Translate

Thursday, March 23, 2017

Hanya KepadaMu-lah Kami Memohon


Muhasabah.
“Janganlah niat himmah (citamu) melampaui tujuan selain kepada Allah. Karena Allah yang Maha Pemurah itu tidak bisa dilampaui oleh angan-angan.”

Kita tidak boleh melampaui batas niat himmah kita kepada selain Allah, baik dalam amal, maupun dalam ahwal jiwa kita. Namun kita harus tetap berpijak pada keyakinan bahwa Allah-lah sebagai pijakan yang cukup, Allah-lah sebagai tujuan cukup, Allah-lah sebagai andalan kita semua.

Nabiyullah Yusuf as., pernah berkata, saat ia keluar dari penjara, “Dibanding dunia kalian, aku lebih cukup dengan agamaku. Dan dibanding agamaku, cukuplah Tuhanku.” Begitu juga keteladanan yang disampaikan oleh Nabi Ibrahim as., ketika beliau berkata: - padahal ia berada di perangkap alat perang – “Cukuplah jika aku harus meminta, bahwa Allah sesungguhnya mengetahui keadaanku.”

Allah Yang Maha Pemurah memang tidak bisa dijangkau oleh imajinasi, baik dari segi Dzat maupun SifatNya, serta tindakanNya, karena itu juga tidak bisa diukur dengan lainNya. Kita dilarang memohon kecuali hanya kepada Allah SWT. semata. Seandainya kita harus bertawassul, maka kita juga tahu bahwa yang mengijabah do’a kita adalah Allah ta’ala. Tawassul itu sebagai perantara untuk ikut mendo’akan kita. Para Rasul, para Nabi, para Wali adalah Titik-titik Ilahiyah yang memancarkan Cahaya Ruhani kepada kita, dan ketika kita bergabung dalam tawassul, mereka turut memberikan dorongan menuju kepada Allah Ta’ala.

Karena itu Ibnu Athailah meneruskan: “Janganlah anda memanjatkan hajat kebutuhan anda kepada selain Allah dimana Allah-lah yang sesungguhnya menciptakan kebutuhan anda itu sendiri. Bagaimana anda memanjatkan hajat anda pada selain Dia, dimana selain ia tidak layak? Jika seseorang tidak mampu menyelesaikan kebutuhannya sendiri, bagaimana ia bisa selain kepadaNya mampu menyelesaikan?”.

Allah yang mendatangkan rasa butuh anda, karena anda sebagai hamba, dan anda pun tahu Allah itu Maha Kaya, Allah itu Maha Kuasa, Allah itu Maha Kuat, dan selainNya tentu tidak ada kemampuan dan kekuatan.

Allah Ta’ala berfirman: “Jika anda berpegang teguh pada Allah dengan adanya bencana, sesungguhnya tidak ada yang bisa membuka bencana itu kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebajikan padamu, maka tidak ada yang bisa menolak fadlalNya.” (Yunus : 107).

Sebagian kaum ahli ma’rifat mengatakan: “Ada kata-kata yang muncul pada diriku diantara tidur dan jaga, ‘Janganlah anda mengajukan kebutuhan anda selain kepadaKu, yang menyebabkan aku gandakan kesengsaraan padamu, karena su’ul adab anda, dan keluarnya diri anda dari batas ubudiyah anda. Bahwa Aku memberikan cobaan melalui rasa kebutuhan anda itu, agar anda bergegas kepadaKu, dan anda bertawakkal kepadaKu.’ Aku mencetakmu melalui kekurangan , agar kamu menjadi emas murni, maka tidak akan luntur setelah dicetak murni, dan Aku membuatmu menghaluskan melalui rasa kurang padamu. Aku memastikan diriKu melalui maha Kaya. Maka jika kamu sampai pada KemahakayaanKu bersamaKu, Aku telah menghubungkan kamu dengan sifat kayaKu. Kalau kamu menuju kecukupan melalui selain diriKu, Aku telah memutuskan inti pertolonganKu padamu. Aku memutuskan sebab-sebab dariKu, untuk menolak dirimu dari pintuKu. Siapa yang menyerahkan diri kepadaKu, ia mendapatkannya. Dan siapa yang menyerahkan pada selainKu, maka ia akan hancur.” (M.Luqman Hakim).

                                                           ** & **


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.