Embun Qolbu.
Tokoh
yang amat gemilang diabad sembilan dan sepuluh adalah Abdul Faidh Zin Nun Al
Mishri. Beliau berasal dari Naubah, yaitu negeri di antara negara Sudan dan
Mesir. Boleh dikatakan bahwa beliaulah puncaknya kaum sufi dalam menuju Allah.
Tujuan beliau adalah “Mencintai Allah, membenci yang sedikit, menuruti garis
perintah yang diturunkan dan takut akan berpaling jalan”.
Ketika
ditanya orang apa sesungguhnya hakekat cinta itu. Beliau menjawab: “Bahwa
engkau harus mencintai apa yang dicintai Allah SWT., engkau memohon ridhoNya,
engkau tolak sekalian yang akan merintang enkau menuju Dia. Dan jangan takut
kebencian orang yang membenciNya. Dan jangan melihat diri sendiri. Karena
dinding yang amat tebal untuk melihatNya ialah lantaran melihat diri sendiri”.
Pada
suatu hari beliau berjumpa dengan seorang rahib. Kemudian Zin Nun bertanya
kepadanya: “Apa arti cinta menurut pendapat tuan?”. Kemudian rahib itu menjawab:
“Cinta sejati tidak mau dibelah dua. Kalau cinta telah bertumpah kepada Allah,
tidaklah ada cinta pada yang lain lagi. Kalau cinta bertumpah pada yang lain,
tidaklah mungkin dipersatukan cinta itu kepada Allah. Sebab itu tafakurlah
engkau menitik dirimu siapakah yang lebih engkau cintai?”.
Kemudian
Zin Nun meminta pula supaya diterangkan apa benarkah sarinya cinta. Rahib itu
menjawab: “Akal pergi, air mata jatuh, mata tak mau tidur, rindu dendam
memenuhi jiwa dan kecintaan berbuat apa yang sekehendaknya”.
Setelah
itu Zin Nunpun berkata lagi: “Kamipun berpisah. Beberapa lama ketika aku
menunaikan haji ke Mekkah kulihat Rahib sedang tawaf. Aku temui dia. Badannya
terlihat lebih kurus dibandingkan dahulu. Ia berkata kepadaku: ‘Hai Abdul
Faidh! Janji perdamaian telah ditandatangani, pintu telah terbuka dan Dia telah
menganugerahkan jalan bagiku Agama Islam..’.”
Menurut
Zin Nun, ma’rifat terbagi tiga;
1.
Ma’rifat orang mukmin biasa, orang ini mengenal Allah karena ajaran yang memang
telah diterimanya.
2.
Ma’rifat orang yang ahli bicara (mutakalimun)
dan filsof (hukama). Mereka mencari
Allah dengan perjalanan akalnya.
3.
Ma’rifat Waliyullah, yang dekat kepada Allah dan kenal akan Allah dari hatinya.
Pandangan cinta dan ma’rifat inilah yang menjadi sandaran para ahli tasawuf
sesudahnya.
***&***

No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.