Translate

Wednesday, March 22, 2017

MEMASUKI KAMPUNG ILAHI.


Muhasabah.
Surat al-Baqarah Ayat 55 – 58.
Dan ketika kamu berkata: “Wahai Musa, kami tidak percaya kepadamu sehingga kami benar-benar melihat Allah.” Lalu jeritan keras merenggut kamu, dan kamu sekalin melihatnya. Lalu Kami membangkitkan kamu setelah kematianmu, agar kamu sekalian bersyukur. Dan Kami turunkan hujan dan Kami turunkan pula kepadamu ‘Manna’ dan ‘Salwa’. “Makanlah dari rizki yang baik-baik, yang telah Kami berikan kepada kamu.” Sesungguhnya mereka tidak mendzalimi Kami, tetapi mereka sendirilah yang mendzalimi diri mereka.”

Disebutkan oleh Ibnu Araby dalam tafsir Sufinya, bahwa orang-orang Kaum Musa sangat ingin melihat Allah, untuk menetapkan keyakinan hakiki mereka. Mereka menginginkan mencapai maqam Musyahadah dan tampak jelas di mata mereka.

Namun kematian telah merenggut mereka, berupa fana’ dalam Tajalli-nya Allah yang bersifat Dzatiyah. Lalu Allah menghidupkan mereka dengan alam Baqa’-Nya setelah ke-fanaan mereka, agar mereka bisa bersyukur atas nikmat Allah, berupa Nikmat Tauhid dan Nikmat Wushul dalam menempuh alan menuju Allah.
Takholli artinya mengosongkan. Yang dimaksudkan adalah bahwa setiap orang ingin sampai pada keridlaan Allah itu pertama kali yang harus dilakukan adalah mengosongkan hatinya dari akhlak-akhlak yang tercela.
Tahalli artinya menghiasi. Yang dimaksudkan adalah bahwa orang yang ingin sampai pada keridlaan Allah itu, setelah hatinya dikosongkan dari akhlak-akhlak jelek, maka hatinya harus dihiasi dengan akhlak yang baik dan terpuji.
Tajalli artinya menampakkan diri. Yang dimaksudkan adalah bahwa orang yang ingin sampai pada keridlaan Allah itu, setelah hatinya dikosongkan dari akhlak-akhlak yang tercela, kemudian sudah dihiasi dengan akhlak-akhlak yang mulia, maka dia harus selalu menampakkan dirinya pada setiap hal telah diperintahkan oleh Allah dan tidak boleh absen.

Sementara Allah menurunkan Tajalli SifatNya yang merupakan hijab bagi Tajalli DzatNya, yang digambarkan dengan awan yang menurunkan hujan, yang bisa menutupi matahari. Awan itu ibarat Tajalli Sifat yang menutupi Tajalli Dzat berupa Matahari Ma’rifat yang bisa membakar semuanya.

Manna, sebagai makanan disana adalah makanan jiwa berupa kondisi dan maqomat ruhani yang agung yang terpadu antara kemanisan dan terbuangnya keburukan akhlak hawa nafsu. Lalu muncullah Tawakkal dan Ridlo.

Sedangkan Salwa, bermakna sebagai Salwa hikmah dan kema’rifatan serta ilmu-ilmu hakikat, yang ditebarkan oleh sepoi angin Rahmat dan tiupan-tiupan Ilahiyah dalam arus angin Sifat-sifatNya, ketika menempuh jalan itu. Maka, “Makanlah dan raihlah kebajikan-kebajikan. Dan hal itu tidak membuat kalian mendzalimi Kami dan mengurangi Hak Kami, serta Sifat-sifat Kami, karena adanya hijab diri kalian. Namun kalian justru telah mengurangi hak kalian, dengan larangan dan kerugian.”
“Dan ketika Kami berkata, Masuklah ke kampung ini, dan makanlah darinya semau kamu dengan senikmatnya. Dan masuklah melalui pintu dengan penuh sujud. Dan berkatalah kalian, “Peleburan”, niscaya Kami akan mengampuni kalian semua atas dosa-dosa kalian. Dan Kami akan menambah (nikmat) bagi orang-orang yang berlaku Ihsan.”

Masuklah ke dalam kampung Ilahi, yakni ke Taman Roh yang disucikan yaitu maqam Musyahadah, dan masukilah melalui pintunya, dan pintu itu adalah Ridlo, sebagaimana dalam hadits Nabi saw. : “Ridlo pada Ketentuan Allah adalah Pintu Allah yang Agung.” Dengan sujud, penuh kepatuhan dan ketundukan, karena telah hadirnya Tajalli Sifat, af’al. Dan raihlah peleburan dosa dari Allah, dosa sifat, akhlaq dan af’al (perbuatan) anda, agar Allah mengampuni dosa kalian semua, dosa berubah-ubahnya ruhani di alam Talwin (ragam, naik turunnya maqam) dan dosa Ahwal (kondisi ruhani) kalian. dan kami akan menambah nikmat bagi orang-orang yang ber-musyahadah kepadaKu.

                                                            ***^***


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.