Muhasabah.
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka
sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah : 24).
Sabar
adalah suatu kekuatan yang menjadi modal dalam kesuksesan seorang manusia.
Siapapun yang memiliki sifat ini – muslim ataupun bukan – akan mendapatkan
natijah (hasil) yang menyenangkan dalam hidupnya. Bagi seorang muslim, buah
kesabaran adalah syurga, namun di duniapun kesuksesan akan diraih. Sehingga
kesabaran memberikan dua sisi keuntungan, dunia dan akhirat. Itulah sebabnya
mengapa Allah memerintahkan hamba-hambaNya berkompetisi dalam kesabaran melalui
berbagai ujian kehidupan baik berupa penderitaan (kesengsaraan) maupun
kesenangan.
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah :
155).
Rahasia
Kekuatan Sabar.
Mengapa
sabar membuahkan hasil yang manis dan indah? Apa rahasianya? Hal demikian
karena sabar menjalani hidup dengan segala kondisi, tidak tergesa-gesa
mendapatkan hasil dan tetap semangat menghadapi cobaan apapun adalah sikap yang
bersinergi dengan sunnatullah. Sebaliknya, hidup yang penuh keluh kesah, tidak
menerima terhadap keadaan, merupakan sikap yang bertentangan dengan sunnatullah
yang akan berujung dengan kerugian dan penderitaan.
Lihatlah
tanaman tidak langsung berbuah saat ditanam. Buahnyapun tak langsung matang
saat muncul, bahkan harus menunggu berbulan-bulan untuk mencapai musim
panennya. Barang siapa yang ingin memetik buah tanpa menunggu proses, dia tidak
akan memanen ataupun mendapat buah yang matang.
“Sucikanlah nama Rabbmu yang Maha
Tinggi, yang menciptakan lalu menyempurnakan (penciptaan-Nya). Yang menentukan
kadar masing-masing dan memberi petunjuk, dan Yang Menumbuhkan rerumputan, lalu
dijadikan-Nya (rumput-rumputan) itu kering mati kehitam-hitaman.” (QS. Al-Aa’la
: 1-5).
Sejak
kedatangannya di muka bumi, manusia harus menjalani proses. Sang janin dalam
kandungan ibunya tak langsung lengkap anggota tubuhnya. Ia harus menunggu
berbulan – bulan untuk menjadi sempurna. Allah menciptakan manusia dengan penuh
kesabaran dan ketelitian, maka mengapa mereka harus tergesa-gesa.
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan
manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim), Kemudian, air mani itu
Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya
makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pecipta yang paling baik.” (QS.
Al Mukminun : 12-14).
Manusia
yang lahir prematur tidak akan sempurna, karena itu bersabarlah mengikuti
proses. Allah bisa menciptakan manusia dalam sekejap hanya dengan mengatakan “kun fayakuun”. Tetapi tidak
dikerjakanNya. Ini semua untuk mengajarkan pentingnya sifat sabar melalui
berbagai proses hidup dan kehidupan.
Sabar
menjalani proses perjuangan menegakkan agama dijalani para Rasul dan Nabi Alaihimus Salaam. Nabi Yusuf as. mengalami berbagai
penderitaan yang mendera hidup beliau, dikucilkan saudara-saudaranya,
dimasukkan ke dalam sumur, dijadikan budak, di penjara dan sebagainya – sebelum
menjadi menteri dan perdana menteri. Kemudian Nabi Ayyub as. didera dengan
penyakit, Nabi Yunus as. ditelan ikan paus selama puluhan hari. Demikian juga
Nabi Sulaiman as. diuji dengan kekuasaan dan kekayaan yang melimpah.
‘Bapak
para Nabi’ - Nabi Ibrahim as. namanya
diabadikan dalam sejarah karena menentang kemusyrikan sehingga beliau nyaris
disiksa dengan dibakar namun Allah menyelamatkan beliau. Kemudian diuji cinta
dan pengorbanannya dengan peristiwa-peristiwa besar seperti hijrah dari Shan’aa
ke Mekkah, perintah penyembelihan putera tercintanya Ismail as., yang kemudian
diganti Allah dengan seekor kibas. Beliau lulus pada cobaan itu karena
kesabaran dan keyakinan akan perintah dan akan kebenaran ajaran Allah.
Lihatlah
keberhasilan Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya, setelah melewati
penderitaan dan kesengsaraan di Kota Mekkah dari hujatan kaum kafir. Lalu ujian
pertempuran-pertempuran yang sengit demi membela dakwah dan menyebarkan siar
Islam. Demikianlah, seluruh keberhasilan para Nabi, harus melalui proses penderitaan
yang harus dilalui dengan kesabaran dan keteguhan hati. Ini yang Allah nyatakan
tentang kepemimpinan para Nabi dikalangan Bani Israil.
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka
sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-sajjah : 24).
Tiga
Bentuk Sabar.
Untuk
memudahkan pemahaman kita akan arti sabar, Imam Al Ghazaly dalam Kitab “Ihya Ulumud-Din” membagi sabar dengan
tiga kategori;
Pertama, sabar dalam ketaatan kepada Allah. Sebab untuk
menjalankan semua rukun Islam dan ajaran Rasullah lainnya sangat membutuhkan
kesabaran. Dalam ibadah, baik yang bersifat khusus maupun umum diperlukan
kesabaran, misalnya saat mengerjakan shalat lima waktu.
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta
rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik)
itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha : 132).
Allah
Azza wa Jalla mengaitkan antara sabar dan shalat bahwa seseorang tak akan
menegakkan shalat dengan benar tanpa kesabaran dirinya. Hidup bersama dengan
orang-orang beriman, membantu mereka, berdakwah bersama mereka, membimbing
mereka menaati Allah, juga membutuhkan kesabaran.
“Dan bersabarlah engkau (Muhammad)
bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari mengharap
keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan kehidupan Dunia, dan janganlah engkau mengikuti orang
yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti
keinginannya dan keadaanya sudah melalui batas.” (QS. Al-Kahfi : 28).
Bahkan
ada tiga tugas pokok seorang Muslim yang ketiganya saling berkait tak
terpisahkan untuk mendapatkan kebahagiaan, yaitu: saling menasihati dalam
kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran, dan saling nasihat menasihati
dalam berkasih sayang.
Kedua,
sabar menjauhi maksiat. Sabar mengendalikan gejolak nafsu sampai terseret
kepada dosa. Sabar menahan diri dari perhiasan dunia yang selalu menggodanya.
Sabar meninggalkan harta haram yang menggiurkan. Sabar untuk tidak mendekati
jalan-jalan zina yang selalu memanggilnya.
Rasulullah
saw. menyebutkan ini adalah jalan ke syurga;
“Syurga diselimuti dengan hal-hal yang
tidak menyenangkan, sementara neraka diselimuti dengan hal-hal yang
menggiurkan.”
Ketiga,
sabar menjalani ujian Allah SWT. bahwa hidup dan mati, senang dan susah, mudah
dan sulit, semua adalah cobaan belaka. Banyak orang bertahan pada saat diuji
dengan kesulitan, namun terjatuh pada saat menghadapi ujian kemudahan dan kesenangan-kesenangan
dunia. Banyak semut justru mati di dalam timbunan gula. Seekor kera tidak jatuh
pada saat ditiup angin kencang. Malah ia jatuh pada saat dihembus angin
sepoi-sepoi. Seorang mukmin harus selalu sabar, teguh dan tangguh pada saat
diuji dengan kesenangan. Karena hal ini merupakan pangkal keberhasilan hidupnya
di dunia dan akherat.
**&**

No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis saran dan kritik anda.