan peringatan Allah SWT. kepada manusia
agar manusia ingat akan hari kiamat. (HR. Bukhari, Ahmad).
Tata
caranya:
Setelah
membaca surat Al Fatihah dan baca surat, kemudian ruku dan setelah kembali dari
ruku membaca lagi surat, lalu ruku lagi, setelah itu i’tidal, dan terus sujud,
setelah sujud duduk kemudian sujud lagi, kemudian berdiri untuk rakaat kedua
dengan cara yang sama. Dikerjakan seperti itu sebanyak dua rakaat. Sehingga
dalam dua rakaat ada empat kali ruku dan empat kali sujud. (HR. Bukhari,
Muslim).
Disunnahkan
agar surat yang dibaca setealh Al Fatihah adalah surat-surat yang panjang. Bacaan yang pertama lebih panjang dari
yang kedua, yang kedua lebih panjang dari yang ketiga, dan yang ketiga lebih
panjang dari yang terakhir. Begitu pula dalam ruku dan sujudpun disunnahkan
agar dipanjangkan. (HR. Bukhari, Muslim).
Disunnahkan
adanya khutbah setelah shalat gerhana. Kemudian dianjurkan untuk banyak
bertakbir, beristighfar, bersedekah dan berdo’a. (HR. Bukhari, Muslim).
Shalat
Sunnah Isyraq.
Shalat
sunnah dua rakaat sesaat setelah terbit matahari di pagi hari. Biasa disebut
dengan shalat Isyraq. (HR. Tirmidzi)
Disebutkan
dalam hadits bahwa barangsiapa shalat dengan berjamaah, kemudian duduk
berdzikir di tempat ia shalat hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat
maka pahalanya sama dengan ibadah haji
dan umroh yang sempurna. (HR. Tirmidzi).
Shalat
Isyraq sebaiknya enam rakaat, yaitu;
+a).
Khusus Isyraq saja dua rakaat,
+b).
Sunnah Isti’adah dua rakaat,
+c).
Sunnah Istikhaarah dua rakaat.
Do’a
setelah Shalat Isyraq;
Alhamdulillaahil ladzii ja’alal yauma
‘aafiyatan wa jaa-asysyamsa min mathla’ihaa. Allaahummarzuqnii khaira haadzal
yaumi wadfa’ ‘annii syarrahu. Allaahumma nawwir qalbii bihidaayatika kamaa naw
wartal ardha binuuri syamsika abadan. Birohmatika yaa arhamar raahimiin.
Artinya:
“Segala puji bagi Allah, yang telah
menjadikan hari ini sejahtera dan telah terbit matahari dari tempatnya. Yaa
Allah, berilah aku kebaikan hari ini dan jauhkanlah daripadaku keburukan hari
ini. Yaa Allah, terangilah hatiku dengan cahaya dan hidayah-Mu, sebagaimana
telah Engkau terangi bumi dengan matahari-Mu terus-menerus. Dengan rahmat-Mu
yaa Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Shalat
Sunnah Awwabin.
Shalat
sunnah di antara waktu maghrib dan isya, dan tidak disunnahkan untuk berjama’ah
biasa disebut dengan shalat Awwabin. (HR. Abu Daud, Tirmidzi).
Shalat
sunnah dilakukan pada waktu yang sangat istimewa, yaitu;
+1.
Waktu mubarokah, yakni waktu diberkahi Allah,
+2).
Waktu fadhilah, yakni waktu yang sangat berfaedah,
+3).
Waktu yang sangat mulia.
Sebaiknya
kesempatan waktu mubarokah ini dimanfaatkan dengan memperbanyak amalan-amalan
yang sangat berfaedah (berawrad)
seperti; istighfar (memohon ampun), dzikir (mengingat Allah), tahmid (memuji
Allah), tasbih (mensucikan Allah), membaca
Al Qur’an, bershalawat dan berdo’a.
Keistimewaannya
menurut sabda Rasulullah saw.:
Man shalla bainal maghribi wal ‘isyaa
i-‘isyriina rak-‘atan banallaahu lahuu baitan fil jannati.
Artinya:
“Barangsiapa yang shalat antara Maghrib
dan ‘Isya dua puluh rakaat maka Allah dirikan untuknya gedung di syurga.” (Al Hadits).
Dan
bersabda lagi Rasulullah saw.:
Man shalla ba’dal maghribi sittaraka’aatin
laa yufashshilu bainahunna bikalamin ‘adalna lahu ‘ibaadata itsnaa ‘asyrata
sanatan.
Artinya:
“Barangsiapa shalat sehabis Maghrib enam
rakaat saja dengan tidak diselingi bercakap-cakap, maka pahalanya sebanding
ibadah dua belas tahun. (HR. Bukhari,
Muslim).
Enam
rakaat Awwabin itu terdiri atas;
+a).
Awwabin faqat (khusus Awwabin saja).
Niatnya;
Ushalli sunnatal awwabiina rak’ataini
lillaahi ta’aalaa, Allaahu Akbar.
+b).
Awwabin serta Hifzhil Iman.
Niatnya;
Ushalli sunnatal awwabiina ma’a hifzhil
iimaani rak’ataini lillaahi ta’aalaa, Allaahu Akbar.
+c).
Awwabin serta Istikhaarah.
Niatnya;
Ushalli sunnatal awwabiina ma’a
istikhaarati rak’ataini lillaahi ta’aalaa, Allaahu Akbar.
Rasulullah
saw. biasa melaksanakan shalat awwabin sebanyak enam rakaat. Dengan dua
rakaat-dua rakaat. (HR. Abu Daud, Tirmidzi).
Shalat
Sunnah Hari Raya.
Ada
dua shalat hari raya, yaitu shalat sunnah Idul Fitri dan Idul Adha. (HR.
Bukhari, Muslim).
Setelah
shalat sunnah hari raya disunnahkan untuk mengadakan khutbah hari raya. (HR.
Bukhari, Muslim).
Boleh
shalat raya diadakan di lapangan ataupun di masjid apabila ada halangan.
Kedua-duanya pernah dilakukan oleh Rasulullah saw.
Cara
shalat hari raya:
Pertama
bertakbir di rakaat pertama sebanyak tujuh kali, kemudian membaca surat Al
Fatihah dan dilanjutkan dengan membaca surat. Kemudian ruku, i’tidal, sujud,
duduk di antara dua sujud, sujud kembali, kemudian berdiri dan membaca Al
Fatihah, membaca surat dan seterusnya sama dengan rakaat pertama hingga salam.
(HR. Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud).
Disunnahkan
diantara setiap takbir untuk membaca:
Subhaa nallaahi walhamdullaahi walaa
ilaaha illallaahu wallaahu akbaru.
“Maha Suci Allah, dan segala puji bagi
Allah, dan tidak ada ‘ilah’ selain Allah, dan Allah Maha Besar.”
Shalat
Sunnah Jenazah.
Shalat
sunnah Jenazah adalah shalat untuk mayit muslim yang meninggal dunia. (HR.
Bukharii, Muslim).
Caranya;
dengan mengucapkan takbir empat kali, tanpa ada ruku maupun sujud. (HR. Nasa’i).
Shalat
Sunnah Istikharah.
Shalat
sunnah dua rakaat untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. untuk menentukan
antara dua pilihan disebut juga dengan shalat Istikharah. (HR. Bukhari,
Tirmidzi, Ahmad).
Rasulullah
saw. bersabda: “Tidak akan merugi orang yang beristikharah dan tidak akan
menyesal orang yang bermusyawarah.” (HR. Tabrani).
Do’a
dalam shalat Istikharah;
Allaahumma inni astakhiiruka bi’ilmika,
wa-astaqdiruka biqudratika, wa-as-aluka min fadhlikal ‘azhiim. Fainnaka taqdiru
walaa aqdiru, wata’lamu walaa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyuub. Washallallaahu
‘alaa sayyidinaa Muhammadiw wa-aalihi wa-ash-haabihi wasallam. Walhamdu
lillaahi rabbil ‘aalamiin.
Artinya:
“Ya Allah, saya mohon dengan tinjauan-Mu
yang lebih jauh supaya saya dipilihkan jalan yang baik. Saya mohon kepastian
dengan kodrat kekuasaan-Mu supaya ditaqdirkan buat diriku, mohon kemurahan-Mu
yang Agung. Sebab hanya Engkaulah yang dapat mentaqdirkan (melaksanakan),
sedangkan saya tidak. Engkaulah yang dapat meninjau lebih jauh, saya tidak.
Hanya Engkaulah yang Maha Mengetahui tentang hal-hal yang ghaib. Ya Allah
limpahkan rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad saw. dan keluarganya. Segala puji
bagi-Mu Tuhan semesta alam.”
(HR. Abu Daud, Ibnu Majah).
Jika
kita mempunyai masalah sebaiknya beristikharah sebanyak tujuh kali, kemudian
akan terasa dalam hati kita pilihan yang baik untuk kita. (HR. Ibnu Sunni).
Shalat
Sunnah Taubat.
Dengan
taubat, sebesar apapun dosa manusia akan sirna, bagaikan lenyapnya embun
ditimpa matahari cerah. Al Qur’an menegaskan:
Innallaahu yuhibbut tawwaa biina
wahibbul mutathahhiriina.
Artinya:
Sungguh Allah mencintai para durjana
yang taubat dan Allah mencintai orang yang mensucikan dirinya.” (QS. Al Baqoroh : 222).
Sabda
Rasulullah saw.:
“Setiap orang yang pernah berbuat dosa
lalu pergi berwudhu terus shalat dua rakaat, lalu mohon ampun kepada Allah
pasti akan diampuni Allah dosanya itu.”
(HR.
Tirmidzi).
Kesalahan
atau dosa ada dua macam;
Pertama, Dosa yang
berhubungan langsung dengan Allah.
Misalnya;
meninggalkan shalat, tidak menunaikan zakat, maksiat, musrik dan lain-lain.
Cara
taubatnya:
+1.
Shalat sunnah taubat,
+2.
Dzikir sebanyak-banyaknya,
+3.
Berniat melepaskan perbuatan tercela itu,
+4.
Menyesali sepenuh hati atas perbuatan kejinya,
+5.
Tidak akan mengulangi perbuatan itu selamanya,
+6.
Mensyukuri segala nikmat dan anugerah Allah SWT.
Kedua,
Dosa yang berhubungan dengan manusia.
Misalnya;
mencuri barang miliknya, menipu, berbohong, membunuh dan lain sebagainya.
Cara
taubatnya:
Sama
dengan cara pertama ditambah dengan meminta relanya dan minta maaf kepada yang
bersangkutan.
Waktu
shalat taubat kapan saja, bisa saat siang hari atau pada malam hari. Sebaiknya
saat akan tidur atau sebelum shalat Tahajjud.
Niatnya:
Ushalli sunnatat taubati rak’ataini
lillaahi ta’aalaa, Allaahu Akbar.
Setelah
salam kemudian bersujud, jeritkan dalam hati memohon ampunan Allah, bersyukur
karena diberi kenikmatan. Istighfar sehabis shalat taubat hendaknya
diperbanyak, sedikitnya tiga kali.
Astaghfirullaahal ‘azhiim, alladzii laa
ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum waatuubu ilaih. Taubatan ‘abdin zhaalimin,
laayamliku linafsihi dharran walaa naf’an walaa mautan walaa hayaatan walaa
nusyuura .. (3 kali).
Artinya:
Saya memohon ampun kepada Allah yang
Maha Agung. Saya mengakui bahwa tidak Tuhan selain Allah. Tuhan yang hidup
terus dan berdiri dengan sendiri-Nya. Saya mohon taubat selaku seorang hamba
yang banyak berbuat dosa, yang tidak mempunyai daya-upaya apa-apa untuk berbuat
mudharat atau manfa’at untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.
Kemudian
berdzikir, misalnya dengan kalimat Thayyibah Laa illaha illallaah, atau dengan lainnya, sebanyak-banyaknya
dengan penuh khidmat dan keikhlasan.
Membaca
do’a, salah satu do’a taubat dari seorang Waliyullah
Imam Abunawas yang berbunyi;
ilaahi lastu lil firdausi ahla, walaa
aqwaa ‘alannaaril jahiimi, fahabli taubatan waghfir dzunuubi, fa
innaka-ghaafirudz-dzanbil ‘adziimi.
Artinya:
“Tuhanku, aku ini tidak patut menjadi
penghuni syurga, tapi aku tidak tahan terhadap panasnya api neraka. Karena itu
terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku. Sesungguhnya Engkau dzat yang
mengampuni dosa.”
Disebutkan
dalam Al Qur’an:
“Maka ketahulah, bahwa sesungguhnya
tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi
(dosa) orang-orang Mu’min laki-laki dan perempuan.” (QS Muhammad : 19).
Wahai orang-orang yang beriman,
berdzikirlah menyebut nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan
bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.”
(QS.
Al Ahzab : 41-42).
“Maka kalau sekiranya dia (yaitu Nabi
Yunus as.) tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia
akan tetap tinggal di dalam perut ikan hiu sampai hari berbangkit.” (QS. Ash-Shaafat : 143-144).
Shalat
Sunnah Hajat.
Shalat
sunnah Hajat adalah shalat sunnah dua rakaat atau empat rakaat ada sesuatu
masalah atau apabila mempunyai keinginan sesuatu. (HR. Ahmad, Abu Daud).
Setelah
melaksanakan shalat sunnah hajat, hendaklah kita memuji Allah dan bershalawat
atas Rasul-Nya, kemudian membaca do’a;
Laa ilaha illallaahul haliimul kariimu
subhaanallaahi rabbil-‘arsyil ‘azhiimi
alhamdulillaahi rabbil’aalamiina as-aluka muu jibaati rahmatika wa’aza-ima
maghfira tika walghaniimata min kulli birri wassalaa mata min kulli itsmin laa
tada’ lanaa dzanban illaa ghafar tahu walaa hamman illaa faraj tahu walaaha
jatan hiyalaka ridhaa illaa qadhaitahaayaa arhamarraa himiina.
Artinya:
“Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Yang
Maha Lembut dan Maha Mulia. Maha Suci Allah, Rabnya ‘Arsy Yang Maha Agung.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Aku memohon kepada-Mu
kewajiban-kewajiban rahmat-Mu, dan keinginan-keinginan atas maghfirah-Mu, dan
segala kekayaan dari segala kebaikan, dan keselamatan dari kejelekan. Jangan
biarkan pada diriku suatu dosapun kecuali Engkau mengampuninya, dan tidak suatu
keinginanpun kecuali Engkau menunaikannya, dan tidak ada suatu hajat yang
Engkau ridha padanya, kecuali Engkau tunaikannya, wahai Yang Maha Penyayang
dari segala penyayang.”
(HR.
Tirmidzi, Ibnu Majah).
Shalat
Sunnah Tarawih.
Shalat
sunnah Tarawih adalah shalat malam khusus dilaksanakan pada bulan Ramadhan.
(HR. Jama’ah).
Shalat
sunnah Tarawih boleh dikerjakan dengan berjama’ah ataupun sendiri. Akan tetapi
sebaik-baiknya adalah dikerjakan dengan berjama’ah. (HR. Jama’ah selain
Tirmidzi).
Shalat
Tarawih dengan berjama’ah boleh diadakan di masjid ataupun mushalla. (HR.
Jama’ah).
Rasulullah
saw. biasanya mengerjakan shalat tarawih sebelas rakaat dengan shalat witir
yaitu delapan rakaat shalat tarawih dan tiga rakaat shalat witir. (HR. Jama’ah,
Ibnu Hibban).
Pada
masa Khalifah Umar, Utsman dan Ali ra., mereka mengerjakan shalat tarawih
sebanyak dua puluh tiga rakaat dengan dua puluh rakaat shalat tarawih ditambah
tiga rakaat shalat witir. (HR. Abu Daud, Tirmidzi).
Do’a Kaamiliin, dibaca setelah shalat Tarawih:
Allahummaj ‘alnaa bil-iimaani
kaamiliina, walifaraaidhika muaddiina. Walish-shalaati haafizhiina.
Walizzakaati faa’i-liina, walimaa indaka thaalibina, wali’afwika raajiina,
wabil hudaa mutamassikiina. Wa’anillaghwi mu’ridhiina, wafiddunya zaahidiina.
Wafil-aakhirati raaghibiina, wabinna’maa-i syaakirina. Wa’alal-balaa-i
shaabirina. Watahta-liwaa-isayyidinaa Muhammadin saw. yaumalqiyaamati saairina,
wa-ilalhaudhi waaridina, wafiljannati daakhiliina wa’alal haudhi sariiratal
karaamati qaa’idiina, wabihuurin mutazaw wijiina, wamin sundusin waistabraqin
wadiibaajin mutalabbisiina, wamin labanin wa’asalin mushaffiina syaaribiina.
Wabiaqwaabin, wa-abaariiqa waka’sin min
ma’iinin laa yushadda’uuna ‘anha walaa yunzifuuna, wafaakihatin mimmaa
yatakhayyaruuna walahmi thairin mimmaa yasy-tahuuna wahuurun ‘iinun
ka-amtsaalillu’-luim maknuun.
Jazaa-an bimaa kaanu ya’maaluun.
Ulaa-ika ma’alladziina an’amallaahu ‘alaihim minan nabiyyiina wash-shaadiqiina
wasysyuhadaa-i washshaalihiina wahasuna ulaa-ika rafiiqa.
Dzaalika fadh-lullaahi wakafaabillaahi
syahiida. Washallallaahu ‘alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa’alaa aalihi
waashaabihi wasallam.
Artinya:
“Yaa Allah, jadikanlah kami sebagai
orang yang memperoleh kesempurnaan iman, dan sebagai orang yang patuh atas
kewajiban-kewajiban-Mu. Dan dapat memelihara shalat dan mengeluarkan zakat, dan
mengharap selalu berada di sisi-Mu, dan memohon ampunan-Mu, dan memegang teguh
petunjuk-Mu, dan berpaling dari hal yang sia-sia, dan tidak berlebih-lebihan
akan keduniaan dan menyukai akan kehidupan akhirat yang lebih baik, dan
mensyukuri ni’mat-Mu, dan bersabar atas segala percobaan. Dan berharap akan
perlindungan junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw. untuk kemudian di hari
kiamat, dan dengan mematuhi segala petuahnya, dan dimasukkan ke syurga dan
menjadi penghuni tempat-tempat yang mulia, dan menjadi pasangan
bidadari-bidadari yang menawan hati, dan menjadi pemakai kain-kain sutera yang
mengkilat berkilauan, dan menjadi peminum air susu yang jernih dan lezat,
(anak-anak muda itu) dengan membawa gelas (piala), cerek dan minuman yang
diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula
mabuk, dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa
yang mereka inginkan, dan (di dalam syurga itu) ada bidadari-bidadari yang
bermain jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik, sebagai balasan bagi apa
yang telah mereka kerjakan.
Merekalah yang menyertai orang-orang
yang memperoleh ni’mat Allah. Atas mereka itulah para nabi, para shadiqin,
syuhada dan shalihin, dan mereka yang berbuat baik terhadapnya dan kerabatnya.
Itulah karunia Allah dan cukuplah
persaksiannya kepada Allah. Dan semoga shalawat serta keselamatan tetap
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw. sebagai nabi yang
ummi (tak pandai baca tulis), begitu pula bagi keluarganya serta para
shahabatnya.”
Shalat
Sunnah Istisqo.
Shalat
Istisqo adalah shalat meminta hujan. (HR. Nasa’i).
Shalat
Istisqo sebanyak dua rakaat, seperti shalat hari raya. (HR. Nasa’i).
Dianjurkan
ketika keluar untuk melaksanakan shalat Istisqo agar tidak menggunakan
perhiasan atau pakaian yang mewah, tetapi memakai pakaian yang sederhana dan
biasa. Juga hendaklah berjalan dengan penuh tawadhu dan merendahkan diri. (HR.
Bukhari, Abu Daud, Nasa’i).
Cara
shalat Isitsqo;
+a.
Dilaksanakan tanpa adzan dan iqamat,
+b.
Didahului dengan khutbah,
+c.
Membalikkan selendangnya masing-masing. Yang sebelah kanan diletakkan di
sebelah kiri dan yang sebelah kiri diletakkan di kanan sambil menghadap kiblat.
+d.
Berdo’a dengan mengangkat tangan tinggi-tinggi.
(HR.
Abu Daud, Hakim, Ahmad, Ibnu Majah).
Cara
lain bisa juga dilakukan pada khutbah Jum’at dengan berdo’a bersama, tanpa
shalat khusus untuk istisqo. (HR. Bukhari, Muslim).
Atau
dapat pula dilakukan tanpa shalat dan juga tidak di hari Jum’at yaitu dengan
berdo’a saja. (HR. Ibnu Majah).
Do’a
dalam shalat istisqo:
Allaahumma aghitsnaa .. 3 kali.
Artinya:
“Ya Allah turunkanlah hujan pada kami ..
3 kali.”
Akan
tetapi do’a yang terbaik yang diucapkan ketika shalat Istisqo adalah:
Allaahumma asqinal ghaitsa mughiitsan
marii’an ghadaqan mujalillan ‘aamman thabaqan sahhaadaa iman Allaahumma asqinal
ghaitsa walaa taj’alnaa minaqaa nithina Allaahumma inna bil’ibaadi walbilaadi
walbahaa-imi wal khalqi minal awaa iwaljuhdi wadhdhanki maalaa nasykuu hu illaa
ilaika Allaahumma anbit lanaazzar ‘awa adir lanaadhdhar ‘awa asqinaa min
barakaatissamaa-i wa-anbitnaa min barakaatil ardhi Allaahummar fa’-‘annal juhda
waljuu’a wal’uraa waksyif ‘annaa minal balaa-i maalaa yaksyifuhuu ghairuka
Allaahumma innaa nastaghfiruka innaka kunta ghaffaaran fa-ar silissamaa
a-‘alainaa midraaran.
Artinya:
“Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan
yang lebat, menyelamatkan, menyuburkan, menyenangkan, merata manfaatnya,
menyeluruh, memuaskan dan terus berlangsung. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada
kami dan jangan Engkau jadikan kami ini dalam golongan orang yang berputus asa.
Ya Allah, seluruh hamba, negeri, ternak, seluruh makhluk sedang menghadapi
keletihan, kesukaran, serta kepayahan. Tiada tempat mengadukan ini semua
kecuali kepada Engkau. Ya Allah, tumbuhkanlah tanaman kami, keluarkanlah susu
perahan kami, hujanilah kami dari berkah langit dan tumbuhkanlah bagi kami
berkah dari bumi. Ya Allah, lenyapkanlah kesukaran kami, kelaparan dan
kemiskinan, halaukanlah semua bencana dari diri kami sebab tiada yang dapat
menghalaukan semua itu selain Engkau. Ya Allah, kami memohon ampunan-Mu, sebab
Engkau adalah Maha Pengampun. Oleh karena itu, turunkanlah hujan dari langit
selebat-lebatnya.”
(*
Imam Syafi’i berkata inilah sebaik-sebaik do’a yang diucapkan oleh Imam ketika
shalat Istisqo.)
Shalat
Sunnah Tasbih.
Sebagian
para ulama berpendapat bahwa di antara shalat sunnah yang tidak disunnahkan
berjama’ah termasuk shalat sunnah Tasbih. Sebagian ulama yang lainnya
mengerjakan shalat sunnah Tasbih ini dengan berjama’ah. Dengan demikian shalat
sunnah Tasbih boleh dilakukan berjama’ah dan boleh munfarid.
Rasulullah
saw. bersabda kepada Sayyidina ‘Abbas ra.:
“Hai ‘Abbas, pamanku! Maukah Paman
menerima yang istimewa? Saya tunjukkan sepuluh hal yang kau terima bilamana kau
mengamalkannya. Kesepuluh itu ialah:
+1). Diampuni Allah dosamu yang dulu,
+2). Maupun dosa-dosa yang terakhir,
+3). Diampuni Allah semua dosamu yang
lama,
+4). Maupun dosa-dosa yang baru,
+5). Diampuni Allah semua dosamu yang
terlanjur,
+6). Maupun dosa-dosa yang disengaja,
+7). Diampuni Allah semua dosamu yang kecil,
+8). Maupun dosa-dosa yang besar,
+9). Diampuni Allah semua dosamu yang
nyata,
+10). Maupun dosa-dosa yang samar.
Untuk memperoleh yang sepuluh hal itu
hendaklah kamu shalat Tasbih!.”
(HR.
Abu Daud dan Tirmidzi).
Shalat
Tasbih ini dilakukan satu kali, jika dapat tiap-tiap malam. Jika tidak bisa
dapat seminggu sekali. Jika tidak bisa, kerjakanlah sekalipun hanya satu kali
seumur hidupmu. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah).
Allah
memerintahkan agar manusia selalu bertasbih kepada-Nya sebagai pernyataan rasa syukur.
Firman
Allah SWT.:
“Maka bertasbihlah; Dengan menyebut nama
Tuhanmu Yang Maha Agung”
(QS.
Al Waqiah : 96).
Karena
bertasbih ini sangat besar arti dan hikmahnya maka dalam ayat-ayat lain Allah
lebih jauh menjelaskan lagi dalam firman-Nya:
Wa sabbih bihamdi rabbika qabla thuluu ‘isysyamsi
wa qabla ghuruubihaa, wa min
aanaa-illaili fasabbih wa athraafannahaari la’allaka tardhaa.
Artinya:
“Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu
sebelum terbit dan sebelum terbenam matahari. Juga di waktu malam dan siang
hari supaya Engkau merasa senang.”
(QS.
Thaaha : 130).
Waktunya,
tidak ditentukan, kapan saja. Bahkan selama hidup termasuk waktu shalat Tasbih,
kecuali waktu karohah (terlarang) untuk mengerjakan shalat sunnah.
Waktu
karohah adalah;
*1.
Sesudah shalat Shubuh sebelum matahari terbit,
*2.
Waktu mulai terbit matahari,
*3.
Waktu tengah hari, matahari tepat pada titik puncaknya,
*4.
Sehabis shalat Ashar hingga terbenam matahari, dan
*5.
Waktu matahari sedang terbenam, sehingga sempurna terbenamnya.
Banyaknya
rakaat shalat sunnah ini; empat rakaat,
boleh sekali salam, atau dijadikan dua kali salam (dua kali takbiratul ihram).
Niatnya
untuk dua kali salam (dua rakaat-dua rakaat);
Ushalli sunnatan tasbiihi rak’ataini
lillaahi ta’aala, Allaahu Akbar.
Niatnya
untuk satu kali salam (empat rakaat sekaligus);
Ushalli sunnatan tasbiihi ‘arba’a
raka’aatin lillaahi ta’aala, Allaahu Akbar.
Tata
cara shalat; tiap-tiap rakaat baca Fatihah satu kali berikut surat lainnya,
kemudian bertasbih;
Subhaanallaahi walhamdu lillaahi, wa laa
ilaaha illallaahu wallaahu Akbar.
“Maha suci Allah dan segala puji
bagi-Nya, dan tidak ada yang hak disembah kecuali Allah dan Allah itu Maha besar” ... 300 kali.
Jumlah
kalimat tasbih dibaca 300 kali terbagi empat rakaat menjadi 75 kali bacaan
dengan tata cara sebagai berikut;
*.
Waktu berdiri sesudah membaca surat ................................... 15 kali
*.
Waktu ruku pertama baca lagi .................................................
10 kali
*.
Waktu i’tidal pertama baca ......................................................
10 kali
*.
Waktu sujud pertama baca .....................................................
10 kali
*.
Duduk pertama
....................................................................... 10 kali
*.
Waktu sujud kedua
................................................................. 10 kali
*.
Waktu duduk kedua sebelum berdiri ...................................... 10
kali.
Jumlah 75 kali.
Untuk
rakaat kedua, ketiga dan keempat sama tata caranya.
(HR.
Abu Daud, Ibnu Majah).
Shalat
Ayat (Shalat ketika terjadi Bencana).
Shalatul
ayat adalah shalat yang dikerjakan karena ada bencana, seperti gempa, banjir
dan lain-lain. (HR. Baihaqi).
Shalatul
ayat terdiri 2 rakaat dengan 6 kali ruku dan 4 kali sujud. (HR. Ibnu Hibban)
[=
caranya sama dengan shalat shubuh, hanya ada tambahan 2 kali ruku dalam setiap
rakaatnya. (Bulughul Marram).]
*****

No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.