Muhasabah.
Surat
al-Baqarah Ayat 55 – 58.
Dan
ketika kamu berkata: “Wahai Musa, kami tidak percaya kepadamu sehingga kami
benar-benar melihat Allah.” Lalu jeritan keras merenggut kamu, dan kamu sekalin
melihatnya. Lalu Kami membangkitkan kamu setelah kematianmu, agar kamu sekalian
bersyukur. Dan Kami turunkan hujan dan Kami turunkan pula kepadamu ‘Manna’
dan ‘Salwa’.
“Makanlah dari rizki yang baik-baik, yang
telah Kami berikan kepada kamu.” Sesungguhnya mereka tidak mendzalimi Kami,
tetapi mereka sendirilah yang mendzalimi diri mereka.”
Disebutkan
oleh Ibnu Araby dalam tafsir Sufinya, bahwa orang-orang Kaum Musa sangat ingin
melihat Allah, untuk menetapkan keyakinan hakiki mereka. Mereka menginginkan
mencapai maqam Musyahadah dan tampak
jelas di mata mereka.
Namun
kematian telah merenggut mereka, berupa fana’
dalam Tajalli-nya Allah yang bersifat
Dzatiyah. Lalu Allah menghidupkan
mereka dengan alam Baqa’-Nya setelah
ke-fanaan mereka, agar mereka bisa
bersyukur atas nikmat Allah, berupa Nikmat
Tauhid dan Nikmat Wushul dalam
menempuh alan menuju Allah.
Takholli artinya mengosongkan. Yang dimaksudkan adalah bahwa
setiap orang ingin sampai pada keridlaan Allah itu pertama kali yang harus
dilakukan adalah mengosongkan hatinya dari akhlak-akhlak yang tercela.
Tahalli artinya menghiasi. Yang dimaksudkan adalah bahwa orang
yang ingin sampai pada keridlaan Allah itu, setelah hatinya dikosongkan dari
akhlak-akhlak jelek, maka hatinya harus dihiasi dengan akhlak yang baik dan
terpuji.
Tajalli
artinya menampakkan diri.
Yang dimaksudkan adalah bahwa orang yang ingin sampai pada keridlaan Allah itu,
setelah hatinya dikosongkan dari akhlak-akhlak yang tercela, kemudian sudah
dihiasi dengan akhlak-akhlak yang mulia, maka dia harus selalu menampakkan
dirinya pada setiap hal telah diperintahkan oleh Allah dan tidak boleh absen.
Sementara
Allah menurunkan Tajalli SifatNya
yang merupakan hijab bagi Tajalli
DzatNya, yang digambarkan dengan awan yang menurunkan hujan, yang bisa menutupi
matahari. Awan itu ibarat Tajalli Sifat
yang menutupi Tajalli Dzat berupa
Matahari Ma’rifat yang bisa membakar semuanya.
Manna,
sebagai makanan disana adalah makanan jiwa berupa kondisi dan maqomat ruhani yang agung yang terpadu
antara kemanisan dan terbuangnya keburukan akhlak hawa nafsu. Lalu muncullah Tawakkal dan Ridlo.
Sedangkan
Salwa, bermakna sebagai Salwa hikmah
dan kema’rifatan serta ilmu-ilmu hakikat, yang ditebarkan oleh sepoi angin Rahmat dan tiupan-tiupan Ilahiyah dalam arus angin
Sifat-sifatNya, ketika menempuh jalan itu. Maka, “Makanlah dan raihlah
kebajikan-kebajikan. Dan hal itu tidak membuat kalian mendzalimi Kami dan
mengurangi Hak Kami, serta Sifat-sifat Kami, karena adanya hijab diri kalian.
Namun kalian justru telah mengurangi hak kalian, dengan larangan dan kerugian.”
“Dan ketika Kami berkata, Masuklah ke
kampung ini, dan makanlah darinya semau kamu dengan senikmatnya. Dan masuklah
melalui pintu dengan penuh sujud. Dan berkatalah kalian, “Peleburan”, niscaya
Kami akan mengampuni kalian semua atas dosa-dosa kalian. Dan Kami akan menambah
(nikmat) bagi orang-orang yang berlaku Ihsan.”
Masuklah
ke dalam kampung Ilahi, yakni ke Taman Roh yang disucikan yaitu maqam Musyahadah, dan masukilah melalui
pintunya, dan pintu itu adalah Ridlo,
sebagaimana dalam hadits Nabi saw. : “Ridlo
pada Ketentuan Allah adalah Pintu Allah yang Agung.” Dengan sujud, penuh
kepatuhan dan ketundukan, karena telah hadirnya Tajalli Sifat, af’al. Dan raihlah peleburan dosa dari Allah, dosa
sifat, akhlaq dan af’al (perbuatan)
anda, agar Allah mengampuni dosa kalian semua, dosa berubah-ubahnya ruhani di
alam Talwin (ragam, naik turunnya
maqam) dan dosa Ahwal (kondisi
ruhani) kalian. dan kami akan menambah nikmat bagi orang-orang yang
ber-musyahadah kepadaKu.
***^***

No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.