Translate

Tuesday, July 11, 2017

KONSEP CINTA dan MA’RIFAT.


Embun Qolbu.

Tokoh yang amat gemilang diabad sembilan dan sepuluh adalah Abdul Faidh Zin Nun Al Mishri. Beliau berasal dari Naubah, yaitu negeri di antara negara Sudan dan Mesir. Boleh dikatakan bahwa beliaulah puncaknya kaum sufi dalam menuju Allah. Tujuan beliau adalah “Mencintai Allah, membenci yang sedikit, menuruti garis perintah yang diturunkan dan takut akan berpaling jalan”.

Ketika ditanya orang apa sesungguhnya hakekat cinta itu. Beliau menjawab: “Bahwa engkau harus mencintai apa yang dicintai Allah SWT., engkau memohon ridhoNya, engkau tolak sekalian yang akan merintang enkau menuju Dia. Dan jangan takut kebencian orang yang membenciNya. Dan jangan melihat diri sendiri. Karena dinding yang amat tebal untuk melihatNya ialah lantaran melihat diri sendiri”.

Pada suatu hari beliau berjumpa dengan seorang rahib. Kemudian Zin Nun bertanya kepadanya: “Apa arti cinta menurut pendapat tuan?”. Kemudian rahib itu menjawab: “Cinta sejati tidak mau dibelah dua. Kalau cinta telah bertumpah kepada Allah, tidaklah ada cinta pada yang lain lagi. Kalau cinta bertumpah pada yang lain, tidaklah mungkin dipersatukan cinta itu kepada Allah. Sebab itu tafakurlah engkau menitik dirimu siapakah yang lebih engkau cintai?”.

Kemudian Zin Nun meminta pula supaya diterangkan apa benarkah sarinya cinta. Rahib itu menjawab: “Akal pergi, air mata jatuh, mata tak mau tidur, rindu dendam memenuhi jiwa dan kecintaan berbuat apa yang sekehendaknya”.

Setelah itu Zin Nunpun berkata lagi: “Kamipun berpisah. Beberapa lama ketika aku menunaikan haji ke Mekkah kulihat Rahib sedang tawaf. Aku temui dia. Badannya terlihat lebih kurus dibandingkan dahulu. Ia berkata kepadaku: ‘Hai Abdul Faidh! Janji perdamaian telah ditandatangani, pintu telah terbuka dan Dia telah menganugerahkan jalan bagiku Agama Islam..’.”

Menurut Zin Nun, ma’rifat terbagi tiga;
1. Ma’rifat orang mukmin biasa, orang ini mengenal Allah karena ajaran yang memang telah diterimanya.
2. Ma’rifat orang yang ahli bicara (mutakalimun) dan filsof (hukama). Mereka mencari Allah dengan perjalanan akalnya.
3. Ma’rifat Waliyullah, yang dekat kepada Allah dan kenal akan Allah dari hatinya. Pandangan cinta dan ma’rifat inilah yang menjadi sandaran para ahli tasawuf sesudahnya.

                                                          ***&***


No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis saran dan kritik anda.