Translate

Thursday, March 23, 2017

TONGKAT NAFSU dan OTAK BATU.


Muhasabah.

Surat al-Baqarah ayat 60.
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air hujan bagi kaumnya, maka Kami katakan: ‘Pukullah dengan tongkatmu pada batu, maka memancarlah dua belas mata-air dari batu itu.’ Benar-benar setiap manusia mengetahui tempat minumnya, makanlah dan minumlah dari rizki Allah, dan janganlah melampui batas di muka bumi sebagai golongan yang merusak bumi.”

Syeikh Muhyiddin Ibnu Araby mengatakan: “Ketika Musa as., memohon turunnya hujan ilmu pengetahun, hikmah-hikmah dan makna-makna hakiki dari langit Ruh, lalu Allah memerintahkan kepada Musa as. agar memukulkan tongkat nafsunya yang dijadikan pegangan, karena keterkaitannya dengan tubuh, yang senantiasa menapak pada tanah melalui fikiran, agar dipukulkan pada “batu otak” (otak yang membatu), yang menjadi sumber dari akalnya.”

Lalu memancarlah dua belas mata air, berupa air-air pengetahuan yang memancar menurut jumlah rasa inderawi dan non inderawi manusia. Dua belas itu antara lain: Lima berupa pancaindera lahiriyah, dan lima lagi batiniyah. Ditambah dua, akal kontemplatif dan akal ilmiyah rasional. Rasulullah saw., bersabda: “Siapa yang kehilangan secara indrawi, ia kehilangan secara ilmu.”

Manusia telah meminum menurut pancaran sumber minuman pengetahuannya. Jika ia seorang ahli dibidang iptek, dia juga seorang ulama misalnya, maka ia akan meminum melalui  saluran akal ilmiah rasional. Kalau ia adalah hukama’ dan ‘arifun, ia akan meminum melalui kontemplatifnya. Ahli musik ia akan meminum melalui suara-suara dan sebagainya.

Kemudian dilanjutkan agar mereka semua makan dan minum rizki Allah, berupa ilmu, amal, ahwal dan maqamat. Dan jangan sampai meraih minuman itu dengan cara destruktif, merusak, melalui kebodohannya atau kejahilannya.

Untuk membuka mata air pengetahuan, memang diperlukan memukul egoisme kita yang menempel pada fisik kita. Sebab egoisme yang merupakan inti dari nafsu kita, sesungguhnya merupakan faktor pembuntu yang menghalangi memancarnya sumber-sumber kebenaran dan cahaya Ilahiyah.

Rizki Allah secara lahir maupun secara batin, haruslah diraih dengan cara yang benar dan halal menurut syariat, thariqat maupun hakikat.

                                                        ** ^ **

                                           

No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.