Translate

Monday, March 27, 2017

NAFSU SUFI

Kedai Sufi.
Rupanya di Jakarta ini banyak orang sedang bergelora memburu dunia Sufi, setelah dunia formal keagamaan mengalami jalan buntu membebaskan belenggu hawa nafsu mereka. Toh, di tengah-tengag kegersangan Jakarta, orang banyak juga yang mencari jalan Sufi, saking semangatnya lupa daratan. Kenapa? Karena mereka sulit membedakan mana yang merupakan semangat nafsu dan mana yang semangat dari dorongan ruh suci. Contohnya? Dibawah ini;

“Untuk apa saya mengikuti Thariqat sufi, saya sudah sampai kepada Tuhan, kok berthariqat segala .... Kalau berthariqat kan perlu Mursyid. Mursyid saya langsung Allah Ta’ala. Biar cepat dan langsung....
Wah hebat benar anda langsung online dengan Allah? “Iya dong, saya kan sudah ma’rifat. Anda belum. Masuklah ikut saya, kita bisa ma’rifat bareng-bareng ...”
“Apakah anda sudah kenal Allah?” “Hmmmmmm ... pokoknya saya merasa sudah sampai kepada Allah ...”
“Yang sudah sampai itu pikiran anda, akal anda, hati anda atau sekedar kerinduan anda untuk bisa sampai?”
“Ya, saya enggak mau belit-belit seperti anda. Saya mau langsung saja, dan biar Allah yang mengajar saya ...”
“Bagaimana mungkin anda bisa membedakan itu Allah dan itu Iblis?”
“Lhah. Nggak tahu ya? Masak Iblis juga bisa mengaku-ngaku sebagai Allah?”
“Bisa donk. Wong Iblis itu memiliki kekuasaan tipudaya yang luar biasa, termasuk mengaku sebagai Allah ....”
“Lalu apa yang mendorong saya untuk sampai kepada Allah selama ini? Masak Iblis?”.
“Bukan Iblis yang mendorong. Tapi ketika Iblis tahu anda terdorong ke sana, ia pasti membonceng anda ...”
“Bagaimana dong ... kalau begitu?”.
“Begini saja Syekh Abdul Qadir al-Jailany QS. yang dahsyat ibadahnya di Hadapan Allah saja bermursyid, masak anda bisa terbang ke Arasy sana tanpa Mursyid. Kalau Imam Ghazali saja bermursyid, Junaid al-Baghdady saja bermusyid, para Khulafaur Rasyidin saja bermursyid, alangkah sombongnya intelektual anda untuk tidak bermursyid?”
“Kenapa anda mengatakan saya sombong?”
“Karena anda telah terjebak oleh nafsu anda. Nafsu merasa sudah paling dekat dengan Allah seperti Iblis dulu, sampai akhirnya ia menolak bersujud pada Adam as. .... Itu karena ada hijab formalisme yang membungkus hati anda, sehingga anda menduga sudah dekat dengan Allah padahal dugaan itu hanyalah imajinasi produk dari pabrik kesombongan. Nah ... hayoo .”

Orang itu terdiam antara ingin mempertahankan keyakinannya yang salah atas faham yang salah, lalu salah faham atas informasi dunia Ilahi. Wallahu A’lam, tipis sekali batas antara syurga dan meraka, lebih tipis dibanding rambut dibelah tujuh. Tipis sekali batas hawa nafsu dan cahaya ruhani, lebih tipis dari perasaan-perasaan dan dugaan.

                                                        ** & **


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.