Embun Qolbu
Ditulis
oleh Ibnul Qoyyum Al-Zaujiah, ada 10 tingkatan yang bermurah hati menurut
Islam, yaitu dimulai dari tertinggi;
*) pertama, bermurah hati dengan jiwa, dia
akan resah jika tidak bisa memberi, tidak keberatan untuk mendo’akan baik
diminta maupun tidak diminta, dan baik diketahui ataupun tidak diketahui orang
lain.
*)
kedua, orang yang bagus dengan kepemimpinannya, memberikan manfaat dan kemurahan
bagi orang kebanyakan yang dipimpinnya.
*)
ketiga, kemurahan dengan kesenangan dan kebahagiaan, artinya untuk dirinya
sendiri, tidak mendzalimi dirinya dengan pekerjaan melewati batas kemampuannya,
memberikan haknya yang tepat pada tubuhnya, hak untuk istirahat, rileks, hak
untuk makan, hak untuk kebutuhan rohani. Dia bermurah hati terhadap dirinya, apalagi
jika bicara untuk kemaslahatan orang lain.
*)
keempat, orang bermurah hati dengan ilmu dan memberikannya dengan baik.
Bermurah hati memberikan ilmu lebih tinggi derajatnya dibandingkan bermurah
hati dengan memberikan harta. Karena ilmu kedudukannya lebih tinggi daripada
harta.
*)
kelima, orang yang memberikan manfaat dari jabatan yang digenggamnya. Manfaat
dan kemudahan termasuk ‘zakat’ dari jabatannya yang diraihnya. Jadi orientasi
perhatiannya lebih mencakup kepada orang-orang kecil dan lemah atau orang-orang
yang membutuhkan pertolongannya.
*)
keenam, bermurah hati dengan kekuatan tubuh kita. Ada hadits yang mengatakan
memindahkan duri dari jalanan adalah perbuatan yang baik dan adalah termasuk
iman yang terlemah, walapun iman terlemah akan tetapi masih memberikan manfaat.
*)
ketujuh, sejahteranya dan bahagianya hati, lapang dada atau meredakan hati
terhadap perbuatan orang lain, termasuk murah hati. Ada orang yang melukai
dengan perbuatan, kata-kata, sistem atau suasana, jika dia berusaha melepaskan
diri dari rasa dendam dan dengki, itu juga termasuk bermurah hati. Murah
terhadap kehormatan dirinya, tidak merasa dikecilkan, tidak merasa dilecehkan, dia
alihkan perhatiannya kepada hal lain yang dapat melapangkan dadanya.
*)
kedelapan, orang murah hati dengan bersabar, kemudian menanggung resiko, dengan
cakupan pada konteks kemasyarakatan, suatu kebersamaan dimulai dari yang kecil
yaitu rumah tangga, kemudian masyarakat, berbangsa bernegara. Ada
gesekan-gesekan hidup, ada sesuatu yang sesungguhnya menyentuh perasaan yang
mengurangi kehormatan orang lain, tetapi ketika dia sabar tidak memberikan
reaksi-reaksi negatif, memberikan kesempatan orang lain untuk sadar. Sebab dia
sadar hidup bermasyarakat pada tahap komunikasi atau pergaulan aktif, sedikit
banyak akan memberikan ketersinggungan
atau kesalahpahaman, mispersepsi dan lain sebagainya, karena sepanjang dia
belum duduk bersama dan menjelaskan yang menjadi ketidak sepahaman, pasti ada
yang tidak menyenangkan, dan dia sabar dan menerima resiko kepada hal itu.
*)
kesembilan, murah hati kepada makhluk dalam arti memberikan kabahagiaan dan
kelapangan, memberikan kabar gembira, hal ini lebih tinggi kedudukannya
ketimbang sabar terhadap manusia siapapun dia. Dianggap lebih tinggi karena
lebih luas cakupannya, misalnya bisa jadi dia disakiti oleh makhluk lain, oleh
binatang, kemudian dia sadar dan tidak memberikan reaksi yang tidak baik, dia
termasuk diatas kesabarannya.
*)
kesepuluh, murah hati dengan apapun yang dia tinggalkan yang berada ditangan orang
lain, dan dia tidak mau lagi menolehnya. Misalnya karena suatu hal kita sedang lengah,
kemudian orang lain mengambilnya, maka dia tidak lagi memperdulikannya, tidak
mengklaimnya sebagai milik kita.
Dan
penutup adalah amalan yang terbaik dalam Islam, memberikan makanan dan minuman
dan memberikan salam kepada sesama Islam dan non muslim. Untuk non muslim
mengucapkan salam adalah sallam ismun min
asmanillah. Hadts Riwayat Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash.
** & **

No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.