Translate

Friday, November 4, 2016

ADAB SHALAT SUNNAH.

Adab Islam.
Mengerjakan kewajiban yang fardhu adalah suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Apalagi dilengkapi dengan amalan-amalan sunnah yang dicontohkan Rasulullah saw. akan mendapatkan nilai tambah dari Allah SWT. dan Rasulullah saw. Sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah saw.:
Wa laa yazaalu ‘abdii layataqarrabu i-layya binnawaa fili hatta u-hibbahu.
Artinya:
“Dan tetap hamba-hambaku menghampiri diriku dengan amalan-amalan sunnah, sehingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari).

Yang tersebut dalam hadits itu adalah salah satu jalan untuk menunjukkan bahwa orang-orang yang mengerjakan amalan fardhu dan amalan-amalan sunnahnya adalah amat sempurna pendekatannya kepada Allah dan dekat pula pertolongan Allah kepadanya. 

Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
‘Ala khulafaa-ii rahmatullaahi.
Artinya:
“Rahmat Allah senantiasa tercurah kepada penggantiku.” (Al Hadits).
Ditanya: “Siapakah pengganti itu?”
Rasulullah saw. menjelaskan kembali:
Allaadzina yuhibbuuna sunnatii wa yu’allimuu nahaa ‘ibaadallaahi.
Artinya:
“Orang-orang yang menghidupkan sunnahku dan mengajarkan kepada para hamba Allah.” (Al Hadits).

Bagi yang sudah mantap imannya, merasa tidak cukup hanya dengan melaksanakan shalat wajibnya pada awal waktu, tapi ditambah pula dengan shalat-shalat sunnah (rawatib) nya.

Kemudian diterangkan oleh Allah           SWT. Al Qur’an:
Qad aflahaa mu’minuu nalladziina humfii sholaa tihim khaasyi’uuna.
Artinya:
“Berbahagialah para mu’min yang banyak bertekun (khusu’) dalam ibadat shalatnya.” (Al Mu’minin : 1-2).
Selanjutnya Rasulullah saw. mengingatkan manusia bahwa:
Man raghiba ‘an sunnati falaisa minnii.
Artinya:
“Barangsiapa yang segan mengikuti jejak sunnahku maka tidaklah ia termasuk golonganku.” (HR. Muslim).

Shalat sunnah (nafli) itu terbagi dalam dua bagian:
+1. Shalat sunnah yang tidak disunnahkan berjama’ah,
+2. Shalat sunnah yang disunnahkan berjama’ah.
Yang tidak disunnahkan berjama’ah banyak sekali, antara lain shalat sunnat rawatib, yaitu shalat sunnah yang mengikuti shalat fardhu lima waktu. Selain itu ada shalat sunnah yang bebas tidak terikat dengan waktu dan ada pula yang dikerjakan pada waktu-waktu tertentu saja.

Di antara setiap adzan dan iqomat pada shalat lima waktu ada shalat sunnahnya, minimal dua rakaat. (HR. Bukhari, Muslim).

Setelah melaksanakan shalat wajib sebaiknya jangan langsung mengerjakan shalat sunnah, disunnahkan diselingi terlebih dahulu dengan berdzikir ataupun keluar dari masjid. (HR. Muslim).

Sebaik-baiknya tempat untuk mengerjakan shalat sunnah adalah di rumah dan sebaik-baiknya tempat untuk mengerjakan shalat wajib adalah di masjid. (HR. Bukhari, Muslim).

Dianjurkan agar meringankan bacaan surat dalam shalat sunnah rawatib. (HR. Bukhari, Muslim).

Diperbolehkan untuk melaksanakan shalat sunnah dengan berjama’ah. (HR. Nasa’i).

Dan dimakruhkan melaksanakan shalat sunnah jika telah mendengar iqomat. (HR. Muslim).

Boleh shalat sunnah dikerjakan dengan duduk jika ada udzur. (HR. Muslim, Ahmad).

Dibolehkan juga untuk mengerjakan shalat sunnah tanpa ada niat shalat yang tertentu yaitu kapan saja ia ada keinginan untuk melaksanakan shalat tanpa ada keperluan apa-apa, ia bisa melaksanakannya. Asalkan jangan di waktu-waktu yang dilarang untuk shalat. Shalat sunnah ini dinamakan shalat Mutlak. (HR. Imam Syafi’i).

Shalat-shalat Sunnah Yang Pernah Dilakukan Rasulullah saw.
Shalat Sunnah Fajar.
Shalat sunnah sebelum fajar sebanyak dua rakaat. Rasulullah saw. biasa membaca Al Kafirun di rakaat pertama dan membaca surat Al Ikhlas di rakaat kedua. (HR. Muslim).

Shalat sunnah sebelum shubuh sebanyak dua rakaat. (HR. Muslim).

Dianjurkan agar membaca do’a:
Allaahumma rabbajibriila wa-israfiila wa miikaa-iila wa muhammadin. A’uudzubika minannaari.
Artinya:
“Ya Allah! Tuhannya Jibril, dan Israfil dan Mikail dan Muhammad saw, aku berlindung kepada-Mu dari api neraka.” (HR. Ibnu Sunni, Imam Nawawi).

Setelah itu membaca do’a:
Astaghfirallaah alladzii laa illaaha illaa huwal hayyu qayyuumu wa utuubu ilaihi.
Artinya:
“Aku memohon ampun kepada Allah SWT. yang tidak ada ‘Ilah’ kecuali Dia yang Maha Hidup, yang Maha Kuat dan aku bertaubat kepada-Mu.” ..3x
(HR. Ibnu Sunni, Imam Nawawi).

Apabila ternyata dikarenakan sesuatu, kita tidak dapat mengerjakan shalat sunnah qabliah Shubuh, sebelum shalat fardhu Shubuh, maka dibolehkan mengerjakan shalat qobliah Shubuh, dengan mengalihkan waktunya yaitu setelah shalat Shubuh. (HR. Baihaqi, Ahmad, Ibnu Hibban).

Shalat Sunnah Dzuhur.
Disebut shalat sunnah Rawatib sebelum Dzuhur dan sesudahnya masing-masing empat rakaat. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud)
Shalat Rawatib adalah shalat sunnah yang dilakukan sebelum atau sesudah shalat lima waktu. Shalat yang dilakukan sebelumnya disebut shalat qabliah, sedangkan yang dilakukan sesudahnya disebut shalat ba'diah. Shalat sunnah rawatib ini terbagi dua bagian, yaitu sunnah muakkad dan sunnah ghairu muakkad.

Boleh juga dua rakaat sebelum dan dua rakaat sesudah shalat fardhu Dzuhur. (HR. Bukhari, Ahmad).

Dan boleh juga mengerjakan empat rakaat sebelumnya dan dua rakaat sesudahnya. (HR. Muslim, Tirmidzi, Ahmad).

Dibolehkan mengqadha shalat qabliah Dzuhur, yaitu apabila kita tidak berkesempatan melaksanakan shalat sunnah qabliah Dzuhur, boleh kita mengerjakannya setelah Dzuhur. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah).

Shalat Sunnah Jum’at.
Shalat sunnah sesudah Jum’at empat rakaat. (HR. Muslim).

Apabila dalam keadaan sibuk atau mendesak, boleh mengerjakannya hanya dua rakaat. (HR. Ibnu Najjar).

Boleh dikerjakan dua rakaat di masjid dan dua rakaat di rumah. (HR. Ibnu Hibban).

Shalat Sunnah Ashar.
Disebut shalat sunnah Rawatib dikerjakan sebelum shalat fardhu Ashar sebanyak empat rakaat dengan dua kali salam, yaitu dua rakaat-dua rakaat. (HR. Tirmidzi, Abu Daud).

Shalat Sunnah Maghrib.
Disebut shalat sunnah Rawatib dikerjakan sebelum shalat fardhu Maghrib bagi siapa saja yang suka. (HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Hibban).

Rasulullah saw. sering membaca surat Al Kafirun di rakaat pertama pada shalat sunnah qabliah maghrib dan membaca surat Al Ikhlas di rakaat keduanya. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah).

Rasulullah saw. biasanya mengerjakan shalat sunnah qabliah maghrib di rumah. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah).

Disunnahkan shalat ba’diah maghrib dua rakaat.

Shalat Sunnah Isya.
Disebut shalat sunnah Rawatib dikerjakan sebelum dan sesudah shalat fardhu Isya masing-masing dua rakaat. (HR. Bukhari, Muslim).

Shalat Sunnah Witir.
Shalat sunnah witir dengan bilangan rakaat ganjil. Satu rakaat, tiga rakaat, lima rakaat, tujuh rakaat, sembilan rakaat, sebelas rakaat, tiga belas rakaat dan seterusnya. Minimal shalat witir dikerjakan sebanyak satu rakaat. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud).

Boleh mengerjakan shalat sunnah witir sebanyak lima rakaat atau tujuh rakaat dengan sekali salam. (HR. Ibnu Majah, Nasa’i, Ahmad).

Shalat witir dikerjakan pada malam hari. (HR. Muslim, Thabrani).

Shalat witir boleh dikerjakan di permulaan malam sebelum tidur atau di akhir malam setelah tidur. (HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Hibban).

Yang merasa ragu apakah bisa bangun malam atau tidak, sebaiknya mengerjakan shalat sunnah witir di awal malam, yaitu sebelum tidur untuk berhati-hati. Seperti yang biasa dilakukan oleh sahabat Abu Bakar ra. Dan yang merasa dapat mengerjakannya di akhir malam maka lebih utama mengerjakannya di akhir malam yang biasa dilakukan sahabat Umar ra. Rasulullah saw. sendiri biasa mengerjakannya di akhir malam. (HR. Ahmad, Abu Daud, Hakim).

Shalat witir ditekankan sekali kepada orang yang hafidz Al Qur’an. (HR. Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah, Hakim).

Boleh mengerjakan shalat sunnah witir dengan mengeraskan suara ketika membaca surat. (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi).

Tidak ada dua kali shalat sunnah sesudah witir dalam satu malam. (HR. Abu Daud, Muslim, Nasa’i).

Dalam shalat sunnah witir biasanya Rasulullah saw. membaca di rakaat pertama surat Al A’la dan di rakaat kedua membaca surat Al Kafirun dan di rakaat ketiga membaca Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Abu Daud).

Dinyatakan ada shalat sunnah sesudah witir sebanyak dua rakaat. (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi).

Disunnahkan membaca:
Subhaanalla malikil quddusi. ... 3x setelah salam dengan suara agak dikeraskan. (HR. Nasa’i).
“Mahasuci Allah, Maharaja lagi Maha suci ..(3x).”

Do’a shalat witir:
Allaahumma innii a’uudzu biridhaaka min sakhaathika wa bimu’aafatika min ‘uquubatika wabika waminka laa uhshi tsanaa-an ‘alaika anta kamaa atsnaita ‘alaa nafsika.
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan ridha Engkau daripada murka Engkau. Dan dengan Engkau dan dari Engkau segala pertolongan. Aku tidak dapat menghitung banyaknya pujian atas Engkau, ya Tuhanku, bagaimana Engkau memuji Engkau sendiri.” (HR. Abu Daud).

Shalat Sunnah Dhuha.
Banyak sekali hadits yang menjelaskan betapa desarnya keistimewaan dan keutamaan shalat Dhua. Betapa tinggi kedudukannya serta betapa kokohnya syari’at Islam dalam menganjurkannya. Antara lain sebagai berikut;
Sabda Rasulullah saw.
“Barangsiapa memelihara (mengerjakan) shalat Dhuha, ia diampuni segala dosanya walaupun sebanyak jumlah buih ombak di lautan.”

Riwayat Ath Thabrani ra.:
“Sesungguhnya di Syurga itu ada pintu yang disebut pintu Dhuha. Maka ketika tiba hari Kiamat ada panggilan hatif; ‘Barang siapa yang suka membiasakan shalat Dhuha, inilah pintu kamu sekalian. Masuklah kamu sekalian dengan rahmat Allah SWT’.”

Riwayat Ahmad, Muslim dan Abu Daud ra.:
“Tiap satu tulang persendian itu ada pahalanya. Satu kalimat subhaanallaah ada pahalanya. Satu kalimat alhamdullillaah ada pahalanya. Satu kalimat  laa ilaaha illallaah ada pahalanya. Satu kalimat Allaahu Akbar ada pahalanya. Satu Amar Ma’ruf ada pahalanya. Satu kalimat Nahi Munkar ada pahalanya. Tetapi bila orang mengerjakan shalat sunnah Dhuha dua rakaat, maka memadailah pahalanya dengan pahala-pahala yang tersebut di atas.”

Shalat sunnah Dhuha yaitu shalat setelah terbit matahari sampai matahari tepat berada di atas kepala kita. (HR. Bukhari, Muslim).

Shalat Dhuha minimal dua rakaat, selebihnya boleh ditambah dengan jumlah genap. (HR. Muslim, Abu Daud, Ahmad).

Shalat Sunnah Tahiyyatul Masjid.
Shalat sunnah Tahiyyatul Masjid, yaitu shalat sunnah dua rakaat setiap masuk ke masjid sebelum duduk. (HR. Bukhari, Muslim).

Walaupun kita datang ketika imam sedang berkhutbah Jum’at, hendaknya tetap mengerjakan shalat dua rakaat terlebih dahulu. (HR. Bukhari, Muslim).

Shalat Sunnah Syukrul Wudhu.
Diantara shalat sunnah tidak berjama’ah ialah shalat sunnah Syukrul Wudhu.
Dalil shalat ini adalah hadits dari Bilal. Bersabda Rasulullah saw.:
“Waktu saya masuk syurga, saya lihat Bilal di dalamnya. Saya bertanya kepadanya, ‘Apa sebabnya kau Bilal, lebih dulu masuk syurga sebelum aku’. Jawab Bilal: ‘Saya tidak tahu tentang sebab-sebabnya itu. Tetapi saya membiasakan diri setiap kali habis berwudhu kemudian saya shalat Syukrul Wudhu. Dan setiap selesai adzan saya shalat dua rakaat pula (shalat sunnah rawatib atau sunnah mutlaq)’.”

Shalat sunnah Tahiyyatul Wudhu atau syukrul wudhu, yaitu shalat dua rakaat setelah selesai mengambil air wudhu. (HR. Bukhari, Muslim).

Shalat Sunnah Tahajjud.
Shalat Tahajjud adalah shalat yang lebih utama sesudah shalat fardhu, dan diunggulkan pahalanya, serta istimewa. Betapa tidak, sebab alangkah beratnya untuk bangun ditengah malam pada waktu sedang tidur nyenyak. Tetapi orang yang beriman sanggup mengorbankan kesenangannya karena mengharapkan ridha Allah SWT. Keutamaannya menurut sabda Rasulullah saw.:
Afdzalushshalaati ba’dal maktuubati shalaatullaili.
Artinya:
“Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu ialah shalat Tahajjud.”
Keunggulannya ditegaskan dalam Al Qur’an:
Waminallaili fatahajjad bihiinaa filatallaka ‘asaa ayya’tsaka rabbuka maqaamaam mahmuudaa.
Artinya:
“Hendaklah kau gunakan sebagian waktu malam itu untuk shalat Tahajjud, sebagai shalat sunnah untuk dirimu. Mudah-mudahan Tuhan akan membangkitkan engkau dengan kedudukan yang baik.” (QS. Bani Isra-il : 79).

 Keistimewaannya sesuai dengan Sabda Rasulullah saw.:
Lakum wa mukaffira tun lissayyi-ati wa minhaatun ‘anil-itsmi wa muzharidatan liddaa- i’aniljasadi.
Artinya:
“Kamu sekalian harus lazim (dawam) bangun tengah malam , yakni shalat Tahajjud. Maka sesungguhnya shalat Tahajjud itu pekerjaan orang-orang yang shaleh sebelum kamu sekalian.”
Keistimewaan Shalat ini dirangkum sebagai berikut;
*). Mendekatkan kamu kepada Allah SWT,
*). Kifarat kamu sekalian dari dosa-dosa,
*). Mencegah kamu sekalian dari berbuat dosa,
*). Mengusir penyakit kamu dari seluruh tubuh, dan
*). Kemuliaan seorang mukmin.
(HR. Jabir bin Ali).

Shalat sunnah Tahajjud disebut juga dengan shalat malam karena dilaksanakan pada malam hari sampai datang waktu shubuh. (Al Qur’an).

Sebelum tidur hendaknya berniat terlebih dahulu dalam hati untuk bangun tahajjud. (HR. Nasa’i, Ibnu Majah).

Ketika bangun dari tidur, hilangkanlah kantuk dengan mengusapkan punggung tangan ke muka, kemudian segera bersiwak. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa’i, Ibnu Majah).

Sebelum melaksanakan shalat tahajjud, disunnahkan agar melaksanakan dua rakaat shalat sunnah terlebih dahulu sebagai pembuka shalat tahajjud. (HR. Muslim).

Biasanya Rasulullah saw. mengerjakan shalat malam dengan dua rakaat-dua rakaat. (HR. Ibnu Majah, Ahmad, Nasa’i).

Dianjurkan agar mengajak anggota keluarga untuk bersama-sama mengerjakan shalat tahajjud. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud).

Rasulullah saw. biasa melakukan shalat tahajjud tiga belas rakaat sudah termasuk shalat witir di dalamnya. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud).

Perlu diperhatikan adalah hendaknya kita mengontrol kondisi shalat tahajjud, sehingga tidk memberatkan shalat Shubuh di pagi harinya. (HR. Bukhari, Muslim).

Sebaiknya menghentikan shalat jika masih mengantuk karena mengakibatkan tidak tahu surat yang dibacanya. Sebaiknya tidurlah kembali, dan lanjutkan bila sudah hilang kantuknya. (HR. Muslim).

Lebih baik sedikit  melakukannya, tetapi dikerjakan terus menerus. (HR. Bukari, Muslim).

Sebaik-baik waktu untuk mengerjakan shalat tahajjud adalah pada sepertiga akhir malam. (HR. Jama’ah).
[= kira-kira jam 02.00 – jam 03.00 WIB atau 02am – 03am.]

Tidak diperbolehkan mengkhususkan hari Jum’at untuk shalat malam atau tahajjud. (HR. Muslim).

Shalat Sunnah Gerhana.
Shalat sunnah gerhana matahari (Kusuf) dan gerhana bulan (Khusuf), yaitu shalat sunnah ketika terjadi gerhana sebanyak dua rakaat dengan empat kali sujud empat kali ruku. (HR. Bukhari).

Kejadian gerhana adalah salah satu dari ancaman dan peringatan Allah SWT. kepada manusia agar manusia ingat akan hari kiamat. (HR. Bukhari, Ahmad).

Tata caranya:
Setelah membaca surat Al Fatihah dan baca surat, kemudian ruku dan setelah kembali dari ruku membaca lagi surat, lalu ruku lagi, setelah itu i’tidal, dan terus sujud, setelah sujud duduk kemudian sujud lagi, kemudian berdiri untuk rakaat kedua dengan cara yang sama. Dikerjakan seperti itu sebanyak dua rakaat. Sehingga dalam dua rakaat ada empat kali ruku dan empat kali sujud. (HR. Bukhari, Muslim).

Disunnahkan agar surat yang dibaca setealh Al Fatihah adalah surat-surat yang panjang. Bacaan yang pertama lebih panjang dari yang kedua, yang kedua lebih panjang dari yang ketiga, dan yang ketiga lebih panjang dari yang terakhir. Begitu pula dalam ruku dan sujudpun disunnahkan agar dipanjangkan. (HR. Bukhari, Muslim).

Disunnahkan adanya khutbah setelah shalat gerhana. Kemudian dianjurkan untuk banyak bertakbir, beristighfar, bersedekah dan berdo’a. (HR. Bukhari, Muslim).

Shalat Sunnah Isyraq.
Shalat sunnah dua rakaat sesaat setelah terbit matahari di pagi hari. Biasa disebut dengan shalat Isyraq. (HR. Tirmidzi)

Disebutkan dalam hadits bahwa barangsiapa shalat dengan berjamaah, kemudian duduk berdzikir di tempat ia shalat hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat maka pahalanya sama dengan ibadah haji dan umroh yang sempurna. (HR. Tirmidzi).

Shalat Isyraq sebaiknya enam rakaat, yaitu;
+a). Khusus Isyraq saja dua rakaat,
+b). Sunnah Isti’adah dua rakaat,
+c). Sunnah Istikhaarah dua rakaat.

Do’a setelah Shalat Isyraq;
Alhamdulillaahil ladzii ja’alal yauma ‘aafiyatan wa jaa-asysyamsa min mathla’ihaa. Allaahummarzuqnii khaira haadzal yaumi wadfa’ ‘annii syarrahu. Allaahumma nawwir qalbii bihidaayatika kamaa naw wartal ardha binuuri syamsika abadan. Birohmatika yaa arhamar raahimiin.
Artinya:
“Segala puji bagi Allah, yang telah menjadikan hari ini sejahtera dan telah terbit matahari dari tempatnya. Yaa Allah, berilah aku kebaikan hari ini dan jauhkanlah daripadaku keburukan hari ini. Yaa Allah, terangilah hatiku dengan cahaya dan hidayah-Mu, sebagaimana telah Engkau terangi bumi dengan matahari-Mu terus-menerus. Dengan rahmat-Mu yaa Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

Shalat Sunnah Awwabin.
Shalat sunnah di antara waktu maghrib dan isya, dan tidak disunnahkan untuk berjama’ah biasa disebut dengan shalat Awwabin. (HR. Abu Daud, Tirmidzi).

Shalat sunnah dilakukan pada waktu yang sangat istimewa, yaitu;
+1. Waktu mubarokah, yakni waktu diberkahi Allah,
+2). Waktu fadhilah, yakni waktu yang sangat berfaedah,
+3). Waktu yang sangat mulia.
Sebaiknya kesempatan waktu mubarokah ini dimanfaatkan dengan memperbanyak amalan-amalan yang sangat berfaedah (berawrad) seperti; istighfar (memohon ampun), dzikir (mengingat Allah), tahmid (memuji Allah), tasbih (mensucikan Allah), membaca Al Qur’an, bershalawat dan berdo’a.

Keistimewaannya menurut sabda Rasulullah saw.:
Man shalla bainal maghribi wal ‘isyaa i-‘isyriina rak-‘atan banallaahu lahuu baitan fil jannati.
Artinya:
“Barangsiapa yang shalat antara Maghrib dan ‘Isya dua puluh rakaat maka Allah dirikan untuknya gedung di syurga.” (Al Hadits).

Dan bersabda lagi Rasulullah saw.:
Man shalla ba’dal maghribi sittaraka’aatin laa yufashshilu bainahunna bikalamin ‘adalna lahu ‘ibaadata itsnaa ‘asyrata sanatan.
Artinya:
“Barangsiapa shalat sehabis Maghrib enam rakaat saja dengan tidak diselingi bercakap-cakap, maka pahalanya sebanding ibadah dua belas tahun. (HR. Bukhari, Muslim).
Enam rakaat Awwabin itu terdiri atas;
+a). Awwabin faqat (khusus Awwabin saja).
Niatnya; Ushalli sunnatal awwabiina rak’ataini lillaahi ta’aalaa, Allaahu Akbar.

+b). Awwabin serta Hifzhil Iman.
Niatnya; Ushalli sunnatal awwabiina ma’a hifzhil iimaani rak’ataini lillaahi ta’aalaa, Allaahu Akbar.

+c). Awwabin serta Istikhaarah.
Niatnya; Ushalli sunnatal awwabiina ma’a istikhaarati rak’ataini lillaahi ta’aalaa, Allaahu Akbar.

Rasulullah saw. biasa melaksanakan shalat awwabin sebanyak enam rakaat. Dengan dua rakaat-dua rakaat. (HR. Abu Daud, Tirmidzi).

Shalat Sunnah Hari Raya.
Ada dua shalat hari raya, yaitu shalat sunnah Idul Fitri dan Idul Adha. (HR. Bukhari, Muslim).

Setelah shalat sunnah hari raya disunnahkan untuk mengadakan khutbah hari raya. (HR. Bukhari, Muslim).

Boleh shalat raya diadakan di lapangan ataupun di masjid apabila ada halangan. Kedua-duanya pernah dilakukan oleh Rasulullah saw.

Cara shalat hari raya:
Pertama bertakbir di rakaat pertama sebanyak tujuh kali, kemudian membaca surat Al Fatihah dan dilanjutkan dengan membaca surat. Kemudian ruku, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud kembali, kemudian berdiri dan membaca Al Fatihah, membaca surat dan seterusnya sama dengan rakaat pertama hingga salam. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud).
Disunnahkan diantara setiap takbir untuk membaca:
Subhaa nallaahi walhamdullaahi walaa ilaaha illallaahu wallaahu akbaru.
“Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada ‘ilah’ selain Allah, dan Allah Maha Besar.”

Shalat Sunnah Jenazah.
Shalat sunnah Jenazah adalah shalat untuk mayit muslim yang meninggal dunia. (HR. Bukharii, Muslim).

Caranya; dengan mengucapkan takbir empat kali, tanpa ada ruku maupun sujud. (HR. Nasa’i).

Shalat Sunnah Istikharah.
Shalat sunnah dua rakaat untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. untuk menentukan antara dua pilihan disebut juga dengan shalat Istikharah. (HR. Bukhari, Tirmidzi, Ahmad).

Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan merugi orang yang beristikharah dan tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah.” (HR. Tabrani).

Do’a dalam shalat Istikharah;
Allaahumma inni astakhiiruka bi’ilmika, wa-astaqdiruka biqudratika, wa-as-aluka min fadhlikal ‘azhiim. Fainnaka taqdiru walaa aqdiru, wata’lamu walaa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyuub. Washallallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadiw wa-aalihi wa-ash-haabihi wasallam. Walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin.
Artinya:
“Ya Allah, saya mohon dengan tinjauan-Mu yang lebih jauh supaya saya dipilihkan jalan yang baik. Saya mohon kepastian dengan kodrat kekuasaan-Mu supaya ditaqdirkan buat diriku, mohon kemurahan-Mu yang Agung. Sebab hanya Engkaulah yang dapat mentaqdirkan (melaksanakan), sedangkan saya tidak. Engkaulah yang dapat meninjau lebih jauh, saya tidak. Hanya Engkaulah yang Maha Mengetahui tentang hal-hal yang ghaib. Ya Allah limpahkan rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad saw. dan keluarganya. Segala puji bagi-Mu Tuhan semesta alam.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah).

Jika kita mempunyai masalah sebaiknya beristikharah sebanyak tujuh kali, kemudian akan terasa dalam hati kita pilihan yang baik untuk kita. (HR. Ibnu Sunni).

Shalat Sunnah Taubat.
Dengan taubat, sebesar apapun dosa manusia akan sirna, bagaikan lenyapnya embun ditimpa matahari cerah. Al Qur’an menegaskan:
Innallaahu yuhibbut tawwaa biina wahibbul mutathahhiriina.
Artinya:
Sungguh Allah mencintai para durjana yang taubat dan Allah mencintai orang yang mensucikan dirinya.” (QS. Al Baqoroh : 222).

Sabda Rasulullah saw.:
“Setiap orang yang pernah berbuat dosa lalu pergi berwudhu terus shalat dua rakaat, lalu mohon ampun kepada Allah pasti akan diampuni Allah dosanya itu.”
(HR. Tirmidzi).

Kesalahan atau dosa ada dua macam;
Pertama, Dosa yang berhubungan langsung dengan Allah.
Misalnya; meninggalkan shalat, tidak menunaikan zakat, maksiat, musrik dan lain-lain.
Cara taubatnya:
+1. Shalat sunnah taubat,
+2. Dzikir sebanyak-banyaknya,
+3. Berniat melepaskan perbuatan tercela itu,
+4. Menyesali sepenuh hati atas perbuatan kejinya,
+5. Tidak akan mengulangi perbuatan itu selamanya,
+6. Mensyukuri segala nikmat dan anugerah Allah SWT.

Kedua, Dosa yang berhubungan dengan manusia.
Misalnya; mencuri barang miliknya, menipu, berbohong, membunuh dan lain sebagainya.
Cara taubatnya:
Sama dengan cara pertama ditambah dengan meminta relanya dan minta maaf kepada yang bersangkutan.

Waktu shalat taubat kapan saja, bisa saat siang hari atau pada malam hari. Sebaiknya saat akan tidur atau sebelum shalat Tahajjud.
Niatnya: Ushalli sunnatat taubati rak’ataini lillaahi ta’aalaa, Allaahu Akbar.

Setelah salam kemudian bersujud, jeritkan dalam hati memohon ampunan Allah, bersyukur karena diberi kenikmatan. Istighfar sehabis shalat taubat hendaknya diperbanyak, sedikitnya tiga kali.
Astaghfirullaahal ‘azhiim, alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum waatuubu ilaih. Taubatan ‘abdin zhaalimin, laayamliku linafsihi dharran walaa naf’an walaa mautan walaa hayaatan walaa nusyuura .. (3 kali).
Artinya:
Saya memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung. Saya mengakui bahwa tidak Tuhan selain Allah. Tuhan yang hidup terus dan berdiri dengan sendiri-Nya. Saya mohon taubat selaku seorang hamba yang banyak berbuat dosa, yang tidak mempunyai daya-upaya apa-apa untuk berbuat mudharat atau manfa’at untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.

Kemudian berdzikir, misalnya dengan kalimat Thayyibah Laa illaha illallaah, atau dengan lainnya, sebanyak-banyaknya dengan penuh khidmat dan keikhlasan.

Membaca do’a, salah satu do’a taubat dari seorang Waliyullah Imam Abunawas yang berbunyi;
ilaahi lastu lil firdausi ahla, walaa aqwaa ‘alannaaril jahiimi, fahabli taubatan waghfir dzunuubi, fa innaka-ghaafirudz-dzanbil ‘adziimi.
Artinya:
“Tuhanku, aku ini tidak patut menjadi penghuni syurga, tapi aku tidak tahan terhadap panasnya api neraka. Karena itu terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku. Sesungguhnya Engkau dzat yang mengampuni dosa.”

Disebutkan dalam Al Qur’an:
“Maka ketahulah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mu’min laki-laki dan perempuan.” (QS Muhammad : 19).

Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah menyebut nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.”
(QS. Al Ahzab : 41-42).

“Maka kalau sekiranya dia (yaitu Nabi Yunus as.) tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di dalam perut ikan hiu sampai hari berbangkit.” (QS. Ash-Shaafat : 143-144).

Shalat Sunnah Hajat.
Shalat sunnah Hajat adalah shalat sunnah dua rakaat atau empat rakaat ada sesuatu masalah atau apabila mempunyai keinginan sesuatu. (HR. Ahmad, Abu Daud).

Setelah melaksanakan shalat sunnah hajat, hendaklah kita memuji Allah dan bershalawat atas Rasul-Nya, kemudian membaca do’a;
Laa ilaha illallaahul haliimul kariimu subhaanallaahi  rabbil-‘arsyil ‘azhiimi alhamdulillaahi rabbil’aalamiina as-aluka muu jibaati rahmatika wa’aza-ima maghfira tika walghaniimata min kulli birri wassalaa mata min kulli itsmin laa tada’ lanaa dzanban illaa ghafar tahu walaa hamman illaa faraj tahu walaaha jatan hiyalaka ridhaa illaa qadhaitahaayaa arhamarraa himiina.
Artinya:
“Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Yang Maha Lembut dan Maha Mulia. Maha Suci Allah, Rabnya ‘Arsy Yang Maha Agung. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Aku memohon kepada-Mu kewajiban-kewajiban rahmat-Mu, dan keinginan-keinginan atas maghfirah-Mu, dan segala kekayaan dari segala kebaikan, dan keselamatan dari kejelekan. Jangan biarkan pada diriku suatu dosapun kecuali Engkau mengampuninya, dan tidak suatu keinginanpun kecuali Engkau menunaikannya, dan tidak ada suatu hajat yang Engkau ridha padanya, kecuali Engkau tunaikannya, wahai Yang Maha Penyayang dari segala penyayang.”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah).

Shalat Sunnah Tarawih.
Shalat sunnah Tarawih adalah shalat malam khusus dilaksanakan pada bulan Ramadhan. (HR. Jama’ah).

Shalat sunnah Tarawih boleh dikerjakan dengan berjama’ah ataupun sendiri. Akan tetapi sebaik-baiknya adalah dikerjakan dengan berjama’ah. (HR. Jama’ah selain Tirmidzi).

Shalat Tarawih dengan berjama’ah boleh diadakan di masjid ataupun mushalla. (HR. Jama’ah).

Rasulullah saw. biasanya mengerjakan shalat tarawih sebelas rakaat dengan shalat witir yaitu delapan rakaat shalat tarawih dan tiga rakaat shalat witir. (HR. Jama’ah, Ibnu Hibban).

Pada masa Khalifah Umar, Utsman dan Ali ra., mereka mengerjakan shalat tarawih sebanyak dua puluh tiga rakaat dengan dua puluh rakaat shalat tarawih ditambah tiga rakaat shalat witir. (HR. Abu Daud, Tirmidzi).

Do’a Kaamiliin, dibaca setelah shalat Tarawih:
Allahummaj ‘alnaa bil-iimaani kaamiliina, walifaraaidhika muaddiina. Walish-shalaati haafizhiina. Walizzakaati faa’i-liina, walimaa indaka thaalibina, wali’afwika raajiina, wabil hudaa mutamassikiina. Wa’anillaghwi mu’ridhiina, wafiddunya zaahidiina. Wafil-aakhirati raaghibiina, wabinna’maa-i syaakirina. Wa’alal-balaa-i shaabirina. Watahta-liwaa-isayyidinaa Muhammadin saw. yaumalqiyaamati saairina, wa-ilalhaudhi waaridina, wafiljannati daakhiliina wa’alal haudhi sariiratal karaamati qaa’idiina, wabihuurin mutazaw wijiina, wamin sundusin waistabraqin wadiibaajin mutalabbisiina, wamin labanin wa’asalin mushaffiina syaaribiina.
Wabiaqwaabin, wa-abaariiqa waka’sin min ma’iinin laa yushadda’uuna ‘anha walaa yunzifuuna, wafaakihatin mimmaa yatakhayyaruuna walahmi thairin mimmaa yasy-tahuuna wahuurun ‘iinun ka-amtsaalillu’-luim maknuun.
Jazaa-an bimaa kaanu ya’maaluun. Ulaa-ika ma’alladziina an’amallaahu ‘alaihim minan nabiyyiina wash-shaadiqiina wasysyuhadaa-i washshaalihiina wahasuna ulaa-ika rafiiqa.
Dzaalika fadh-lullaahi wakafaabillaahi syahiida. Washallallaahu ‘alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa’alaa aalihi waashaabihi wasallam.
Artinya:
“Yaa Allah, jadikanlah kami sebagai orang yang memperoleh kesempurnaan iman, dan sebagai orang yang patuh atas kewajiban-kewajiban-Mu. Dan dapat memelihara shalat dan mengeluarkan zakat, dan mengharap selalu berada di sisi-Mu, dan memohon ampunan-Mu, dan memegang teguh petunjuk-Mu, dan berpaling dari hal yang sia-sia, dan tidak berlebih-lebihan akan keduniaan dan menyukai akan kehidupan akhirat yang lebih baik, dan mensyukuri ni’mat-Mu, dan bersabar atas segala percobaan. Dan berharap akan perlindungan junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw. untuk kemudian di hari kiamat, dan dengan mematuhi segala petuahnya, dan dimasukkan ke syurga dan menjadi penghuni tempat-tempat yang mulia, dan menjadi pasangan bidadari-bidadari yang menawan hati, dan menjadi pemakai kain-kain sutera yang mengkilat berkilauan, dan menjadi peminum air susu yang jernih dan lezat, (anak-anak muda itu) dengan membawa gelas (piala), cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk, dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan, dan (di dalam syurga itu) ada bidadari-bidadari yang bermain jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik, sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.
Merekalah yang menyertai orang-orang yang memperoleh ni’mat Allah. Atas mereka itulah para nabi, para shadiqin, syuhada dan shalihin, dan mereka yang berbuat baik terhadapnya dan kerabatnya.
Itulah karunia Allah dan cukuplah persaksiannya kepada Allah. Dan semoga shalawat serta keselamatan tetap dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw. sebagai nabi yang ummi (tak pandai baca tulis), begitu pula bagi keluarganya serta para shahabatnya.”  

Shalat Sunnah Istisqo.
Shalat Istisqo adalah shalat meminta hujan. (HR. Nasa’i).

Shalat Istisqo sebanyak dua rakaat, seperti shalat hari raya. (HR. Nasa’i).
Dianjurkan ketika keluar untuk melaksanakan shalat Istisqo agar tidak menggunakan perhiasan atau pakaian yang mewah, tetapi memakai pakaian yang sederhana dan biasa. Juga hendaklah berjalan dengan penuh tawadhu dan merendahkan diri. (HR. Bukhari, Abu Daud, Nasa’i).

Cara shalat Isitsqo;
+a. Dilaksanakan tanpa adzan dan iqamat,
+b. Didahului dengan khutbah,
+c. Membalikkan selendangnya masing-masing. Yang sebelah kanan diletakkan di sebelah kiri dan yang sebelah kiri diletakkan di kanan sambil menghadap kiblat.
+d. Berdo’a dengan mengangkat tangan tinggi-tinggi.
(HR. Abu Daud, Hakim, Ahmad, Ibnu Majah).

Cara lain bisa juga dilakukan pada khutbah Jum’at dengan berdo’a bersama, tanpa shalat khusus untuk istisqo. (HR. Bukhari, Muslim).

Atau dapat pula dilakukan tanpa shalat dan juga tidak di hari Jum’at yaitu dengan berdo’a saja. (HR. Ibnu Majah).

Do’a dalam shalat istisqo:
Allaahumma aghitsnaa  .. 3 kali.
Artinya:
“Ya Allah turunkanlah hujan pada kami .. 3 kali.”

Akan tetapi do’a yang terbaik yang diucapkan ketika shalat Istisqo adalah:
Allaahumma asqinal ghaitsa mughiitsan marii’an ghadaqan mujalillan ‘aamman thabaqan sahhaadaa iman Allaahumma asqinal ghaitsa walaa taj’alnaa minaqaa nithina Allaahumma inna bil’ibaadi walbilaadi walbahaa-imi wal khalqi minal awaa iwaljuhdi wadhdhanki maalaa nasykuu hu illaa ilaika Allaahumma anbit lanaazzar ‘awa adir lanaadhdhar ‘awa asqinaa min barakaatissamaa-i wa-anbitnaa min barakaatil ardhi Allaahummar fa’-‘annal juhda waljuu’a wal’uraa waksyif ‘annaa minal balaa-i maalaa yaksyifuhuu ghairuka Allaahumma innaa nastaghfiruka innaka kunta ghaffaaran fa-ar silissamaa a-‘alainaa midraaran.
Artinya:
“Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang lebat, menyelamatkan, menyuburkan, menyenangkan, merata manfaatnya, menyeluruh, memuaskan dan terus berlangsung. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami dan jangan Engkau jadikan kami ini dalam golongan orang yang berputus asa. Ya Allah, seluruh hamba, negeri, ternak, seluruh makhluk sedang menghadapi keletihan, kesukaran, serta kepayahan. Tiada tempat mengadukan ini semua kecuali kepada Engkau. Ya Allah, tumbuhkanlah tanaman kami, keluarkanlah susu perahan kami, hujanilah kami dari berkah langit dan tumbuhkanlah bagi kami berkah dari bumi. Ya Allah, lenyapkanlah kesukaran kami, kelaparan dan kemiskinan, halaukanlah semua bencana dari diri kami sebab tiada yang dapat menghalaukan semua itu selain Engkau. Ya Allah, kami memohon ampunan-Mu, sebab Engkau adalah Maha Pengampun. Oleh karena itu, turunkanlah hujan dari langit selebat-lebatnya.”
(* Imam Syafi’i berkata inilah sebaik-sebaik do’a yang diucapkan oleh Imam ketika shalat Istisqo.)

Shalat Sunnah Tasbih.
Sebagian para ulama berpendapat bahwa di antara shalat sunnah yang tidak disunnahkan berjama’ah termasuk shalat sunnah Tasbih. Sebagian ulama yang lainnya mengerjakan shalat sunnah Tasbih ini dengan berjama’ah. Dengan demikian shalat sunnah Tasbih boleh dilakukan berjama’ah dan boleh munfarid.

Rasulullah saw. bersabda kepada Sayyidina ‘Abbas ra.:
“Hai ‘Abbas, pamanku! Maukah Paman menerima yang istimewa? Saya tunjukkan sepuluh hal yang kau terima bilamana kau mengamalkannya. Kesepuluh itu ialah:
+1). Diampuni Allah dosamu yang dulu,
+2). Maupun dosa-dosa yang terakhir,
+3). Diampuni Allah semua dosamu yang lama,
+4). Maupun dosa-dosa yang baru,
+5). Diampuni Allah semua dosamu yang terlanjur,
+6). Maupun dosa-dosa yang disengaja,
+7). Diampuni Allah semua dosamu yang kecil,
+8). Maupun dosa-dosa yang besar,
+9). Diampuni Allah semua dosamu yang nyata,
+10). Maupun dosa-dosa yang samar.
Untuk memperoleh yang sepuluh hal itu hendaklah kamu shalat Tasbih!.”
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Shalat Tasbih ini dilakukan satu kali, jika dapat tiap-tiap malam. Jika tidak bisa dapat seminggu sekali. Jika tidak bisa, kerjakanlah sekalipun hanya satu kali seumur hidupmu. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah).

Allah memerintahkan agar manusia selalu bertasbih kepada-Nya sebagai pernyataan rasa syukur.
Firman Allah SWT.:
“Maka bertasbihlah; Dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Maha Agung”
(QS. Al Waqiah : 96).

Karena bertasbih ini sangat besar arti dan hikmahnya maka dalam ayat-ayat lain Allah lebih jauh menjelaskan lagi dalam firman-Nya:
Wa sabbih bihamdi rabbika qabla thuluu ‘isysyamsi wa qabla ghuruubihaa, wa  min aanaa-illaili fasabbih wa athraafannahaari la’allaka tardhaa.
Artinya:
“Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum terbit dan sebelum terbenam matahari. Juga di waktu malam dan siang hari supaya Engkau merasa senang.”
(QS. Thaaha : 130).

Waktunya, tidak ditentukan, kapan saja. Bahkan selama hidup termasuk waktu shalat Tasbih, kecuali waktu karohah (terlarang) untuk mengerjakan shalat sunnah.
Waktu karohah adalah;
*1. Sesudah shalat Shubuh sebelum matahari terbit,
*2. Waktu mulai terbit matahari,
*3. Waktu tengah hari, matahari tepat pada titik puncaknya,
*4. Sehabis shalat Ashar hingga terbenam matahari, dan
*5. Waktu matahari sedang terbenam, sehingga sempurna terbenamnya.

Banyaknya rakaat shalat sunnah ini; empat rakaat, boleh sekali salam, atau dijadikan dua kali salam (dua kali takbiratul ihram).

Niatnya untuk dua kali salam (dua rakaat-dua rakaat);
Ushalli sunnatan tasbiihi rak’ataini lillaahi ta’aala, Allaahu Akbar.
Niatnya untuk satu kali salam (empat rakaat sekaligus);
Ushalli sunnatan tasbiihi ‘arba’a raka’aatin lillaahi ta’aala, Allaahu Akbar.

Tata cara shalat; tiap-tiap rakaat baca Fatihah satu kali berikut surat lainnya, kemudian bertasbih;
Subhaanallaahi walhamdu lillaahi, wa laa ilaaha illallaahu wallaahu Akbar.
“Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya, dan tidak ada yang hak disembah kecuali Allah dan Allah itu Maha besar” ... 300 kali.

Jumlah kalimat tasbih dibaca 300 kali terbagi empat rakaat menjadi 75 kali bacaan dengan tata cara sebagai berikut;
*. Waktu berdiri sesudah membaca surat ................................... 15 kali
*. Waktu ruku pertama baca lagi ................................................. 10 kali
*. Waktu i’tidal pertama baca ...................................................... 10 kali
*. Waktu sujud pertama baca ..................................................... 10 kali
*. Duduk pertama ....................................................................... 10 kali
*. Waktu sujud kedua ................................................................. 10 kali
*. Waktu duduk kedua sebelum berdiri ...................................... 10 kali.
                                                                                       Jumlah  75 kali.
Untuk rakaat kedua, ketiga dan keempat sama tata caranya.
(HR. Abu Daud, Ibnu Majah).


Shalat Ayat (Shalat ketika terjadi Bencana).
Shalatul ayat adalah shalat yang dikerjakan karena ada bencana, seperti gempa, banjir dan lain-lain. (HR. Baihaqi).

Shalatul ayat terdiri 2 rakaat dengan 6 kali ruku dan 4 kali sujud. (HR. Ibnu Hibban)
[= caranya sama dengan shalat shubuh, hanya ada tambahan 2 kali ruku dalam setiap rakaatnya. (Bulughul Marram).]

                                                            *****




No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.