Firman
Allah:
"Dan orang-orang yang beriman, dan
yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu
mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal
mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." (Q.S. Ath-Thur : 21)
Dalam
ayat di atas Allah menjelaskan bahwa keberuntungan orang-orang yang beriman
lalu mempunyai generasi anak cucu yang beriman pula, maka anak cucunya tersebut
akan dikumpulkan bersama nenek moyang yang beriman walaupun derajatnya berbeda
dan nanti akan disamakan derajatnya di sisi Allah SWT serta kemuliaannya di
sisi Allah SWT walaupun amalannya berbeda-beda; ini suatu keberuntungan bagi
bapak-bapak/Ibu-ibu sekalian alhamdulillah kita dijadikan Allah SWT orang yang
beriman, semoga kita semua dijadikan Allah kembali nanti pada hari kiamat
diberi kedudukan yang mulia di sisi Allah SWT.
Para
ulama menafsirkan pada ayat di atas orang-orang yang beriman yang mempunyai
anak kemudian anaknya dihubungkan menjadi satu serta dikumpulkan bersama
orang-orang yang dicintai sebagai keimanannya, begitupula orang-orang yang
mengikuti gurunya dalam keimanan akan dikumpulkan bersama gurunya walaupun
tingkat amalannya berbeda. (Bughiyatul Mustafidz : 278).
Maka
dengan ayat di atas meyakini bahwa para murid akan dikumpulkan bersama gurunya,
apalagi gurunya itu membimbing muridnya agar keimanannya selalu untuk
ditingkatkan dengan peningkatan amalannya itulah dengan selalu mengamalkan
dzikir kepada Allah SWT (mengingat Allah SWT).
Sabda
Nabi Muhammad SAW :
"Ada seorang Arab Badui yang datang
kepada Rasulullah SAW kemudian berkata : Ya Rasul Mata As-sa'ah? Jawab Nabi
Maada Adadta? jawab Arab Badui: hanya Allah dan Rasulnya mengetahui. Rasulullah
SAW bersabda : Innaka ma'aman ahbabta.
(H.R. Muslim).
Imam
Annas bin Malik meriwayatkan menghadiri peristiwa tersebut dan jawaban Rasul
membuat aku tidak pernah bahagia seperti gembiranya aku ketika mendengarkan
hadits Rasul tersebut bahwa sesungguhnya engkau akan dikumpulkan bersama
orang-orang yang engkau cintai. Anas bin Malik berkata: Ana uhibballoha
warosulah, wauhibba Abu Bakar, Umar . "Aku
mencintai Allah dan Rasul-Nya, akupun cinta kepada sayidina Abu Bakar, Umar
walaupun aku belum bisa beramal seperti mereka.” Maka dengan ini kita
sadari kita mencintai Allah dan Rasulnya, Imam yang empat juga para silsilah
yaitu Guru kita semua, walaupun amalan kita tingkatannya amat berbeda, ini
suatu nikmat yang diberikan Allah kepada kita semua. Manusia hidup di dunia ini
hanya dua : Firman Allah: Faminhum saqoo
wasa'iid, “Manusia itu ada dua macam
ada yang celaka ada juga yang bahagia.”
Jika
melihat pada hadits Rasul dan Firman Allah ini, masalah bahagia sudah Allah
tentukan sejak kita berusia 120 hari dalam kandungan, termasuk rizki, umur,
sudah ditentukan.
Akan
tetapi Allah SWT memberikan kepada kita bimbingannya yaitu Al Qur’an, dengan
diutusnya para Nabi dan Rasul serta Malaikat yang membawa wahyu untuk kita
semua dan membawa alat keberuntungan untuk kita semua. lnilah kalimat "Laa Ilaaha Illallaah".
Manusia
dilihat dari sisi bahagia dan celaka diuraikan pada Firman Allah Q.S.
Al-Baqoroh ayat 02. Dalam tafsir diterangkan manusia bahagia dan celaka ada
tujuh macam tetapi yang tujuh macam ini bagian diringkas menjadi tiga golongan.
Firman
Allah:
"Dan kamu menjadi tiga golongan.
Yaitu golongan kanan, Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri,
Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang paling dahulu
beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga)." (Q.S. Al Waqi'ah : 7— 10)
Menurut
ayat tersebut manusia dibagi tiga golongan :
*1. Golongan
orang-orang yang celaka (ashabus syimal).
Dari
ketiga golongan ringkasan dari tujuh golongan, oleh para ulama ahli tafsir
dibagi lagi menjadi dua golongan yaitu : Pertama orang yang KUFUR, kedua orang yang MUNAFIQ. Dua golongan inilah yang
disebut Allah orang yang celaka, tetapi dua golongan ini masih mempunyai kesempatan untuk bertobat kepada Allah SWT sebelum ajal
menjemputnya. Ada cara(alat) pembasmi kedua golongan tadi yaitu dengan cara
melakukan dzikir jahr dan khofi. Pangersa Abah Anom dari Pesantren
Suryalaya berujar: "Bahwa kalimat
tayyibah sebagaimana diketahui dapat membersihkan orang yang bersyirik jalli
(kufur 'itiqad) dan syirik khofi (riya), semoga kita dibersihkan oleh Allah SWT
dari kedua syirik tersebut.”
Selain
orang Kufur, adalah orang munafiq. Orang Munafiq ini bukan orang kafir,
maksudnya orang munafiq itu masih Islam,
tetapi dalamnya kafir.
Imam
Bukhari mengatakan :
“Bahwa lbnu Mulaikah (seorang tabi'in)
menerangkan aku mendapatkan 30 orang shahabat Rasulullah SAW, semua shahabat
tersebut takut apabila dirinya disebut orang munafiq.”
Untuk
menghilangkannya sikap munafiq, mereka mengamalkan dzikir jahr dan khofi.
Sehingga dari kelompok manusia yang berdzikir banyak atau sedikitnya ada empat
yaitu :
+a.
Sama sekali hatinya gelap (bagaikan Racun)
+b.
Sudah ada dzikir tetapi masih sering lupa kepada Allah SWT (bagaikan penyakit)
+c.
Lebih banyak dzikir daripada lupanya (penyakitnya mulai tidak ada)
+d.
Full dzikirnya (bagaikan obat/sudah sehat kembali)
Posisi
kita dapat diketahui dari sedikit atau banyaknya dzikir ini. Bagi yang belum
pernah berdzikir, dapat diumpakan bagaikan racun yang sangat membahayakan,
walaupun dia baik kelihatannya.
*2.
Golongan Orang Yang Bahagia
+a.
Amal baiknya sedikit amal buruknya banyak, tetapi ia tidak munafiq
+b.
Amal balk dan buruk nilainya sama dan nantinya akan mendapatk ampunan
+c.
Amal baiknya lebih banyak daripada amal buruknya
*3.
As-Sabiquunas Saabiquun (Al-Muhib dan Mahbub),
Golongan orang yang cinta kepada Allah dan
orang yang sudah dicintai Allah. Model amalannya dapat bimbingan dari guru
mursyid sehingga ia selalu berdzikir kepada Allah SWT. dan suatu saat agar
dapat menjadi mahbub (orang yang dicintai).(KH.Soleh).
**********

No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.