Makbul.
Pada
masa Abu Hasan bin Bisyir ada seorang pejabat kerajaan yang zhalim. Pada suatu
ketika ia sedang duduk istirahat di dalam rumah besarnya di tepi pantai sambil
menikmati berbagai hidangan lezat dan minuman keras. Perilaku pegawai itu
menyebabkan Abu Hasan memgumpulkan pengikut-pengikutnya. Mereka berkerumun di
depan rumah itu dan serentak mengumandangkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan
suara yang bergemuruh. Mendengar gemuruh suara yang mereka lantunkan, keluarlah
seorang pengawal dari rumah besar itu seraya bertanya: “Mengapa kamu berkumpul
disini. Kamu semua mengganggu kami.” Abu Hasan bin Bisyir menjawab: “Katakanlah
kepada majikanmu, jangan melakukan kemungkaran atau mencoba melakukan secara
terang-terangan. Kalau ia tidak mau tunduk kepada permintaan kami ini, kami
akan membunuhnya.”
Segera
pengawal itu masuk dan menyampaikan pesan itu kepada majikannya. Pejabat itu
pun berkata: “Bagaimana mungkin mereka dapat membunuhku. Aku dikawal pasukan
yang kuat lagi gagah berani. Lagi pula tentaraku banyak.” Kata-kata pejabat itu
disampaikan pengawalnya kepada jama’ah Abu Hasan. Kata pengawal itu: “Bagaimana
kamu akan membunuh majikanku. Dia seorang pejabat yang dikawal pasukan yang
kuat, berani dan banyak jumlahnya.”
Abu
Hasan menjawab: “Kami akan membunuhnya dengan pedang malam.” Pengawal itu
bertanya: “Apakah pedang malam itu.” Abu Hasan menjawab: “Kami akan berdo’a
kepada Allah dengan mengangkat tangan tinggi-tinggi.”
Pengawal
itupun menyampaikan jawaban Abu Hasan kepada majikannya. Pejabat itu gemetar.
Iapun segera meninggalkan perbuatan mungkarnya seraya berkata: “Kalau memang
itu senjata yang dipakai untuk membunuhku, maka tak akan lagi senjata di jagat
ini yang dapat menahan dan menangkisnya.” Pejabat itu segera menyadari
kesalahannya selama ini dan kembali ke jalan yang benar. Keberanian Abu Hasan
menyampaikan yang haq telah menyebabkan pegawai itu bertaubat.
**&**
No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.